Sudah
sangat dimaklumi bahwa orang-orang Syi’ah sangat antusias berkamuflase
menjadi Ahlus-Sunnah dan menyusupkan pemahamannya dengan menggunakan beberapa referensi
Ahlus-Sunnah. Orang awam sangat rentan dibuat bingung menghadapi syubhat musang
berbulu domba ini. Padahal, referensi Ahlus-Sunnah sudah menggagalkan syubhat
teologi mereka sejak awal. Diantara kegagalan konsep mereka tersebut antara
lain :
1.
Imaamah.
Ini salah satu
dogma terbesar Syi’ah, yaitu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
telah berwasiat dan/atau mewariskan kekhilafahan/imaamah kepada ‘Aliy bin Abi
Thaalib radliyallaahu ‘anhu, dan terus kepada keturunannya ke bawah yang
katanya berjumlah 12 orang (termasuk ‘Aliy). Yang mengingkarinya adalah kafir,
karena dogma ini masuk dalam rukun iman versi agama Syi’ah.
Dogma ini gagal
berdasarkan dalil :
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ أَخْبَرَنَا أَزْهَرُ أَخْبَرَنَا ابْنُ عَوْنٍ
عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ قَالَ ذُكِرَ عِنْدَ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَوْصَى إِلَى عَلِيٍّ فَقَالَتْ مَنْ قَالَهُ لَقَدْ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِنِّي لَمُسْنِدَتُهُ إِلَى صَدْرِي فَدَعَا
بِالطَّسْتِ فَانْخَنَثَ فَمَاتَ فَمَا شَعَرْتُ فَكَيْفَ أَوْصَى إِلَى عَلِيٍّ
Telah menceritakan
kepada kami ‘Abdullah bin Muhammad : Telah mengkhabarkan kepada kami Azhar :
Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu ‘Aun, dari Ibraahiim, dari Al-Aswad, ia
berkata : Disebutkan di sisi ‘Aaisyah : ‘Bahwasannya Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam mewasiatkan sesuatu (secara khusus) kepada ‘Aliy’. Maka
ia berkata : “Sungguh aku melihat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan
menyandarkannya di dadaku. Maka beliau meminta sebuah bejana. Badan beliau pun
melemas, beliau melemas dan aku tidak sadar bahwa beliau sudah wafat, lalu
kapan beliau memberinya wasiat kepada ‘Aliy ?” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy
no. 4459].[1]
حَدَّثَنَا
وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ، عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ سَبُعٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يَقُولُ:
لَتُخْضَبَنَّ هَذِهِ مِنْ هَذَا، فَمَا يَنْتَظِرُ بِي الْأَشْقَى؟ ! قَالُوا:
يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ، فَأَخْبِرْنَا بِهِ نُبِيرُ عِتْرَتَهُ، قَالَ: إِذًا
تَالَلَّهِ تَقْتُلُونَ بِي غَيْرَ قَاتِلِي، قَالُوا: فَاسْتَخْلِفْ عَلَيْنَا،
قَالَ: لَا، وَلَكِنْ أَتْرُكُكُمْ إِلَى مَا تَرَكَكُمْ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا: فَمَا تَقُولُ لِرَبِّكَ إِذَا
أَتَيْتَهُ؟ وَقَالَ وَكِيعٌ مَرَّةً: إِذَا لَقِيتَهُ؟ قَالَ: أَقُولُ: "
اللَّهُمَّ تَرَكْتَنِي فِيهِمْ مَا بَدَا لَكَ، ثُمَّ قَبَضْتَنِي إِلَيْكَ
وَأَنْتَ فِيهِمْ، فَإِنْ شِئْتَ أَصْلَحْتَهُمْ، وَإِنْ شِئْتَ أَفْسَدْتَهُمْ
"
Telah menceritakan
kepada kami Wakii’ : Telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Saalim bin
Abi Ja’d, dari ‘Abdullah bin Sabu’, ia berkata : Aku mendengar ‘Aliy radliyallaahu
‘anhu berkata : “Sungguh akan diwarnai (darah) dari sini hingga sini, dan
tidak menungguku selain kesengsaraan." Para shahabat bertanya :
"Wahai Amirul-Mukminiin beritahukan kepada
kami orang itu, agar kami bunuh keluarganya." Ali berkata; "Kalau
begitu, demi Allah, kalian akan membunuh selain pembunuhku." Mereka
berkata : "Angkatlah
khalifah pengganti untuk memimpin kami !". ‘Aliy
menjawab : "Tidak,
tapi aku tinggalkan kepada kalian apa yang telah Rasulullah shallallaahu
'alaihi wasallam tinggalkan untuk kalian". Mereka bertanya :
"Apa yang akan kamu katakan kepada Rabbmu jika kamu menghadap-Nya?".
Dalam kesempatan lain Wakii' berkata : "Jika kamu bertemu
dengan-Nya?" ‘Aliy berkata : "Aku akan berkata : 'Ya Allah, Engkau
tinggalkan aku bersama mereka sebagaimana tampak bagi-Mu, kemudian Engkau cabut
nyawaku dan Engkau bersama mereka. Jika Engkau berkehendak, perbaikilah mereka
dan jika Engkau berkehendak maka hancurkanlah mereka'" [Diriwayatkan oleh Ahmad,
1/130; shahih dengan keseluruhan jalannya[2]].
Ahlul-bait sendiri mengingkari
teori estafet imaamah yang diklaim Syi’ah.[3]
Ditambah lagi
kenyataan Al-Hasan bin ‘Aliy yang menyerahkan imaamah kepada Mu’aawiyyah bin
Abi Sufyaan radliyallaahu ‘anhum (yang notabene dikafirkan orang Syi’ah)
pada tahun jama’ah. Seandainya imaamah ‘Aliy dan keturunannya itu
memang qath’iy berdasarkan nash atau wahyu, siapakah sebenarnya yang
layak dikafirkan ?.
2.
Kema’shuman para
imam.
Ma’shum
menurut
teologi Syi’ah adalah terbebas dari kemaksiatan, dosa, kesalahan, dan bahkan
lupa. Dengan definisi itu, ternyata para imam Syi’ah tidaklah ma’shum,
karena mereka masih bernama manusia biasa yang kadang terjatuh dalam
kekeliruan. Diantaranya, kekeliruan ijtihaad ‘Aliy radliyallaahu
‘anhu yang telah membakar orang-orang musyrik :
حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ
عِكْرِمَةَ، أَنَّ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، حَرَّقَ قَوْمًا فَبَلَغَ
ابْنَ عَبَّاسٍ، فَقَالَ: لَوْ كُنْتُ أَنَا لَمْ أُحَرِّقْهُمْ لِأَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لَا تُعَذِّبُوا
بِعَذَابِ اللَّهِ، وَلَقَتَلْتُهُمْ "، كَمَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ بَدَّلَ دِينَهُ فَاقْتُلُوهُ "
Telah menceritakan
kepada kami ‘Aliy bin ‘Abdillah : Telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari
Ayyuub, dari ‘Ikrimah : Bahwasannya ‘Aliy radliyallaahu
‘anhu pernah membakar satu kaum. Sampailah berita itu kepada Ibnu ‘Abbas,
lalu ia berkata : “Seandainya itu terjadi padaku, niscaya aku tidak akan
membakar mereka, karena Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Janganlah
menyiksa dengan siksaan Allah’. Dan niscaya aku juga akan bunuh mereka
sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam : ‘Barangsiapa yang
menukar agamanya, maka bunuhlah ia” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no.
3017].
Dalam riwayat
At-Tirmidziy disebutkan :
فَبَلَغَ
ذَلِكَ عَلِيًّا، فَقَالَ: صَدَقَ ابْنُ عَبَّاسٍ
“Maka sampailah
perkataan itu pada ‘Aliy, dan ia berkata : ‘Benarlah Ibnu ‘Abbas” [Diriwayatkan
oleh At-Tirmidziy no. 1458; shahih].[4]
Juga, kekeliruannya
ketika ia enggan segera menyambut seruan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
shalat tahajjud, sehingga beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menghardiknya
:
حَدَّثَنَا
أَبُو الْيَمَانِ، قَالَ: أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ:
أَخْبَرَنِي عَلِيُّ بْنُ حُسَيْنٍ أَنَّ حُسَيْنَ بْنَ عَلِيٍّ أَخْبَرَهُ، أَنَّ
عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ أَخْبَرَهُ، " أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَرَقَهُ وَفَاطِمَةَ بِنْتَ النَّبِيِّ عَلَيْهِ السَّلَام
لَيْلَةً فَقَالَ: أَلَا تُصَلِّيَانِ؟، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَنْفُسُنَا بِيَدِ اللَّهِ فَإِذَا شَاءَ أَنْ يَبْعَثَنَا بَعَثَنَا،
فَانْصَرَفَ حِينَ قُلْنَا ذَلِكَ وَلَمْ يَرْجِعْ إِلَيَّ شَيْئًا، ثُمَّ
سَمِعْتُهُ وَهُوَ مُوَلٍّ يَضْرِبُ فَخِذَهُ، وَهُوَ يَقُولُ: وَكَانَ
الْإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا "
Telah menceritakan
kepada kami Abul-Yamaan, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Syu’aib,
dari Az-Zuhriy, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku ‘Aliy bin Al-Husain,
bahwasannya Husain bin ‘Aliy pernah mengkhabarkan kepadanya : Bahwasannya ‘Aliy
bin Abi Thaalib pernah mengkhabarkan kepadanya : Bahwasannya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mendatangi dan membangunkannya dan
Faathimah di satu malam, lalu bersabda : “Tidakkah kalian berdua akan shalat
(tahajjud) ?”. Lalu aku (‘Aliy) menjawab : “Wahai Rasulullah, jiwa-jiwa
kami berada di tangan Allah. Seandainya Dia berkehendak untuk membangunkan
kami, niscaya Dia akan membangunkan kami”. Maka beliau berpaling ketika kami
mengatakan hal itu dan tidak kembali lagi. Kemudian kami mendengar beliau
membaca firman Allah sambil memukul pahanya : ‘Manusia
adalah makhluk yang paling banyak membantah’ (QS.
Al-Kahfi : 54)” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1127. Lihat juga no. 4724
& 7347 & 7465].[5]
Dan yang lainnya.
3.
‘Aliy radliyallaahu
‘anhu adalah orang yang paling utama setelah Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam.
Dogma ini pun
tertolak, berdasarkan riwayat :
حَدَّثَنَا عَمْرُو
بْنُ عُثْمَانَ، ثنا بَقِيَّةُ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ يَزِيدَ
بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: كُنَّا نَتَحَدَّثُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَّ خَيْرَ هَذِهِ الأُمَّةِ بَعْدَ
نَبِيِّهَا: أَبُو بَكْرٍ، ثُمَّ عُمَرُ، ثُمَّ عُثْمَانُ، فَيَبْلُغُ ذَلِكَ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلا يُنْكِرُهُ
Telah menceritakan
kepada kami ’Amru bin ‘Utsmaan : Telah menceritakan kepada kami Baqiyyah :
Telah menceritakan kepada kami Al-Laits bin Sa’d, dari Yaziid bin Abi Habiib,
dari Naafi’, dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : “Kami berkata di jaman Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam :
‘Bahwasannya sebaik-baik umat setelah Nabinya (shallallaahu ‘alaihi wa sallam)
adalah Abu Bakr, kemudian ‘Umar, kemudian ‘Utsmaan’. Lalu sampailah hal
itu kepada Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam, maka beliau tidak mengingkarinya”
[Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Aashim no. 1193; shahih].
حَدَّثَنَا
أَبُو عَلِيٍّ الْحَسَنُ بْنُ الْبَزَّارِ، ثنا الْهَيْثَمُ بْنُ خَارِجَةَ، ثنا
شِهَابُ بْنُ خِرَاشٍ، عَنْ حَجَّاجِ بْنِ دِينَارٍ، عَنْ أَبِي مَعْشَرٍ، عَنْ
إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَلْقَمَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ عَلِيًّا عَلَى الْمِنْبَرِ،
فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مِنْبَرِ الْكُوفَةِ، يَقُولُ: " بَلَغَنِي أَنَّ
قَوْمًا يُفَضِّلُونِي عَلَى أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ، وَلَوْ كُنْتُ تُقِدِّمْتُ
فِي ذَلِكَ لَعَاقَبْتُ فِيهِ، وَلَكِنِّي أَكْرَهُ الْعُقُوبَةَ قَبْلَ
التَّقْدِمَةِ، مَنْ قَالَ شَيْئًا مِنْ هَذَا فَهُوَ مُفْتَرٍ، عَلَيْهِ مَا
عَلَى الْمُفْتَرِي، إِنَّ خِيَرَةَ النَّاسِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَبَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبُو
بَكْرٍ، ثُمَّ عُمَرُ....
Telah menceritakan
kepada kami Abu ‘Aliy Al-Hasan bin Al-Bazzaar : Telah menceritakan kepada kami
Al-Haitsam bin Khaarijah : Telah menceritakan kepada kami Syihaab bin Khiraasy,
dari Hajjaaj bin Diinaar, dari Abu Mi’syar, dari Ibraahiim, dari ‘Alqamah, ia berkata
: Aku mendengar ‘Aliy di atas mimbar, lalu ia memukul mimbar Kuufah dengan
tangannya seraya berkata : Telah sampai kepadaku ada satu kaum yang
mengutamakan diriku di atas Abu
Bakr dan ‘Umar. Seandainya saja aku dapati hal itu sebelumnya, niscaya aku berikan/tetapkan
hukuman padanya. Akan tetapi aku tidak suka ada satu hukuman sebelum permasalahan
ada. Barangsiapa yang mengatakan sesuatu
dari hal tersebut, maka ia telah dusta. Baginya diberikan hukuman sebagai
seorang pendusta. Bahwasannya sebaik-baik manusia adalah Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam. Dan (sebaik-baik manusia) setelah Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam adalah Abu Bakr, kemudian ‘Umar…..” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Aashim dalam As-Sunnah
no. 993; shahih].[6]
4.
Kekafiran Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsmaan, dan para shahabat
lainnya radliyallaahu ‘anhum.
Syi’ah adalah golongan takfiriy tulen sejak
jaman kemunculan nenek moyang mereka (‘Abdullah bin Saba’[7]).
Mereka mengkafirkan para shahabat, terutama Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu
‘anhum. Tidak tersisa di kalangan shahabat yang tidak dikafirkan, kecuali
sedikit. Namun naasnya, pendirian ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu dan
ahlul-baitnya tidaklah demikian. Mereka menyayangi para shahabat, terutama Abu
Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhum. Bahkan, ‘Aliy dan keturunannya
menamakan sebagian anak-anak mereka dengan nama Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsmaan[8].
Mereka semua saudara seiman. ‘Aliy dan keturunannya yang shaalih sangat
mengingkari orang-orang yang memusuhi Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu
‘anhumaa.
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ
اللَّهِ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ أَنَّهُ
سَمِعَ ابْنَ عَبَّاسٍ يَقُولُ وُضِعَ عُمَرُ عَلَى سَرِيرِهِ فَتَكَنَّفَهُ
النَّاسُ يَدْعُونَ وَيُصَلُّونَ قَبْلَ أَنْ يُرْفَعَ وَأَنَا فِيهِمْ فَلَمْ
يَرُعْنِي إِلَّا رَجُلٌ آخِذٌ مَنْكِبِي فَإِذَا عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ
فَتَرَحَّمَ عَلَى عُمَرَ وَقَالَ مَا خَلَّفْتَ أَحَدًا أَحَبَّ إِلَيَّ أَنْ
أَلْقَى اللَّهَ بِمِثْلِ عَمَلِهِ مِنْكَ وَايْمُ اللَّهِ إِنْ كُنْتُ
لَأَظُنُّ أَنْ يَجْعَلَكَ اللَّهُ مَعَ صَاحِبَيْكَ وَحَسِبْتُ إِنِّي كُنْتُ
كَثِيرًا أَسْمَعُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَهَبْتُ
أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَدَخَلْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ
وَخَرَجْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ
Telah menceritakan
kepada kami ‘Abdaan : Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Abdullah : Telah
menceritakan kepada kami ‘Umar bin Sa’iid, dari Ibnu Abi Mulaikah : Bahwasannya
ia mendengar Ibnu ‘Abbaas berkata : “Setelah jasad 'Umar diletakkan di atas
tempat tidurnya, orang-orang datang berkumpul lalu mendoakan dan menshalatinya
sebelum diusung. Saat itu aku ada bersama orang banyak, dan tidaklah aku
terkaget melainkan setelah ada orang yang meletakkan siku lengannya pada
bahuku, yang ternyata dia adalah 'Aliy bin Abi Thaalib. Kemudian dia memohonkan
rahmat bagi 'Umar dan berkata : ‘Tidak ada seorang pun yang engkau
tinggalkan yang lebih aku cintai untuk bertemu dengan Allah dengan amalanmu
daripadamu dibandingkanmu. Dan demi Allah, sungguh aku yakin sekali
bahwa Allah akan menjadikanmu bersama kedua sahabatmu (Nabi shallallaahu
'alaihi wasallam dan Abu Bakr) dikarenakan aku sering kali mendengar Nabi shallallaahu
'alaihi wasallam bersabda : ‘Aku berangkat (bepergian) bersama Abu Bakr
dan 'Umar. Aku masuk bersama Abu Bakr dan 'Umar. Aku keluar bersama Abu Bakr
dan 'Umar’ [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3685].
حَدَّثَنَا شَبَابَةُ، قَالَ: حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ إيَاسٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ مَاهِكٍ، عَنْ مُحَمَّدِ
بْنِ حَاطِبٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عَلِيًّا يَخْطُبُ يَقُولُ: "إِنَّ الَّذِينَ
سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ، قَالَ:
عُثْمَانُ مِنْهُمْ "
Telah menceritakan
kepada kami Syabaabah, ia berkata : Telah menceritakan kepada Syu’bah, dari
Ja’far bin Iyaas, dari Yuusuf bin Maahik, dari Muhammad bin Haathib, ia berkata
: Aku mendengar ‘Aliy berkhutbah dan berkata : “(Allah berfirman) : ‘Bahwasanya
orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka
itu dijauhkan dari neraka’ (QS. Al-Anbiyaa’ : 101)”. ‘Aliy berkata :
“’Utsmaan termasuk di antara mereka” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah no.
32588; shahih[9]].
حَدَّثَنِي
أَبِي نا أَسْبَاطٌ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ، قَالَ: سَمِعْتُ جَعْفَرَ بْنَ
مُحَمَّدٍ، يَقُولُ: " بَرِئَ اللَّهُ مِمَّنْ تَبَرَّأَ مِنْ أَبِي بَكْرٍ
وَعُمَرَ "
Telah menceritakan
kepadaku ayahku : Telah mengkhabarkan kepada kami Asbaath, dari ‘Amru bin Qais,
ia berkata : Aku mendengar Ja’far bin Muhammad berkata : “Allah berlepas diri
terhadap orang-orang yang berlepas diri terhadap Abu Bakr dan ‘Umar” [Diriwayatkan
oleh ‘Abdullah bin Ahmad dalam As-Sunnah no. 1182; shahih[10]]
حدثنا زيد بن الحباب قال :
حدثنا عبد الله العلاء أبو الزَّبْر الدمشقي قال : حدثنا عبد الله بن عامر، عن
واثلة الأسقع قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لَا تَزَالُوْنَ بِخَيْرٍ
مَا دَام عَلَيْكُمْ مَنْ رَآنِيْ وَصَاحَبَنِيْ. وَاللهِ لَا تَزَالُوْنَ
بِخَيْرٍ مَا دَامَ فِيْكُمْ مَنِ رَأى مَنْ رَآنِيْ وَصَاحَبَ مَنْ صَاحَبَنِيْ،
وَاللهِ لَا تَزَالُوْنَ بِخَيْرٍ مَا دَامَ فِيْكُمْ مَنْ رَأَى مَنْ رَأَى مَنْ
رَآنِيْ، وَصَاحَبَ مَنْ صَاحَبَ مَنْ صَاحَبَنِيْ.
Telah menceritakan
kepada kami Zaid bin Al-Habbaab, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami
‘Abdullh Al-‘Alaa’ Abu Zabr Ad-Dimasyqiy, ia berkata : Telah menceritakan
kepada kami ‘Abdullah bin ‘Aamir, dari Waatsilah Al-Asqa’, ia berkata : Telah
bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Kalian akan
senantiasa berada dalam kebaikan selama ada di tengah-tengah kalian orang yang
pernah melihatku dan bershahabat denganku. Demi Allah, kalian akan senantiasa
berada dalam kebaikan selama ada di tengah-tengah kalian orang yang pernah
melihat orang yang pernah melihatku dan bershahabat dengan orang yang pernah
bershahabat denganku. Demi Allah, kalian akan senantiasa berada dalam kebaikan selama
ada di tengah-tengah kalian orang yang pernah melihat orang yang pernah melihat
orang yang pernah melihatku, dan bershahabat dengan orang yang bershahabat
dengan orang yang bershahabat denganku” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah
12/178; hasan[11]].
5.
Mut’ah.
Ini adalah praktek
prostitusi yang dilegalkan orang Syi’ah dengan memakai kedok agama. Padahal,
‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu dengan tegas mengingkarinya
sebagaimana riwayat :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ
وَابْنُ نُمَيْرٍ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ جَمِيعًا عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ
زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ الْحَسَنِ
وَعَبْدِ اللَّهِ ابْنَيْ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ عَنْ أَبِيهِمَا عَنْ عَلِيٍّ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ نِكَاحِ الْمُتْعَةِ يَوْمَ خَيْبَرَ وَعَنْ
لُحُومِ الْحُمُرِ الْأَهْلِيَّةِ
Telah menceritakan
kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah, Ibnu Numair, dan Zuhair bin Harb,
kesemuanya dari Ibnu ‘Uyainah. Zuhair berkata : Telah menceritakan kepada kami
Sufyaan bin ‘Uyainah, dari Az-Zuhriy, dari Al-Hasan dan ‘Abdullah – keduanya
adalah anak Muhammad bin ‘Aliy - , dari ayahnya, dari ‘Aliy (bin Abi Thaalib) :
“Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah melarang nikah
mut’ah dan (memakan) daging keledai kampung/peliharaan pada hari (peperangan)
Khaibar” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1407].
Itulah
tinjauan kegagalan dogma teologi Syi’ah menurut Ahlus-Sunnah, yang sebagian
besar jalur periwayatannya melalui Ahlul-Bait radliyallaahu ‘anhum. Kita
tak perlu tertipu akan hasutan-hasutan Syi’ah, karena kitalah – Ahlus-Sunnah –
yang lebih pantas menyandang predikat Syi’ah (pembela) ‘Aliy daripada
orang-orang Syi’ah Raafidlah yang justru mengkhianati ajaran ‘Aliy dan
Ahlul-Bait-nya.
Wallaahul-musta’aan.
[Silakan
bagi bagi Pembaca untuk membaca beberapa artikel tentang Syi’ah yang judulnya
tertera di halaman Daftar
Artikel, dan Sub Bab : Syi’ah].
[Abul-Jauzaa’
- perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor - 06091434/14072013 – 22:24 WIB].
[1] Selengkapnya, baca artikel : Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam Tidak Berwasiat tentang Kepemimpinan
kepada ‘Ali radliyallaahu ‘anhu.
[4] Selengkapnya, baca artikel : Shahih
: ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu Membakar Kaum Atheis.
[5] Selengkapnya, baca artikel : Pengakuan
Imam Ma’shum bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam Pernah Marah
Kepadanya.
[6] Selengkapnya, baca artikel :
حَدَّثَنَا عَمْرِو بْنِ مَرْزُوقٍ، قَالَ: أنا شُعْبَةُ، عَنْ سَلَمَةَ
بْنِ كُهَيْلٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ،
قَالَ: قَالَ عَلِيٌّ:
مَا لِي وَلِهَذَا الْحَمِيتِ الأَسْوَدِ، يَعْنِي: عَبْدَ اللَّهِ بْنَ سَبَإٍ،
وَكَانَ يَقَعُ فِي أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ.
Telah
menceritakan kepada kami ‘Amru bin Marzuuq, ia berkata : Telah mengkhabarkan
kepada kami Syu’bah, dari Salamah bin Kuhail, dari Zaid bin Wahb, ia berkata :
Telah berkata ‘Aliy (bin Abi Thaalib) : “Apa urusanku dengan orang hitam jelek
ini – yaitu ‘Abdullah bin Saba’ - . Dia biasa mencela Abu Bakar dan ’Umar”
[At-Taariikh no. 4358;
shahih].
Silakan baca artikel :
[9] Selengkapnya, baca artikel : 'Aliy bin Abi Thaalib : 'Utsmaan bin 'Affaan radliyallaahu
'anhumaa Termasuk Orang-Orang yang Dijauhkan dari Neraka.
[11] Selengkapnya, baca artikel : Riwayat-Riwayat tentang Keutamaan Para Shahabat radliyallaahu
‘anhum.
Comments
Baarokallohu fiekk ustd, ana izin share artikel ini.
Posting Komentar