Benarkah
?. Memang benar !. (Orang Syi’ah) tidak percaya ? Ini buktinya :
حَدَّثَنَا شَبَابَةُ،
قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ إيَاسٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ
مَاهِكٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عَلِيًّا يَخْطُبُ
يَقُولُ: "إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ
عَنْهَا مُبْعَدُونَ، قَالَ: عُثْمَانُ مِنْهُمْ "
Telah
menceritakan kepada kami Syabaabah, ia berkata : Telah menceritakan kepada Syu’bah,
dari Ja’far bin Iyaas, dari Yuusuf bin Maahik, dari Muhammad bin Haathib, ia
berkata : Aku mendengar ‘Aliy berkhutbah dan berkata : “(Allah berfirman) : ‘Bahwasanya
orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka
itu dijauhkan dari neraka’ (QS. Al-Anbiyaa’ : 101)”. ‘Aliy berkata :
“’Utsmaan termasuk di antara mereka” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah no.
32588].
Dari
jalan Ibnu Abi Syaibah tersebut, diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi ‘Aashim[1]
dalam As-Sunnah no. 1216. Dhahir sanad riwayat ini shahih dan para
perawinya tsiqaat. Berikut keterangan singkat perawinya :
1.
Syabaabah bin Sawwaar Al-Fazaariy, Abu
‘Amru Al-Madaniy; seorang yang tsiqah
lagi haafidh.
Termasuk thabaqah ke-9, dan wafat tahun 204 H/205
H/206 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy,
An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal.439 no. 2748].
2.
Syu’bah bin Al-Hajjaaj bin
Al-Ward Al-‘Atakiy Al-Azdi, Abu Busthaam Al-Waasithiy; seorang yang tsiqah, haafidh, mutqin, dan disebut Ats-Tsauriy
sebagai amiirul-mukminiin fil-hadiits. Termasuk thabaqah ke-7, wafat tahun 160 H di Bashrah. Dipakai oleh
Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy,
dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 436 no. 2805].
3.
Ja’far bin Iyaas Abi
Wahsyiyyah Al-Yasykuriy, Abu Bisyr Al-Waasithiy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-5, wafat tahun 125/126 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud,
At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib,
hal. 198 no. 938].
4.
Yuusuf
bin Maahik bin Buhzaad Al-Faarisiy Al-Makkiy; seorang yang tsiqah.
Termasuk thabaqah ke-3 dan wafat tahun 103 H/106 H/110 H/113 H/114 H.
Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1095 no.
7935].
5.
Muhammad
bin Haathib bin Al-Haarits bin Ma’mar Al-Qurasyiy Al-Jumahiy, Abul-Qaasim/Abu
Ibraahiim/Abu Wahb Al-Kuufiy; salah seorang shahabat yang mulia. Termasuk thabaqah
ke-1, dan wafat tahun 74 H di Makkah atau di Kuufah. Dipakai oleh
At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 835
no. 5837].
6.
‘Aliy bin Abi Thaalib bin
‘Abdil-Muthallib bin Haasyim Al-Qurasyiy, Abul-Hasan Al-Haasyimiy; salah
seorang shahabat besar, amiirul-mukminiin. Termasuk thabaqah ke-1,
dan wafat tahun 40 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim,
Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 698 no.
4787].
Syabaabah
dalam periwayatan dari Syu’bah diselisihi oleh Ath-Thayaalisiy (diriwayatkan
oleh Ath-Thahawiy[2]
dalam Syarh Musykiilil-Aatsaar no. 989), Muhammad bin Ja’far
(diriwayatkan oleh Ath-Thabariy[3]
dalam Jaami’ul-Bayaan 18/538), dan Yahyaa bin Sa’iid Al-Qaththaan (diriwayatkan
oleh Ahmad[4]
dalam Fadlaailush-Shahaabah no. 771) dimana mereka menyebutkan syaikh
(guru) dari Ja’far Abu Bisyr adalah Yuusuf bin Sa’d (bukan Yuusuf bin Maahik).
Yuusuf bin Sa’d Al-Jumahiy, Abu Ya’quub/Abu Sa’d
Al-Bashriy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-3. Dipakai
oleh At-Tirmidziy dan An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1094 no.
7921].
Dalam
riwayat Ath-Thahawiy disebutkan dengan lafadh perkataan ‘Aliy radliyallaahu
‘anhu :
نَزَلَتْ فِي عُثْمَانَ،
وَأَصْحَابِهِ، أَوْ قَالَ: عُثْمَانُ مِنْهُمْ
“(Ayat
tersebut) turun berkenaan dengan ‘Utsmaan dan shahabat-shahabatnya” – atau ia
berkata : “’Utsmaan termasuk di antara mereka”.
Ath-Thayaalisiy[5],
Muhammad bin Ja’far (Ghundar)[6],
dan Yahyaa bin Sa’iid Al-Qaththaan[7]
adalah tiga orang pembesar ashhaab Syu’bah bin Al-Hajjaaj. Salah satu
saja di antara mereka lebih dikedepankan dalam riwayat Syu’bah dibandingkan
Syabaabah. Lantas, bagaimana halnya jika ketiganya berkumpul ?. Oleh karena
itu, yang mahfuudh adalah riwayat yang menyebutkan Yuusuf bin Sa’d
(bukan Yuusuf bin Maahik).
Diriwayatkan
juga oleh Al-Baladzuriy[8]
dalam Al-Ansaab, 6/111 :
وَحَدَّثَنِي عَمْرٌو
النَّاقِدُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ عَاصِمٍ، عَنْ جَعْفَرَ بْنِ أَبِي
وَحْشِيَّةَ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ سَعِيدٍ مَوْلَى حَاطِبٍ، عَنْ
مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ، وَكَانَ قَدِمَ الْبَصْرَةَ مَعَ عَلِيٍّ، أَنَّ عَلِيًّا
ذَكَرَ عُثْمَانَ، فَقَالَ وَمَعَهُ عُودٌ يَنْكُتُ بِهِ: "إِنَّ الَّذِينَ
سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ "
أُولَئِكَ عُثْمَانُ وَأَصْحَابُ عُثْمَانَ
Dan
telah menceritakan kepadaku ‘Amru bin Naaqid, dari ‘Amru bin ‘Aashim, dari
Ja’far bin Abi Wahsyiyyah, dari Yuusuf bin Sa’iid maulaa Haathib[9],
dari Muhammad bin Haathib : Bahwasannya ia pernah tiba di negeri Bashrah
bersama ‘Aliy. Ketika itu ‘Aliy menyebutkan tentang ‘Utsmaan, lalu ia berkata –
yang ketika itu ia memegang sebilah dahan - : “Bahwasanya orang-orang yang
telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari
neraka’ (QS. Al-Anbiyaa’ : 101). Mereka itu adalah ‘Utsmaan dan
shahabat-shahabatnya”.
Sanad
riwayat ini lemah karena keterputusan antara ‘Amru bin ‘Aashim dan Abu Bisyr. Kemungkinan
perantara yang gugur antara keduanya adalah Syu’bah, karena ‘Amru bin ‘Aashim
termasuk diantara ashhaab Syu’bah [Ma’rifatu Ashhaabi Syu’bah,
hal. 127].
Berikut
keterangan para perawi riwayat di atas :
1.
‘Amru
bin Muhammad bin Bukair bin Saabuur An-Naaqid, Abu ‘Utsmaan Al-Baghdaadiy; seorang
yang tsiqah lagi haafidh, namun ragu dalam hadits. Termasuk thabaqah
ke-10 dan wafat tahun 232 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud,
dan An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal 744 no. 5141].
2.
‘Amru
bin ‘Aashim bin ‘Ubaidillah bin Al-Waazi’ Al-Kilaabiy Al-Qaisiy, Abu ‘Utsmaan
Al-Bashriy; seorang yang shaduuq.
Termasuk thabaqah ke-9 dan wafat tahun 213 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy,
Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib
hal. 738 no. 5090, Tahriirut-Taqriib 3/97 no. 5055, dan Kasyful-Iihaam
hal. 499-500 no. 415].
Syu’bah
mempunyai mutaba’ah dari Abu ‘Awaanah sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Aajurriy
dalam Asy-Syarii’ah 3/159-160 no. 1507 :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ
بْنُ أَبِي دَاوُدَ، قَالَ: حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ حَبِيبٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا
أَبُو دَاوُدَ يَعْنِي الطَّيَالِسِيَّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ،
عَنْ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ سَعْدٍ، قَالَ: قَدِمَ مُحَمَّدُ بْنُ
عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ الْبَصْرَةَ قَالَ: فَحَدَّثَنِي، قَالَ: شَهِدْتُ
عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَهُوَ عَلَى سَرِيرٍ، وَعِنْدَهُ عَمَّارُ بْنُ
يَاسِرٍ، وَزَيْدُ بْنُ صُوحَانَ، وَصَعْصَعَةُ، فَذُكِرَ عُثْمَانُ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: وَعَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَنْكُتُ فِي الأَرْضِ
بِعُودٍ مَعَهُ، فَقَرَأَ: إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى
أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ قَالَ: نَزَلَتْ فِي عُثْمَانَ، فَقُلْتُ
لِمُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ: أَرْوِي هَذَا عَنْكَ؟ قَالَ: نَعَمْ "
Telah
menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Daawud, ia berkata : Telah
menceritakan kepada kami Yuunus bin Habiib, ia berkata : Telah menceritakan
kepada kami Abu Daawud Ath-Thayaalisiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada
kami Abu ‘Awaanah, dari Abu Bisyr, dari Yuusuf bin Sa’d, ia berkata : Muhammad
bin ‘Aliy tiba di negeri Bashrah, lalu ia menceritakan kepadaku, dan berkata : Aku
pernah menyaksikan ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu di atas dipan, dan di
sampingnya ada ‘Ammaar bin Yaasir, Zaid bin Shuuhaan, dan Sha’sha’ah. Lalu
disebutkan perihal ‘Utsmaan radliyallaahu ‘anhu. Lalu ‘Aliy berkata membaca
ayat – ketika itu ia memukulkan sebilah dahan ke tanah – : “Bahwasanya
orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka
itu dijauhkan dari neraka’ (QS. Al-Anbiyaa’ : 101)”. Ia lalu berkata : “Ayat
tersebut turun berkenaan dengan ‘Utsmaan”. Aku (Yuusuf bin Sa’d) berkata kepada
Muhammad : “Bolehkan aku meriwayatkan hal ini darimu ?”. ia menjawab : “Ya,
boleh”.
Sanad
riwayat ini shahih, semua perawinya tsiqaat :
1.
Abu
Bakr bin Abi Daawud adalah : ‘Abdullah bin Sulaimaan bin Al-Asy’ats As-Sijistaaniy,
Abu Bakr bin Abi Daawud; seorang yang tsiqah lagi haafidh. Lahir
tahun 230 H dan wafat tahun 316 H [selengkapnya baca : Lisaanul-Miizaan,
4/490-495 no. 4266].
2.
Yuunus bin Habiib bin ‘Abdil-Qaahir
bin ‘Abdil-‘Aziiz bin ‘Umar bin Qais, Abu Bisyr Al-Ashbahaaniy; seorang yang tsiqah.
Wafat tahun 267 H [Al-Jarh wat-Ta’diil 9/237-238 no. 1000 dan Rijaalul-Haakim
hal. 399 no. 1777].
3.
Abu Daawud
Ath-Thayaalisiy, lihat catatan kaki no. 5.
4.
Al-Wadldlaah
bin ‘Abdillah Al-Yasykuuriy, Abu ‘Awaanah Al-Waasithiy Al-Bazzaaz; seorang yang tsiqah lagi tsabat. Termasuk thabaqah ke-7, wafat tahun 175/176 H. Dipakai oleh
Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib,
hal. 1036 no. 7457].
5.
Abu
Bisyr, telah lewat keterangannya.
6.
Yuusuf
bin Sa’d, telah lewat keterangannya.
7.
Muhammad bin ‘Aliy
bin Abi Thaalib Al-Qurasyiy Al-Haasyimiy, Abul-Qaasim/Abu ‘Abdillah – terkenal dengan
nama : Ibnul-Hanafiyyah – Al-Madaniy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah
ke-2, dan wafat tahun 73 H/80 H/81 H/82 H/92 H/93 H. Dipakai oleh
Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib,
hal. 880 no. 6197].
Penyebutan
Muhammad bin ‘Aliy di sini keliru karena menyelisihi riwayat jama’ah,
karena yang benar adalah Muhammad bin Haathib. Lafadh Al-Aajurriy ini mirip
dengan lafadh Al-Balaadzuriy.
Diriwayatkan
juga Al-Mahaamiliy[10]
dalam Al-Amaaliy no. 195 dengan menggugurkan Yuusuf bin Sa’d antara Abu
Bisyr dan Muhammad bin Haathib. Semua perawinya tsiqaat.
Diriwayatkan
juga oleh Abu Ishaaq[11]
dalam Al-Amaaliy no. 110 dengan menyebutkan nama syaikh (guru) dari Abu
Bisyr adalah : Yuusuf Al-Makkiy. Yang benar adalah Yuusuf bin Sa’d Al-Jumahiy
sebagaimana riwayat jama’ah.
Walhasil,
riwayat ini shahih.
Di
kesempatan lain, Muhammad bin Haathib juga pernah bertanya kepada ‘Aliy :
سَأَلْتُ عَلِيًّا عَنْ
عُثْمَانَ، فَقَالَ: " هُوَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا ثُمَّ اتَّقَوْا ثُمَّ
آمَنُوا ثُمَّ اتَّقَوْا "، وَلَمْ يَخْتِمِ الآيَةَ
Aku
pernah bertanya kepada ‘Aliy tentang ‘Utsmaan, lalu ia menjawab : “Ia termasuk
orang-orang yang beriman, lalu bertaqwa, lalu beriman, lalu bertaqwa” – ia tidak
menyelesaikan (pembacaan) ayat[12]
[Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Fadlaailush-Shahaabah[13]
no. 770; sanadnya shahih].
Perkataan
‘Aliy bin Abi Thaalib tentang diri ‘Utsmaan bin ‘Affaan radliyallaahu ‘anhumaa
adalah benar, karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :
عُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ
“’Utsmaan
ada di surga” [hadits shahih].
‘Utsmaan
bin ‘Affaan radliyallaahu ‘anhu termasuk golongan orang yang pertama
kali masuk Islam yang mengorbankan harta dan jiwanya membela Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam. Allah ta’ala berfirman tentang mereka :
وَالسَّابِقُونَ
الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ
بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ
الْعَظِيمُ
“Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin
dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada
mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka
surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” [QS. At-Taubah : 100].
Sumpah
serapah dan caci maki kebencian orang-orang Syi’ah Raafidlah tentang diri ‘Utsmaan
radliyallaahu ‘anhu tidaklah berbekas kecuali pada diri mereka sendiri.
Anda,
Pembaca, menjadi semakin tahu, siapakah sebenarnya syi’ah (pembela) ‘Aliy radliyallaahu
‘anhu : kita atau mereka ?. Siapakah yang beragama sesuai dengan agama ‘Aliy
radliyallaahu ‘anhu : kita atau mereka ?.
Wallaahul-musta’aan.
[abul-jauzaa’
– perum ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor – 27041434/09032013 – 02:54].
[1] Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ، حَدَّثَنَا شَبَابَةُ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ
جَعْفَرِ بْنِ إِيَاسٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ مَاهَكٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ،
قَالَ: سَمِعْتُ عَلِيًّا يَخْطُبُ، يَقُولُ: " إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ
لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ، عُثْمَانُ مِنْهُمْ
"
[2] Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا بَكَّارُ بْنُ قُتَيْبَةَ، وَيَزِيدُ بْنُ سِنَانٍ، قَالا:
حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ
أَبِي بِشْرٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ، قَالَ:
سَمِعْتُ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَخْطُبُ، وَتَلا هَذِهِ الآيَةَ: "
إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى، قَالَ: نَزَلَتْ فِي
عُثْمَانَ، وَأَصْحَابِهِ، أَوْ قَالَ: عُثْمَانُ مِنْهُمْ.
[3] Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، قَالَ: ثنا مُحَمَّدُ بْنُ
جَعْفَرٍ، قَالَ: ثنا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ
يُوسُفَ بْنِ سَعْدٍ، وَلَيْسَ بِابْنِ مَاهِكَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
حَاطِبٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عَلِيًّا يَخْطُبُ، فَقَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ:
"إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا
مُبْعَدُونَ، قَالَ: عُثْمَانُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ مِنْهُمْ "،
[4] Riwayatnya adalah :
نَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ شُعْبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو
بِشْرٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ، قَالَ: سَمِعْتُ
عَلِيًّا يَقُولُ: يَعْنِي إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى:
مِنْهُمْ عُثْمَانُ
[5] Sulaimaan bin Daawud bin Al-Jaarud, Abu Daawud
Ath-Thayaalisiy Al-Bashriy Al-Haafidh; seorang yang tsiqah lagi haafidh,
namun keliru dalam beberapa hadits. Termasuk thabaqah ke-9 dan wafat
tahun 204 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy secara mu’allaq, Muslim, Abu
Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib,
hal. 406 no. 2565].
Ibnu
Hajar rahimahullah berkata : “Abu Daawud Ath-Thayaalisiy dan
Muhammad bin Ja’far (Ghundar) termasuk orang yang paling tsabt di kalangan ashhaab Syu’bah”
[Fathul-Baariy, 2/227].
[6] Muhammad bin Ja’far Al-Hudzaliy, Abu ‘Abdillah
Al-Bashriy – terkenal dengan nama Ghundar; seorang yang tsiqah shahiihul-kitaab, namun padanya ada
kelalaian. Termasuk thabaqah ke-9, wafat tahun 293/294
H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy,
dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 833 no. 5824].
Al-‘Ijliy
berkata bahwa ia orang yang paling tsabt dalam hadits Syu’bah [Ma’rifatuts-Tsiqaat, 2/234]. Ibnul-Mubaarak mengatakan jika orang-orang
berselisih dalam hadits Syu’bah, maka kitab Ghundar menjadi pemutus di antara
mereka [Al-Jarh wat-Ta’diil, 1/271]. Hal yang sama dikatakan oleh Al-Fallaas [Syarh ‘Ilal At-Tirmidziy, 2/274].
[7] Yahyaa bin Sa’iid bin Farruukh Al-Qaththaan
At-Tamiimiy; seorang yang tsiqah,mutqin,
haafidh, imaam, lagi qudwah.
Termasuk thabaqah ke-9, dan wafat tahun 198
H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy,
dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1055-1056 no. 7607].
Al-Maimuuniy
berkata : Aku pernah bertanya kepada Abu ‘Abdillah (Al-Imaam Ahmad) tentang
siapakah yang dikedepankan di antara ashhaab Syu’bah ?. Ia menjawab : “Adapaun
dalam segi jumlah dan banyaknya, maka Ghundar. Ia (Ghundar) berkata : ‘Aku
bershahabat dengan Syu’bah selama 20 tahun’. Akan tetapi Yahyaa bin Sa’iid
lebih tsabt (kokoh). Ghundar itu shahiihul-kitaab....” [Al-Ma’rifah
wat-Taariikh, 2/202].
[8] Riwayatnya adalah :
وَحَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ عَاصِمٍ، عَنْ
جَعْفَرَ بْنِ أَبِي وَحْشِيَّةَ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ سَعِيدٍ مَوْلَى
حَاطِبٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ، وَكَانَ قَدِمَ الْبَصْرَةَ مَعَ عَلِيٍّ،
أَنَّ عَلِيًّا ذَكَرَ عُثْمَانَ، فَقَالَ وَمَعَهُ عُودٌ يَنْكُتُ بِهِ:
"إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا
مُبْعَدُونَ " أُولَئِكَ عُثْمَانُ وَأَصْحَابُ عُثْمَانَ
[9] Begitulah yang tertulis dalam naskah kitab.
Yang benar : Yuusuf bin Sa’d.
[10] Riwayatnya adalah :
ثنا أَبُو السَّائِبِ، قَالَ: ثنا ابْنُ إِدْرِيسَ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ
أَبِي بِشْرٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ، عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
قَالَ: " عُثْمَانُ مِنْهُمْ، مِنَ الَّذِينَ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى:ف إِنَّ
الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَق
"
[11] Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الأَشَجُّ، ثنا ابْنُ إِدْرِيسَ، عَنْ شُعْبَةَ،
عَنْ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ يُوسُفَ الْمَكِّيِّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ،
قَالَ: سَمِعْتُ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ، يَقُولُ فِي قَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ:
إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا
مُبْعَدُونَ، قَالَ: " عُثْمَانُ وَأَصْحَابُهُ "
[12] QS. Al-Maaidah : 93 (selengkapnya) :
لَيْسَ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جُنَاحٌ فِيمَا
طَعِمُوا إِذَا مَا اتَّقَوْا وَآمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ ثُمَّ اتَّقَوْا
وَآمَنُوا ثُمَّ اتَّقَوْا وَأَحْسَنُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amalan yang shalih karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu,
apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang
saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga)
bertakwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan”.
[13] Riwayatnya adalah :
قثنا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، نا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي عَوْنٍ، قَالَ:
سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ حَاطِبٍ، قَالَ: سَأَلْتُ عَلِيًّا عَنْ عُثْمَانَ،
فَقَالَ: " هُوَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا ثُمَّ اتَّقَوْا ثُمَّ آمَنُوا ثُمَّ
اتَّقَوْا "، وَلَمْ يَخْتِمِ الآيَةَ
Comments
Posting Komentar