Beberapa Perawi yang Meriwayatkan dari Ibnu Lahii’ah Sebelum Masa Ikhtilaathnya


Ia adalah : ‘Abdullah bin Lahii’ah bin ‘Uqbah Al-Hadlramiy, Abu ‘Abdirrahmaan/Nadlr Al-Mishriy (عبد الله بن لهيعة بن عقبة الحضرمي الأعدولي ، و يقال الغافقي ، أبو عبد الرحمن ، و يقال أبو النضر ، المصري الفقيه القاضي); seorang yang shaduuq, namun bercampur hapalannya setelah kitabnya terbakar. Termasuk thabaqah ke-7, wafat tahun 174 H. Dipakai oleh Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, dan Ibnu Maajah. Begitulah yang dikatakan Ibnu Hajar dalam Taqriibut-Tahdziib, hal. 538 no. 3587.
Semula ia seorang yang shaduuq atau bahkan tsiqah. Namun saat rumahnya terbakar tahun 170 H, kitab-kitabnya ikut terbakar, sehingga hapalannya menjadi kacau[1]. Oleh karena itu, sebagaimana kaedah yang ditetapkan oleh ahli hadits, hadits yang diriwayatkan darinya sebelum kitabnya terbakar adalah shahih, sedangkan yang setelah kitabnya terbakar adalah dla’iif.
Al-Fadhl berkata : Aku mendengar Abu ‘Abdillah (Ahmad bin Hanbal), dan ia ditanya tentang Ibnu Lahii’ah, maka ia menjawab : “Barangsiapa yang mendengarnya di masa terdahulu (sebelum kitab-kitabnya terbakar), maka penyimakan riwayatnya shahih” [Mausuu’ah Aqwaal Al-Imaam Ahmad 2/280].
Siapa sajakah yang meriwayatkan hadits dari Ibnu Lahii’ah sebelum masa ikhtilaath-nya ?. Berikut perinciannya :
1.     ‘Abdullah bin Wahb bin Muslim
2.     ‘Abdullah bin Al-Mubarak
3.     ‘Abdullah bin Yazid Al-‘Adawiy Al-Makkiy
4.     ‘Abdullah bin Maslamah Al-Qa’nabiy
Mereka adalah Al-‘Abaadilah yang riwayatnya dari Ibnu Lahii’ah merupakan hujjah sebagaimana dikatakan oleh Ad-Daaruquthniy [Al-Mausuu’ah hal. 370 no. 1931], Ibnu Hibbaan [Al-Majruuhiin 2/11], Al-Fallaas [Al-Mukhtalithiin hal. 65 no. 26], dan yang lainnya.
5.     Al-Auzaa’iy (‘Abdurrahmaan bin ‘Amru bin Abi ‘Amru).
Karena ia meninggal sebelum Ibnu Lahii’ah pada tahun 157 H.
6.     Sufyaan Ats-Tsauriy.
Karena ia meninggal sebelum Ibnu Lahii’ah pada tahun 161 H.
7.     Syu’bah bin Al-Hajjaaj.
Karena ia meninggal sebelum Ibnu Lahii’ah pada tahun 160 H.
8.     ‘Amru bin Al-Haarits Al-Mishriy.
Karena ia meninggal sebelum Ibnu Lahii’ah pada tahun 147 H/148 H/149 H.
9.     Ishaaq bin ‘Iisaa Ath-Thabbaa’.
Karena ia bertemu Ibnu Lahii’ah pada tahun 164 H [Taariikh Dimasyq 32/148 dan Tahdziibul-Kamaal 15/493].
10.   Al-Waliid bin Maziid Al-Bairuutiy.
Ath-Thabaraaniy berkata : “Al-Waliid bin Maziid termasuk orang yang mendengar riwayat Ibnu Lahii’ah sebelum kitab-kitabnya terbakar” [Al-Mu’jamush-Shaghiir 1/384 no. 643].
11.   Qutaibah bin Sa’iid.
Karena ia mengambil riwayat dari kitab ‘Abdullah bin Wahb dan kemudian mendengarnya dari Ibnu Lahii’ah. Inilah pendapat Ahmad bin Hanbal [Mausuu’ah Aqwaal Al-Imaam Ahmad 2/279].
12.   ‘Abdurrahmaan bin Mahdiy.
Karena ia termasuk orang yang sangat selektif dalam pengambilan riwayat. Dan bahkan, ia mencela dan meninggalkan riwayat Ibnu Lahii’ah (karena kelemahannya), kecuali yang berasal dari Ibnul-Mubaarak atau yang semisalnya.
13.   Al-Laits bin Sa'd.
Karena ia termasuk perawi yang meriwayatkan dari Ibnu Lahii'ah di masa awal [Fathul-Baariy, 4/345].
14.   Bisyr bin Bakr.
Karena ia tidak pernah meriwayatkan hadits Ibnu Lahii'ah setelah tahun 153 H [Adl-Dlu'afaa' 2/294].
15.   Yahyaa bin Ishaaq As-Sailahiiniy.
Karena ia termasuk perawi yang meriwayatkan dari Ibnu Lahii'ah di masa awal, sebagaimana dijelaskan Ibnu Hajar dalam biografi Hafsh bin Haasyim bin 'Utbah [Tahdziibut-Tahdziib, 2/420].
16.   Manshuur bin ‘Ammaar bin Katsiir As-Sulamiy.
17.   ‘Amru bin Khaalid Al-Harraaniy.
18.   Asad bin Muusaa.
19.   Muhammad bin Rumh.
20.   Muhammad bin Al-Haarits Al-Mishriy.
21.   Asyhab bin ‘Abdil-‘Aziiz.
22.   Zaid bin Al-Hubbaab.
23.   Marwaan bin Muhammad Ath-Thaathaariy.
24.   Mujjaa’ah bin Tsaabit.
25.   Muhammad bin Mu’aawiyyah An-Naisaabuuriy.
26.   Kaamil bin Thalhah Al-Jahdariy.
27.   Hajjaaj bin Sulaimaan Ar-Ru’ainiy.
Perawi no. 16-27 adalah sebagaimana dikatakan Ibnu Sayyidin-Naas dalam An-Nafhusy-Syadzdziy hal. 801-804.
Wallaahu a’lam.
Semoga ada manfaatnya.
[Abul-Jauzaa’ - perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor - 06091434/15072013 –01:55 WIB – revised : 09:54 WIB].




[1]     Al-Bukhaariy rahimahullah berkata :
وقال يحيى بن بكير : احترق منزل ابن لهيعة وكتبه فى سنة سبعين ومئة
“Yahyaa bin Bukair berkata : ‘Rumah Ibnu Lahii’ah beserta kitab-kitabnya terbakar pada tahun 170 H” [At-Taariikh Al-Kabiir, 5/183 no. 574 dan Tahdziibul-Kamaal 15/496].
Yahyaa bin ‘Utsmaan bin Shaalih As-Sahmiy berkata :
سألت أبى متى احترقت دار ابن لهيعة ؟ فقال : فى سنة سبعين و مئة
“Aku pernah bertanya kepada ayahku, kapan rumah Ibnu Lahii’ah terbakar ?”. ia menjawab : “Tahun 170 H” [Taariikh Dimasyq 32/148, Siyaru A’laamin-Nubalaa’ 8/13, danTahdziibul-Kamaal 15/496].
Namun ada juga yang mengatakan tahun 169 H, sebagaimana dikatakan Ishaaq bin ‘Iisaa :
احترقت كتب ابن لهيعة سنة تسع وستين ولقيته أنا سنة أربع وستين ومئة أظنه قال ومات أربع وسبعين أو ثلاث وسبعين
“Kitab-kitab Ibnu Lahii’ah terbakar tahun 169 H, dan aku bertemu dengannya yang 164 H. ia meninggal tahun 174 H atau 173 H” [Taariikh Dimasyq 32/148 dan Tahdziibul-Kamaal15/493].

Comments

Sekul mengatakan...

Sangat bermanfaat infonya mas