Keutamaan Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu yang Lain



Al-Harbiy rahimahullah berkata :
حَدَّثَنَا عَلِيٌّ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ الْمِصْرِيُّ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ سَعِيدٍ الرَّازِيُّ، حَدَّثَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ، عَنْ قَيْسٍ، قَالَ: قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: وَهَلْ أَنَا إِلا حَسَنَةٌ مِنْ حَسَنَاتِ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy : Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Muhammad Al-Mishriy : Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Sa’iid Ar-Raaziy : Telah menceritakan kepada kami Hannaad bin As-Sariy : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail, dari Ismaa’iil bin Abi Khaalid, dari Qais, ia berkata : Telah berkata ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu : “Dan aku hanyalah satu bagian kebaikan dari kebaikan-kebaikan Abu Bakr radliyallaahu ‘anhumaa” [Fadlaailu Abi Bakr no. 29].
Sanad riwayat ini hasan.

Berikut keterangan para perawinya :
a.     ‘Aliy, ia adalah ‘Aliy bin ‘Umar bin Ahmad bin Mahdiy Ad-Daaruquthniy, pemilik kitab As-Sunan; seorang imam lagi haafidh.
b.     ‘Aliy bin Muhammad bin Ahmad bin Al-Hasan, Abul-Hasan Al-Waa’idh Al-Mishriy; seorang yang tsiqah. Wafat tahun 338 H [Taariikh Baghdaad, 13/548-549 no. 6436].
c.      ‘Aliy bin Sa’iid bin Basyiir bin Mihraan Ar-Raaziy, Abul-Hasan Al-Haafidh; seorang yang tsiqah, kadang ragu, dan diperbincangkan para ulama atas sirahnya (w. 299 H) [Irsyaadul-Qaadliy, hal. 430-431 no. 679 dan Lisaanul-Miizaan 5/542-543 no. 5400].
d.     Hannaad bin As-Sariy bin Mush’ab bin Abi Bakr At-Tamiimiy Ad-Daarimiy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-10, lahir tahun 152 H, dan wafat tahun 243 H.Dipakai oleh Al-Bukhaariy dalam Khalqu Af’aalil-‘Ibaad, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1025 no. 7370].
e.     Muhammad bin Fudlail bin Ghazwaan bin Jariir Adl-Dlabbiy, Abu ‘Abdirahmaan Al-Kuufiy; seorang yang shaduuq. Termasuk thabaqah ke-9, wafat tahun 195 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 889 no. 6267].
f.      Ismaa’iil bin Abi Khaalid Hurmuz/Sa’d/Katsiir Al-Ahmasiy, Abu ‘Abdillah Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah lagi tsabat. Termasuk thabaqah ke-4, dan wafat tahun 146 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 138 no. 442].
g.     Qais bin Abi Haazim Hushain Al-Bajaliy Al-Ahmasiy, Abu ‘Abdillah/’Ubaidillah Al-Kuufiy; seorang mukhdlaram yang tsiqah, usianya melampaui 100 tahun dan kemudian berubah hapalannya. Termasuk thabaqah ke-2, dan wafat tahun 84 H/97 H/98 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 803 no. 5601].
Di sini, riwayatnya yang berasal dari Ismaa’iil bin Abi Khaalid dijadikan hujjah oleh Al-Bukhaariy dan Muslim, dan Ismaa’iil sendiri merupakan orang yang paling mengetahui riwayat Qais.
h.     ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu, salah seorang shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang mulia.
Keutamaan Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu adalah satu hal yang tidak diingkari oleh seorang pun, kecuali pendengkinya dari kalangan Syi’ah. Ia adalah orang yang paling utama di kalangan shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ، ثنا بَقِيَّةُ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: كُنَّا نَتَحَدَّثُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَّ خَيْرَ هَذِهِ الأُمَّةِ بَعْدَ نَبِيِّهَا: أَبُو بَكْرٍ، ثُمَّ عُمَرُ، ثُمَّ عُثْمَانُ، فَيَبْلُغُ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلا يُنْكِرُهُ
Telah menceritakan kepada kami ‘’Amru bin ‘Utsmaan : Telah menceritakan kepada kami Baqiyyah : Telah menceritakan kepada kami Al-Laits bin Sa’d, dari Yaziid bin Abi Habiib, dari Naafi’, dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : “Kami berkata di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘bahwasannya sebaik-baik umat setelah Nabinya (shallallaahu ‘alaihi wa sallam) adalah Abu Bakr, kemudian ‘Umar, kemudian ‘Utsmaan’. Lalu sampailah hal itu kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau tidak mengingkarinya” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Aashim no. 1193; shahih].
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْحَضْرَمِيُّ، ثَنَا الْحَكَمُ بْنُ مُوسَى. ح وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ الصُّوفِيُّ، ثَنَا الْهُشَيْمُ بْنُ خَارِجَةَ، وَالْحَكَمُ بْنُ مُوسَى. ح وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ الْحَسَنِ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي شَيْبَةَ، ثَنَا الْعَلاءُ بْنُ عَمْرٍو، قَالُوا: ثَنَا شِهَابُ بْنُ خِرَاشٍ، ثَنَا الْحَجَّاجُ بْنُ دِينَارٍ، عَنْ أَبِي مَعْشَرٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: ضَرَبَ عَلْقَمَةُ هَذَا الْمِنْبَرَ، فَقَالَ: سَمِعْتُ عَلِيًّا يَخْطُبُ عَلَى هَذَا الْمِنْبَرِ، فَقَالَ: " خَيْرُ هَذِهِ الأُمَّةِ بَعْدَ نَبِيِّهَا عَلَيْهِ السَّلامُ: أَبُو بَكْرٍ، وَعُمَرُ أَلا وَإِنَّهُ بَلَغَنِي أَنَّ رِجَالا يُفَضِّلُونِي عَلَيْهِمَا أَلا فَمَنْ وَجَدْتُهُ فَضَّلَنِي عَلَيْهِمَا فَهُوَ مُفْتَرٍ، عَلَيْهِ مَا عَلَى الْمُفْتَرِي .......
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdillah : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdillah Al-Hadlramiy : Telah menceritakan kepada kami Al-Hakam bin Muusaa (ح). Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ibraahiim : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Al-Hasan Ash-Shuufiy : Telah menceritakan kepada kami Al-Husyaim bin Khaarijah dan Al-Hakam bin Muusaa (ح). Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ahmad bin Al-Hasan : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Utsmaan bin Abi Syaibah : Telah menceritakan kepada kami Al-‘Alaa’ bin ‘Amru; mereka semua berkata : Telah menceritakan kepada kami Syihaab bin Khiraasy : Telah menceritakan kepada kami Al-Hajjaaj bin Diinaar, dari Abu Mi’syar, dari Ibraahiim, ia berkata : ‘Alqamah memukul mimbar ini dan berkata : Aku mendengar ‘Aliy berkhutbah di atas mimbar ini, lalu ia berkata : “Sebaik-baik umat ini setelah Nabinya ‘alaihis-salaam adalah Abu Bakr dan ‘Umar. Ketahuilah, sesungguhnya telah sampai kepadaku seorang laki-laki yang telah mengunggulkanku dari mereka berdua. Ketahuilah, barangsiapa yang aku jumpai mengunggulkanku di atas mereka berdua, maka dia adalah pendusta. Baginya hukuman sebagaimana berlaku bagi pendusta.....” [Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Fadlaailu Al-Khulafaa’ir-Raasyidiin no. 169; sanadnya hasan, dan shahih dengan keseluruhan jalannya].
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنَا  جَامِعُ  بْنُ  أَبِي  رَاشِدٍ، حَدَّثَنَا أَبُو يَعْلَى، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَنَفِيَّةِ، قَالَ: قُلْتُ لِأَبِي: " أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَبُو بَكْرٍ: قُلْتُ: ثُمَّ مَنْ، قَالَ: ثُمَّ عُمَرُ وَخَشِيتُ أَنْ يَقُولَ: عُثْمَانُ، قُلْتُ: ثُمَّ أَنْتَ، قَالَ: مَا أَنَا إِلَّا رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ "
Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Katsiir : Telah mengkhabarkan kepada kami Sufyaan : Telah menceritakan kepada kami Jaami’ bin Abi Raasyid : Telah menceritakan kepada kami Abu Ya’laa, dari Muhammad bin Al-Hanafiyyah : Aku bertanya kepada ayahku (‘Ali bin Abi Thaalib radliyalaahu ‘anhu) : “Siapakah manusia yang paling baik setelah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ?”. Ia menjawab : “Abu Bakr”. Aku berkata : “Kemudian siapa ?”. Ia menjawab : “Kemudian ‘Umar”. Dan aku khawatir ia akan mengatakan (setelahnya) : ‘Utsmaan. Aku berkata “Kemudian engkau ?”. Ia menjawab : “Aku hanyalah seorang laki-laki dari kalangan kaum muslimin” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3671].
Jika bermadzhab dengan madzhab ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu sebagai tolok ukur, maka Ahlus-Sunnah lah yang bermadzhab dengan madzhabnya. Bukan Syi’ah sebagaimana pengakuannya....
Wallaahu a’lam.
[abul-jauzaa’ – wonokarto, wonogiri, 21062012]. 

Comments

Anonim mengatakan...

Muhammad bin Fudlail, dari Ismaa’iil bin Abi Khaalid,????? wkwkwkwk...


Jika Muhammad bin Fudlail baru saja lahir (masih bayi usia 1 Hari) saat mendengar hadits ini di tahun wafatnya Ismail bin Abi Khalid (Tahun 146 H) darinya, itu berarti umur Muhammad bin Fudhail saat wafat di tahun 295 adalah 149 Tahun.

____________________________________
AAAAJiiib nih Hadits.! Cocok banget untuk orang2 bingung kayak ente!

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Maaf, salah tulis. Yang benar, wafatnya adalah tahun 194 H atau 195 H.

Ndak masalah, dan akan saya perbaiki. Kritikan Anda membangun. Dan itu tidak mengubah esensi tulisan di atas.

Anonim mengatakan...

Di dalam taqrib-atahzib-ibnu Hajar dan Mizan I'tidal dzahabi disebutkan bahwa Muhammad bin Fudhail adalah seorang yg shodduq dan SYIAH.



MENGAPA ANDA TERIMA HADITSNYA ORANG SYIAH?


Mezan al-A'tadal al-Dhahbi-[Hadith Narrator, Id:10825.-pg:Vol:4]

-ابن فضيل . محمد بن فضيل بن غزوان ( 3 ) . صدوق شيع .

Taqrib al-Tahdheeb Ibn Hajr-[Hadith Narrator, Id:6227. - pg:502]

محمد بن فضيل بن غزوان بفتح المعجمة وسكون الزاي الضبي مولاهم أبو عبد الرحمن الكوفي صدوق عارف رمي بالتشيع من التاسعة مات سنة خمس وتسعين [ ومائة ] ع

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Bukan hanya saya yang menerima riwayat orang yang dituduh berpemahaman tasyayyu', tapi juga Al-Bukhaariy, Muslim, dan yang lainnya. Dan bukan hanya menerima riwayat orang yang berpemahaman tasyayyu', tapi juga riwayat orang yang dituduh berpemahaman irja', qadariy, dan yang lainnya. Oleh karena itu, Ahlus-Sunnah pertengahan dalam menyikapi para perawi hadits.

Para ulama telah memberikan syarat tentang riwayat orang-orang macam itu. Di antaranya :

a. Ia mesti kredibel, jujur, dan terpercaya.

b. Ia tidak membawakan riwayat yang mendukung bid'ahnya. Jika ia membawakan riwayat yang mendukung bid'ahnya, maka ia mesti punya mutaba'ah.

c. Bid'ahnya bukan jenis mukaffirah. Tidak semua perawi yang tertuduh berpemahaman tasyayyu' dari kalangan mutaqaddimiin itu kafir. Bid'ah yang mengkafirkan itu seperti bid'ahnya Raafidlah ekstrim. Nah, yang seperti ini para ulama tidak menerima haditsnya.

Ada ulama lain yang menambahkan syarat bahwa perawi tersebut bukan gembong ahli bid'ah atau yang mendakwahkan bid'ahnya.

NB : Para ulama hadits ketika menyebut tasyayyu', maka jangan diartikan seperti tasyayyu'-nya orang Syi'ah Raafidlah. Tasyayyu' yang beredar di kalangan mutaqaddimiin adalah dalam hal pengutamaan 'Aliy dibandingkan lainnya.

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum, ustadz

Di software id.lidwa.com dituliskan bahwa memang Muhammad bin Fudloil bin Ghazwan bin Jarir wafat 295 H. Negeri Hidup : Kufah.

Mohon penjelasan.

orang awam mengatakan...

To : Anonim, 25 Juni 2012 08:55

Assalamu'alaykum,

ahl-Sunnah adil di dalam menerima perowi hadits,
adapun Syiah~Rafidhah, maka masyhur, tuduhan-tuduhan jelek mereka terhadap perowi ahl-Sunnah.
"antek bani umayyah-lah, perowi bayaran muawiyyah-lah, dan lain-lain"

tapi itu dulu,
adapun sekarang, mereka (Syiah) berusaha untuk "Ilmiah & Obyektip",
dengan (mencoba) membawakan hadits ahl-Sunnah yang tahqiq maupun syarahnya di sesuaikan dengan selera dan hawa nafsu-nya sendiri.

hasilnya, kacau gan !

Wallohul Musta'an

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Anonim 25 Juni 2012 10:33,.....

Di Lidwa itu keliru. Yang benar adalah tahun 194/195 H. Lihat saja pada thabaqah perawinya, yaitu thabaqah ke-9.

[Referensi : Tahdziibul-Kamaal, biografi Muhammad bin Fudlail bin Ghazwaan, juz 26 hal. 298; Muassasah Ar-Risalah, Cet. 1/1413 H].

Anonim mengatakan...

Awalnya pun anda keliru mengatakan Muhammad bin Fudhail wafat tahun 295 H.

Mengapa demikian? Apakah salah ketik, ataukah anda menukil dari referensi lain?

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Saya memang keliru. Di atas telah saya katakan bahwa saya salah tulis = salah dalam menuliskan.

Dan agar lebih jelas, saya tegaskan, bahwa kekeliruan tulis di atas disebabkan saya tidak cermat dalam menukil yang ada dalam syamilah, tanpa melihat perinciannya. Dan di atas saya hanya copi paste dari apa yang saya tulis dulu agar lebih mudah. Oleh karena itu, kekeliruan penulisan tersebut bukan hanya sekali, karena kekeliruan yang berasal dari awal. Dan alhamdulillah, telah saya perbaiki semua. No problem. Jelas dan puas ?.

Anonim mengatakan...

si ahli taqiyye dg anonimnye berkate:

AAAAJiiib nih Hadits.! Cocok banget untuk orang2 bingung kayak ente!

-------------------------
hadehhh... nyang komeng malah nampakkan diriny bahlol...

kl pinter kagak mngkn girang ngecela org krn kesalahan pengetikn... pan maleh nunjukkin kl si komeng neh kagak tau ape2 ttg biografi orang nyang di maksd, sehingge dg girang komeng utk nelanjangi diri ndiri.

atu lg.. nyang ade si pengomeng nyang kate kagak konsisten krn ambik riwayeh syiah...

nah neh ude di jelaskn ame penulis artikel, selanjutnye nyang kudu di tanye ame madzhab sesat syiah nt tuh...

noh nyang bertebaran dalam syubhat2 nt n sekawanan nt pd pan juge asyik bgt noh nukilin riwayeh dr kitab sunni... ampe nyang lemah pun di embat n di pakse2 kuat dg menukil perkataan2 nyang dirase mendukung madzhab bahlol nt (bace; syiah).

ape madzhab syiah kagak pnye pegangan nyang bise di harapin ye? ampe bela2in curi2 riwayeh sunni utk nguatkan akidahnye!!!

la'alallah asy syii'atar rafiidatal ghabiyyah!!!

orang awam mengatakan...

Assalamu'alaykum

محمد بن فضيل بن غزوان بن جرير
Muhammad bin Fudloil bin Ghazwan bin Jarir

الكنية
أبو عبد الرحمن
Kunyah : Abu Abdirrahman

9 الطبقة
thabaqat 9

195 سنة الوفاة
Tahun Wafat 195


Click here for further Information

Wallohu ta'alaa a'lam

orang awam mengatakan...

To : Anonim @ 25 Juni 2012 10:33

Assalamu'alaykum

[quote]
"Di software id.lidwa.com dituliskan bahwa memang Muhammad bin Fudloil bin Ghazwan bin Jarir wafat 295 H. Negeri Hidup : Kufah"


..
maaf, link yang antum infokan, http://id.lidwa.com/app/
ketika tab "data perowi" di klik malah muncul pop up :

INFORMASI :
Maaf, fitur ini hanya tersedia pada versi desktop


maksudnya apa ya ?
apa harus beli dulu programnya ?

Jazakallahu khayr