Tampilkan postingan dengan label Ushuulus-Sunnah lil-Imaam Ahmad. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ushuulus-Sunnah lil-Imaam Ahmad. Tampilkan semua postingan

Ushuulus-Sunnah lil-Imaam Ahmad bin Hanbal (12) – Beriman kepada Taqdir

0 komentar

١١ - وَمِنَ السُّنَةِ اللَّازِمةِ الَّتِي مَنْ تَرَكَ مِنهَا خَصْلَةً، وَلَمْ يَقْبَلْهَا وَيُؤْمِنْ بِهَا، لَمْ يَكُنْ مِنْ أَهْلِهَا :
11.      Dan termasuk diantara sunnah yang harus diyakini dan diimani, yang barangsiapa meninggalkan satu perkara darinya serta tidak menerimanya dan tidak pula mengimaninya; maka ia bukan termasuk ahlinya:
Penjelasan:
Makna ‘as-sunnah’ dalam perkataan beliau adalah jalan, metode, dan ‘aqiidah.
Perkataan beliau rahimahullah : ‘maka ia bukan termasuk ahlinya’, yaitu bukan termasuk Ahlus-Sunnah. Jika seseorang bukan termasuk Ahlus-Sunnah, maka konsekuensinya ia termasuk Ahlul-Bid’ah.

Ushuulus-Sunnah lil-Imaam Ahmad bin Hanbal (11) – As-Sunnah dan Akal

1 komentar

٩ - ليس في السنة قِيَاسٌ
9.     Tidak ada qiyaas dalam As-Sunnah.
Penjelasan:
Para ulama berbeda perkataan dalam menjelaskan maksud ucapan Al-Imaam Ahmad bin Hanbal rahimahumallah di sini.
1.     Dikatakan maksudnya adalah tidak boleh menyertakan sesuatu terhadap sunnah yang bukan termasuk darinya yang kemudian menjadikannya sebagai sunnah dan kita katakan sesuatu tersebut dinashkan dalam sunnah.

Ushuulus-Sunnah lil-Imaam Ahmad bin Hanbal (10) – Para Pengingkar As-Sunnah

3 komentar

Sebagian orang ada yang berpendapat bahwa ketika kita akan mengambil suatu hukum, maka pertama kali yang harus dilakukan adalah membuka Al-Qur’an dan mencarinya di sana. Apabila tidak menemukannya, baru kemudian mencarinya dalam As-Sunnah. Mereka berdalil dengan hadits:
عَنْ الْحَارِثِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ رِجَالٍ مِنْ أَصْحَابِ مُعَاذٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ مُعَاذًا إِلَى الْيَمَنِ، فَقَالَ: " كَيْفَ تَقْضِي ؟ " فَقَالَ: أَقْضِي بِمَا فِي كِتَابِ اللَّهِ. قَالَ: " فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِي كِتَابِ اللَّهِ؟ " قَالَ: فَبِسُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِي سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَجْتَهِدُ رَأْيِي، قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَفَّقَ رَسُولَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Ushuulus-Sunnah lil-Imaam Ahmad bin Hanbal (9) – Hubungan antara As-Sunnah dan Al-Qur’an

0 komentar

٧ - والسنة عندنا آثار رسول الله صلى الله عليه وسلم
٨ - والسنة تفسر القرآن وهي دلائل القرآن
7.     Dan As-Sunnah menurut kami adalah atsar-atsar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
8.     As-Sunnah menafsirkan Al-Qur’an, dan ia adalah petunjuk-petunjuk Al-Qur’an.
Penjelasan:
Jika dikatakan : ‘Apa itu As-Sunnah ?’, maka jawabannya adalah atsar-atsar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berupa perkataan-perkataan, perbuatan-perbuatan, dan taqriir-taqriir belaiu shallallaahu ‘alaihi wa sallam; yang kesemuanya ini diwajibkan Allah bagi kita untuk mengikuti dan berpegang teguh kepadanya.

Ushuulus-Sunnah lil-Imaam Ahmad bin Hanbal (8) – Meninggalkan Perdebatan dalam Masalah Agama (Lanjutan)

1 komentar

Perdebatan yang Tidak Disyari’atkan.
Perdebatan jenis inilah yang dimaksudkan Al-Imaam Ahmad bin Hanbal dalam kitab Ushuulus-Sunnah yang sedang dibahas. Diantara dalil-dalilnya adalah:
a.     Firman Allah ta’ala:
وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ  * وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلا جَدَلا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ
Dan ketika putra Maryam (Iisaa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. Dan mereka berkata: "Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (‘Iisaa)? Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar” [QS. Az-Zukhruf : 58].

Ushuulus-Sunnah lil-Imaam Ahmad bin Hanbal (7) – Meninggalkan Perdebatan dalam Masalah Agama

1 komentar

٦ - تَرْكُ الْمِرَاءِ وَالْجِدَالِ وَالْخُصُومَاتِ فِي الدِيْنِ
6.     Meninggalkan perdebatan, berbantah-bantahan, dan pertengkaran dalam (masalah) agama.
Penjelasan:
Ketiga istilah ini (al-miraa’, al-jidaal, dan al-khushuumaat) mempunyai makna satu atau berdekatan, yaitu perdebatan. Perdebatan dalam agama ada 2 (dua) macam, yaitu : perdebatan yang disyari’atkan/diperintahkan dan perdebatan yang tidak disyari’atkan/dilarang.
Perdebatan yang Disyari’atkan.
Diantara dalilnya adalah:

Ushuulus-Sunnah lil-Imaam Ahmad bin Hanbal (6) – Tanda-Tanda Ahlul-Bid’ah

0 komentar

Terdapat beberapa tanda para ahlul-bid’ah dan pengekor hawa nafsu, diantaranya adalah :
a.    Mencela Ahlul-Atsar.
Telah berkata Abu Haatim Ar-Raaziy rahimahullah :
علامات أهل البدع الوقيعة في أهل الأثر
“Tanda-tanda ahlul-bid’ah adalah mencela Ahlul-Atsar” [‘Aqiidah Abi Haatim Ar-Raaziy, hal. 69].
b.    Sangat Besar Permusuhannya dengan Ahli Hadits Namun Diam terhadap Para Penyeru Kesesatan dan Kebathilan.
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah menyifati mereka dengan sabdanya :

Ushuulus-Sunnah lil-Imaam Ahmad bin Hanbal (5) – Larangan Bermajelis dengan Ahlul-Ahwaa’

3 komentar

٥ - وَتَرْكُ الْخُصُومَاتِ وَالْجُلُوسِ مَعَ أَصْحَابِ الْأَهْوَاءِ
5.     Meninggalkan berbantah-bantahan dan bermajelis dengan para pengikut hawa nafsu.
Penjelasan:
Para ulama telah menjelaskan klasifikasi golongan manusia yang diberikan kecintaan dan kebencian dalam Islam:
1.     Golongan yang diberikan kecintaan/loyalitas secara murni tanpa ada kebencian; yaitu para nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang shaalih. Allah ta’ala berfirman:

Ushuulus-Sunnah lil-Imaam Ahmad bin Hanbal (4) – Bid’ah

2 komentar

c.      Macam-Macam Bid’ah
Bid’ah bermacam-macam ditinjau dari beberapa sisi.
Bid’ah ditinjau dari tempat terjadinya terdiri dari:
1.      Bid’ah keyakinan (i’tiqadiyyah).
Yaitu bid’ah yang terjadi pada keyakinan seseorang. Maksudnya, jika orang tersebut meyakini sesuatu yang menyelisihi ajaran yang dibawa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, seperti bid’ahnya Khawaarij dalam keyakinan mereka yang mengkafirkan para pelaku dosa besar dari kaum muslimin, bid’ahnya Murji’ah dalam keyakinan mereka yang menyamakan kualitas keimanan antara pelaku maksiat dengan orang yang shalih bahkan dengan para nabi dan malaikat, bid’ahnya sebagian orang Shufi ekstrim dalam keyakinan mereka bahwa kedudukan wali lebih tinggi dari para Nabi, dan yang lainnya.

Ushuulus-Sunnah lil-Imaam Ahmad bin Hanbal (3) - Bid'ah

0 komentar

٣ - وَتَرْكُ الْبِدَعِ
٤ - وَكُلُّ بِدْعَةٍ فَهِيَ ضَلَالَةٌ
3.     Dan meninggalkan bid’ah-bid’ah.
4.     Setiap bid’ah adalah kesesatan.
Penjelasan:
a.     Definisi Bid’ah
Bid’ah secara bahasa, kata Ath-Thurthuusyiy rahimahullah dalam Al-Hawaadits wal-Bida’ (hal. 40) – berasal dari kata al-ikhtiraa’ (الاخْتِرَاع), yaitu sesuatu yang diada-adakan tanpa ada contoh sebelumnya.
Hal itu sebagaimana firman Allah ta’ala:
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
Allah Pencipta langit dan bumi” [QS. Al-Baqarah : 117].

Ushuulus-Sunnah lil-Imaam Ahmad bin Hanbal (2) - Berpegang pada Manhaj Shahabat

1 komentar

b.     Keutamaan shahabat
Keutamaan para shahabat radliyallaahu ‘anhum telah disebutkan dalam banyak nash, antara lain:
Firman Allah ta’ala:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” [QS. Al-Fath : 29].

Ushuulus-Sunnah lil-Imaam Ahmad bin Hanbal (1) - Pendahuluan & Berpegang pada Manhaj Shahabat

6 komentar

Pendahuluan I
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَمَّا بَعْدُ
Allah ta’ala berfirman:
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ * وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?". Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” [QS. Al-Munaafiquun : 10-11].