Tampilkan postingan dengan label Dzikir dan Doa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dzikir dan Doa. Tampilkan semua postingan

Sunnah yang Terlupakan : Membaca Dzikir ‘Alloohummagh-firlii wa tub 'alayya, innaka antat-tawwaabul-ghofuur’

1 komentar

Ibnu Abi Syaibah rahimahullah berkata:
نا ابْنُ فُضَيْلٍ، وَابْنُ إِدْرِيسَ، عَنْ حُصَيْنٍ، عَنْ هِلالِ بْنِ يَسَافٍ، عَنْ زَاذَانَ، أَنَّهُ قَالَ: نا رَجُلٌ، مِنَ الأَنْصَارِ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ فِي دُبُرِ الصَّلاةِ: " اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّائِبُ أَوِ التَّوَّابُ الْغَفُورُ "، مِائَةَ مَرَّةٍ
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudlail dan Ibnu Idriis, dari Hushain, dari Hilaal bin Yasaaf, dari Zaadzaan, bahwasannya ia berkata : Telah menceritakan kepada kami seorang laki-laki dari kalangan Anshaar, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah mengucapkan di akhir shalatnya : “Alloohummagh-firlii wa tub 'alayya, innaka antat-tawwaabul-ghofuur (Ya Allah, ampunilah (dosa)-ku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Pengampun) – sebanyak 100 kali” [Al-Musnad no. 943 dan Al-Mushannaf no. 29754].

Syarat Taubat Nashuha

1 komentar

Tanya : Apa syarat-syarat taubat nashuha ?
Jawab : Taubat adalah kewajiban setiap hamba dalam keadaan bagaimanapun. Di dalam sebuah hadits Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam bersabda :
كُلُّ بَنِيْ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ اْلخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
”Setiap anak Adam banyak berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang banyak berbuat salah adalah orang-orang yang banyak bertaubat”.[1]
Sebab, meski hanya sekedar lalai atau lupa berdzikir, itu merupakan kesalahan. Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam bersabda :

Istighfaar

1 komentar

Definisi
Kata al-istighfaar (الاستغفار) merupakan mashdar dari إِسْتَغْفَرَ - يَسْتَغْفِرُ. Akar katanya ghafara (غَفَرَ) yang menunjukkan arti menutupi/as-satr (اَلسَّتْرُ), sehingga kata al-ghafru (الْغَفْرُ) maknanya adalah as-satru (اَلسَّتْرُ). Kata al-ghafru dan al-ghufraan maknanya satu. Dikatakan : غَفَرَ اللهُ ذَنْبَهُ غُفْراً وَمَغْفِراةً وَغُفْرَاناً.

Waktu Dzikir Sore

13 komentar

Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا * وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا
Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang” [QS. Al-Ahzaab : 41-42].
Qataadah rahimahullah berkata tentang ayat di atas : ‘Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang’ :
صلاة الصبح، وصلاة العصر
“Shalat Shubuh dan shalat ‘Ashar” [Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq dalam At-Tafsiir no. 2354, dan dibawakan Ibnu Abi Haatim dalam Tafsiir-nya no. 17702].

Doa Memohon Ditambahkan Ilmu

4 komentar

Doa Pertama
Sebagaimana yang diajarkan Allah ta’ala dalam firman-Nya :
رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
ROBBI ZIDNII ‘ILMAA
Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan” [QS. Thaha : 114].
Ibnu Hajar rahimahullah berkata :
واضح الدلالة في فضل العلم، لأن الله تعالى لم يأمر نبيه صلى الله عليه وسلم بطلب الازدياد من شيء إلا من العلم
“Ayat tersebut merupakan dalil yang jelas tentang keutamaan ilmu, karena Allah ta’ala tidaklah memerintah Nabi-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta tambahan sesuati kecuali ilmu” [Fathul-Baariy, 1/141].

Berlebih-Lebihan dalam Berdoa

4 komentar

Tanya : Saya pernah membaca tentang bahasan berlebih-lebihan dalam berdoa. Apa yang dimaksud di sini ? Mohon penjelasannya dan terima kasih.
Jawab : Telah shahih beberapa hadits terkait yang Saudara tanyakan sebagai berikut :
عَنْ أَبِي نَعَامَةَ، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مُغَفَّلٍ، سَمِعَ ابْنَهُ يَقُولُ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْقَصْرَ الْأَبْيَضَ عَنْ يَمِينِ الْجَنَّةِ إِذَا دَخَلْتُهَا، فَقَالَ: أَيْ بُنَيَّ، سَلِ اللَّهَ الْجَنَّةَ وَتَعَوَّذْ بِهِ مِنَ النَّارِ، فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " إِنَّهُ سَيَكُونُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ فِي الطَّهُورِ وَالدُّعَاءِ "
Dari Abi Na’aamah ia berkata : Bahwasannya Abdullah bin Mughaffal mendengar anaknya berdoa : Ya Allah, aku memohon kepada-Mu sebuah istana putih yang terletak di sisi kanan surga, jika kelak aku masuk surga’. Maka ia (‘Abdullah bin Mughaffal) berkata : “Wahai anakku, mohonlah kepada Allah surga dan mohonlah kepada-Nya perlindungan dari api neraka. Karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Sesungguhnya kelak akan ada satu kaum dari umat ini yang melampaui batas dalam bersuci dan berdoa” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 96, Ibnu Maajah no. 3864, dan yang lainnya; shahih].

Doa : “Hidupkanlah Aku dalam Keadaan Miskin.....” (Dla’iif)

9 komentar

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa :
اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مِسْكِينًا، وَأَمِتْنِي مِسْكِينًا، وَاحْشُرْنِي فِي زُمْرَةِ الْمَسَاكِينِ
Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin dan wafatkanlah aku dalam keadaan miskin. Dan kumpulkan aku dalam kelompok orang-orang miskin (kelak di akhirat)”.
Hadits ini diriwayatkan melalui empat jalur shahabat :
1.     Abu Sa’iid Al-Khudriy radliyallaahu ‘anhu.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy[1] dalam Al-Kabiir 9/75 no. 718, Ibnu Maajah[2] 5/566-567 no. 4126, ‘Abd bin Humaid[3] 2/127 no. 1000, Ath-Thabaraaniy[4] dalam Ad-Du’aa’ hal. 1466-1467 no. 1425, Al-Khathiib[5] dalam Taariikh Baghdaad 5/178 no. 2039, Ibnul-Jauziy[6] dalam Al-Maudluu’aat 3/381 no. 1621, Ahmad bin Ishaaq Al-Abraquuhiy[7] dalam Mu’jamusy-Syuyuukh no. 94, Ar-Raafi’iy[8] dalam At-Tadwiin fii Akhbaari Qazwiin 1/473, Ahmad bin Muhammad Al-Hanafiy[9] dalam Masyyakhah Ibnil-Bukhaariy 2/1171, dan Adz-Dzahabiy[10] dalam Mu’jamusy-Syuyuukh hal. 587 no. 871; semuanya dari jalan Yaziid bin Sinaan, dari Abul-Mubaarak, dari ‘Athaa’ bin Abi Rabbaah, dari Abu Sa’iid Al-Khudriy radliyallaahu ‘anhu secara marfuu’.

Doa Masuk Pasar – Dla’iif

10 komentar


At-Tirmidziy rahimahullah berkata :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا أَزْهَرُ بْنُ سِنَانٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ وَاسِعٍ، قَالَ: قَدِمْتُ مَكَّةَ فَلَقِيَنِي أَخِي سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ فَحَدَّثَنِي، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ دَخَلَ السُّوقَ، فَقَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، كَتَبَ اللَّهُ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ وَرَفَعَ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ دَرَجَةٍ ".
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Manii’ : Telah menceritakan kepada kami Yaziid bin Haaruun : Telah mengkhabarkan kepada kami Az-har bin Sinaan : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Waasi’, ia berkata : Aku pernah datang ke Makkah, lalu aku menjumpai saudaraku, Saalim bin ‘Abdillah bin ‘Umar. Lalu ia menceritakan kepadaku dari ayahnya, dari kakeknya : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Barangsiapa yang masuk pasar dan mengucapkan : Laa ilaha illallaahu wahdahu laa syariika lahu, lahul-mulku wa lahul-hamdu yuhyii wa yumiitu wahuwa hayyun laa yamuutu biyadihil-khairu wa huwa ‘alaa kulli syain qadiir (Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan, bagi-Nya segala pujian. Dia-lah Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. Dia-lah Yang Hidup, tidak akan pernah mati. Di tangan-Nya kebaikan. Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu); maka Allah akan tulis baginya sejuta kebaikan, menghapus sejuta kejelekan (dosa), dan mengangkatnya sejuta derajat” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3428].

Sunnah yang Dilupakan, Doa : “Allaahummaa Innii A’uudzu bi-Ridlaaka min Sakhathik......”

8 komentar


Apakah itu ?. An-Nasaa’iy rahimahullah berkata :
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ، وَهِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ، قَالَا: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عَمْرٍو الْفَزَارِيِّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي آخِرِ وِتْرِهِ:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin ‘Abdillah bin Al-Mubaarak, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Sulaimaan bin Harb dan Hisyaam bin ‘Abdil-Malik, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Salamah, dari Hisyaam bin ‘Amru Al-fazaariy, dari ‘Abdurrahmaan bin Al-Haarits bin Hisyaam, dari ‘Aliy bin Abi Thaalib : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa mengucapkan doa pada akhir witirnya : ‘Allaahumma innii a’uudzu bi-ridlaaka min sakhathika, wa bi-mu’aafaatika min ‘uquubatika, wa a’uudzu bika min-ka laa uhshii tsanaa-an ‘alaika, anta kamaa atsnaita ‘alaa nafsika’ (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dengan keridlaan-Mu dari kemurkaan-Mu, dengan maaf-Mu dari siksa-Mu, dan aku berlindung dengan-Mu dari-Mu. Aku tidak bisa menghitung pujian kepada-Mu sebagaimana Engkau telah memuji diri-Mu sendiri" [Diriwayatkan oleh An-Nasaa'iy no. 1747; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan An-Nasaa'iy 1/559, Maktabah Al-Ma'aarif, Cet. 1/1419 H].

Kebencian Sebagian Salaf tentang Doa : ‘Ya Allah, Bebaskanlah Aku dari Neraka’

15 komentar


Ibnu Abid-Dun-yaa rahimahullah berkata :
حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا سَيَّارٌ، حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ حَدَّثَنَا أَبُو عِمْرَانَ الْجَوْنِيُّ، قَالَ: " أَدْرَكْتُ أَرْبَعَةً مِنْ أَفْضَلِ مَنْ أَدْرَكْتُ، فَكَانُوا يَكْرَهُونَ أَنْ يَقُولُوا: اللَّهُمَّ أَعْتِقْنَا مِنَ النَّارِ، وَيَقُولُونَ: إِنَّمَا يُعْتَقُ مِنْهَا مَنْ دَخَلَهَا، وَكَانُوا يَقُولُونَ: نَسْتَجِيرُ بِاللَّهِ مِنَ النَّارِ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ النَّارِ "
Telah menceritakan kepada kami Haaruun bin ‘Abdillah : Telah menceritakan kepada kami Sayyaar : Telah menceritakan kepada kami Ja’far : Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Imraan Al-Jauniy, ia berkata : “Aku telah bertemu dengan empat orang dari kalangan seutama-utama orang yang pernah aku temui. Mereka membenci berdoa : ‘Allaahumma a’tiqnaa minan-naar (Ya Allah, bebaskanlah aku dari neraka)’. Mereka berkata : ‘Orang yang dibebaskan dari neraka adalah orang yang pernah memasukinya’. Akan tetapi mereka mengatakan : ‘Nastajiiru billaahi minan-naar wa na’uudzu billaahi minan-naar (Kami memohon perlindungan kepada Allah dari api neraka dan kami berlindung kepada Allah dari api neraka)” [Ash-Shamt no. 348].

Waktu-Waktu Mustajab untuk Berdoa

7 komentar

1. Sepertiga malam terakhir.
وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "ينزل ربنا كل ليلة إلى سماء الدنيا، حين يبقى الثلث الأخير من الليل؛ فيقول: من يدعوني فأستجيب له؟ من يسألني فأعطيه؟ من يستغفرني فأغفر له؟"
Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Rabb kita turun pada setiap malam ke langit dunia saat tersisa sepertiga malam yang terakhir. Lalu Ia berfirman : ‘Siapa saja yang berdoa kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan, siapa saja yang meminta kepada-Ku niscaya akan Aku berikan. Siapa saja yang meminta ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni”.[1]
2. Saat sujud.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "نُهيت أن أقرأ القرآن راكعاً، أو ساجداً؛ فأما الركوع فعظموا فيه الرب، وأما السجود فاجتهدوا فيه بالدعاء؛ فإنه قمن أن يستجاب لكم"
Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Aku dilarang untuk membaca Al-Qur’an ketika rukuk atau sujud. Adapun ketika rukuk, agungkanlah Allah oleh kalian di dalamnya; dan ketika sujud, bersungguh-sungguhlah kalian di dalamnya untuk berdoa karena (pada waktu itu) layak bagi (doa) kalian untuk dikabulkan”.[2]
Allah ta’ala berfirman :
وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ
“Dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)”.[3]
وقال صلى الله عليه وسلم : "أقرب ما يكون العبد من ربه وهو ساجد؛ فأكثروا الدعاء"
Dan telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Waktu yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya adalah saat ia sujud. Oleh karena itu, perbanyaklah doa”.[4]
3. Satu saat di hari Jum’at.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "خير يوم طلعت عليه الشمس يوم الجمعة، فيه خُلق آدم، وفيه أدخل الجنة، وفيه تيب عليه، وفيه أهبط إلى الأرض، وفيه تقوم الساعة"
Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Sebaik-baik hari yang terbit padanya matahari adalah hari Jum’at. Pada waktu itulah diciptakan Adam, dimasukkannya ia ke dalam surga, diterima taubatnya (oleh Allah), diturunkannya ia ke bumi, dan ditegakkannya hari kiamat”.[5]
وقال صلى الله عليه وسلم : "في يوم الجمعة ساعة لا يوافقها مسلم وهو قائم يصلي، يسأل الله خيراً إلا أعطاه"، وقال بيده، قلنا يقللها يزهدها
Telah bersabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Pada hari Jum’at terdapat satu saat yang tidak ada seorang muslim pun yang bertepatan berdiri melakukan shalat dan memohon kepada Allah kebaikan, kecuali Allah akan memberikannya”. Beliau berisyarat dengan tangannya. Kami (perawi) mengartikan bahwa beliau mengisyaratkan sebentarnya waktu itu.[6]
Para ulama berbeda pendapat mengenai waktu yang dimaksud oleh beliau ini. Ada yang mengatakan : “Saat terbitnya matahari”. Sebagian lain mengatakan : “Saat zawal (tergelincirnya matahari di waktu siang)”. Sebagian lagi berkata : “Saat adzan (dikumandangkan)”. Dikatakan : “Jika Khathib telah naik mimbar lalu (mulai) berkhutbah”. Dikatakan pula : “Jika orang-orang berdiri untuk melaksanakan shalat”.
Dan jumhur ulama berpendapat bahwa waktu yang dimaksud adalah setelah ‘Ashar.
Kemudian mereka (jumhur ulama) pun berbeda pendapat dalam perinciannya tepatnya. Ada yang mengatakan di awal waktu sore, adapula yang mengatakan di akhir waktu sore. Perkataan terakhir inilah pendapat yang raajih dari sekian pendapat yang ada. Dalil yang mendasarinya adalah perkataan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
يوم الجمعة ثنتا عشرة – يريد ساعة – لا يوجد مسلم يسأل الله - تعالى - شيئاً إلا آتاه الله عز وجل؛ فالتمسوها آخر ساعة بعد العصر
“Hari Jum’at itu ada 12 – maksudnya adalah 12 jam – yang tidaklah seorang seorang muslim didapati sedang meminta (berdoa) sesuatu kepada Allah ta’ala kecuali Allah ‘azza wa jalla akan mengabulkannya. Maka, carilah ia di akhir waktu setelah ‘Ashar”.[7]
4. Di akhir shalat-shalat yang diwajibkan.
عن أبي أمامة قال : قيل : يا رسول الله أي الدعاء أسمع؟ قال جوف الليل الآخر، ودبر الصلوات المكتوبات.
Dari Abu Umaamah radliyallaahu ‘anhu : Dikatakan : “Wahai Rasulullah, kapankah waktu yang paling baik saat doa dikabulkan ?”. Beliau bersabda : “Akhir waktu malam dan akhir shalat-shalat yang diwajibkan”.[8]
Catatan : Para ulama berselisih pendapat tentang makna duburush-shalah. Sebagian ulama mengatakan maknanya adalah seusai shalat setelah salam. Sebagian lain mengatakan maknanya adalah di akhir shalat sebelum salam.
5. Antara adzan dan iqamat.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "لا يرد الدعاء بين الأذان والإقامة".
Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Tidaklah ditolak doa yang diucapkan antara adzan dan iqamat”.[9]
6. Saat adzan dikumandangkan.
وقال صلى الله عليه وسلم : "ثنتان لا تُردان أو قلَّ ما تردان: الدعاء عند النداء....".
Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Ada dua hal yang tidak akan ditolak atau jarang ditolak : “Doa saat adzan……”.[10]
7. Saat bertemu musuh (di medan perang/jihad fii sabiilillah).
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "ثنتان لا تردان أو قَلَّ ما تردان : "...، وعند البأس حين يُلْحَمُ بعضه بعضاً".
Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Ada dua hal yang tidak akan ditolak atau jarang ditolak : “…..dan ketika perang saat dua pihak saling menyerang”.[11]
8. Lailatul-Qadr.
Malam tersebut merupakan waktu untuk meraih aneka macam kebaikan, dikabulkannya doa, dilipatgandakannya (pahala) amal, digugurkannya beban (doa) yang berat. Amal yang dilakukan pada waktu itu lebih baik daripada seribu bulan amal semisal yang dilakukan di waktu selainnya. Allah ta’ala berfirman :
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”.[12]
yaitu : (lebih baik daripada malam) yang tidak ada padanya Lailatul-Qadr. Dikatakan, Lailatul-Qadr jatuh pada malam ke-27 Ramadlan. Ibnu ‘Abbas, habrul-ummah dan turjumanul-Qur’an, memilih pendapat ini. Pendapat ini berdalil karena surat ini terdiri dari 30 kata, dan kata yang ke-27 adalah ayat :
سَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.
Namun yang lebih nampak dan lebih kuat, malam Lailatul-Qadr tidak tertentu waktunya. Wallaahu a’lam.
9. Saat safar.
قال النبي صلى الله عليه وسلم : "ثلاث دعوات لا شك فيهن دعوة المسافر والمظلوم ودعوة الوالد على ولده".
Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Ada tiga doa yang tidak diragukan lagi padanya (untuk dikabulkan) : doa seorang musafir, doa orang yang teraniaya/terdhalimi, dan doa orang tua kepada anaknya”.[13]
10. Saat berpuasa.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "ثلاث دعوات لا ترد : دعوة الوالد، ودعوة الصائم، ودعوة المسافر".
Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Ada tiga macam doa yang tidak akan ditolak : doa orang tua (kepada anaknya), doa orang yang berpuasa, dan doa seorang musafir”.[14]
11. Saat bulan Ramadlan.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "إن لله عتقاء في كل يوم وليلة لكل عبد منهم دعوة مستجابة".
Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya setiap hari Allah membebaskan (beberapa hamba-Nya yang muslim dari api neraka) dari api neraka. Setiap muslim yang berdoa (di waktu tersebut) pasti akan dikabulkan”.[15]
12. Doa yang dipanjatkan untuk seseorang ketika orang tersebut tidak ada di hadapannya.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "دعوة المرء المسلم لأخيه بظهر الغيب مستجابة؛ عند رأسه ملك موكل كلما دعا لأخيه بخير، قال الملك الموكل به: آمين ولك بمثل".
Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang tidak ada di hadapannya adalah mustajab. Di kepalanya terdapat malaikat yang ditugaskan menjaganya. Setiap kali ia berdoa kebaikan untuk saudaranya, maka malaikat yang menjaganya tersebut berkata : ‘amiin, dan bagimu hal yang semisal”.[16]
13. Saat minum air zamzam.
Air zamzam merupakan air yang sangat diberkahi. Jika ia diminum sambil berdoa, maka insya Allah akan dikabulkan sesuai dengan keinginannya. Diriwayatkan oleh Jaabir bin ‘Abdillah radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
زَمْزَمُ لِمَا شُرِبَ لَهُ
“Air zamzam itu menurut apa yang diinginkan peminumnya”.[17]
14. Saat wuquf di ‘Arafah.
قال النبي صلى الله عليه وسلم : خير الدعاء دعاء يوم عرفة
Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Sebaik-baik doa adalah doa (yang dipanjatkan) pada hari ‘Arafah”.[18]
15. Saat diguyur hujan
قال النبي صلى الله عليه وسلم : ثنتان ما تردان : الدعاء عند النداء و تحت المطر
Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Ada dua hal yang tidak akan ditolak : doa saat adzan berkumandang dan saat diguyur hujan”.[19]
16. Terbangun dari tidur yang sebelumnya dalam keadaan suci (berwudlu).
قال النبي صلى الله عليه وسلم : ما من مسلم يبيت على ذكر طاهرا فيتعار من الليل فيسأل الله خيرا من الدنيا والآخرة إلا أعطاه إياه
Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Tidaklah seorang muslim yang tidur dalam keadaan berdzikir lagi suci, lalu ia terbangun di malam hari dan memohon (berdoa) kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat, niscaya Allah akan memberikannya”.[20]
17. Saat mendengar ayam jantan berkokok
قال النبي صلى الله عليه وسلم : "إذا سمعتم صياح الديكة من الليل فاسألوا الله من فضله فإنها رأت ملكا وإذا سمعتم نهيق الحمار من الليل فتعوذوا بالله من الشيطان فإنه رأى شيطانا".
Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam : “Apabila kalian mendengar ayam jantan berkokok di waktu malam, maka mintalah anugrah kepada Allah, karena sesungguhnya ia melihat malaikat. Namun apabila engkau mendengar keledai meringkik di waktu malam, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari gangguan syaithan, karena sesungguhnya ia telah melihat syaithan”.[21]
18. Saat memejamkan mata orang yang meninggal.
عن أم سلمة. قالت : دخل رسول الله صلى الله عليه وسلم على أبي سلمة وقد شق بصره. فأغمضه. ثم قال "إن الروح إذا قبض تبعه البصر". فضج ناس من أهله. فقال "لاتدعوا على أنفسكم إلا بخير. فإن الملائكة يؤمنون على ما يقولون....”.
Dari Ummu Salamah ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam masuk menemui Abu Salamah (yang telah meninggal) dimana matanya masih dalam keadaan terbuka. Lalu beliau memejamkannya, dan bersabda : “Sesungguhnya ruh itu jika dicabut akan diikuti oleh mata”. Kemudian sejumlah orang dari anggota keluarganya ribut. Beliau pun lantas bersabda : “Janganlah kalian mendoakan diri kalian kecuali kebaikan. Karena sesungguhnya malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan…”.[22]
Semoga tulisan singkat ini ada manfaatnya……..
[Abul-Jauzaa’, hari pertama tahun 2010 – http://abul-jauzaa.blogspot.com].


[1] Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 1145 dan Muslim no. 758.
[2] Diriwayatkan oleh Muslim no. 479.
[3] QS. Al-‘Alaq : 19.
[4] Diriwayatkan oleh Muslim no. 482.
[5] Diriwayatkan oleh Muslim no. 854.
[6] Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 935 dan Muslim no. 852.
[7] Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 1048 dan An-Nasaa’iy 3/99-100. Dishahihkan oleh Al-Albaniy, dalam Shahih Sunan Abi Dawud 1/290.
[8] Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3499 dan dihasankan oleh Al-Albaniy dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy 3/441-442.
[9] Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 521 dan At-Tirmidziy no. 212; dishahihkan oleh Al-Albaniy dalam Shahih Sunan Abi Dawud 1/156.
[10] Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 2540 dan dishahihkan oleh Al-Albaniy dalam Shahih Sunan Abi Dawud 2/108.
[11] Idem.
[12] QS. Al-Qadr : 3.
[13] Diriwayatkan oleh Ahmad 2/258 & 434, Ath-Thayalisiy no. 2517, Ibnu Abi Syaibah 1/429, Ibnu Majah no. 3862, dan yang lainnya; dihasankan oleh Al-Arna’uth dalam Takhrij Musnad Ahmad 12/479-480.
[14] Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy 3/345, dan dishahihkan oleh Al-Albaniy dalam Silsilah Ash-Shahiihah 4/406 no. 1797.
[15] Diriwayatkan oleh Ahmad 2/254 dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 8/257; dishahihkan oleh Al-Arnauth dalam ta’liq-nya atas Musnad Ahmad.
Al-Arna’uth menukil perkataan Ibnu Hajar dalam Athraaful-Musnad (7/203) bahwasannya kandungan hadits ini terkait bulan Ramadlan. Diriwayatkan pula oleh Al-Bazzar (962 – Kasyful-Astaar) dengan lafadh :
إن الله تبارك وتعالى عتقاء في كل يوم وليلة - يعنى في رمضان - وإن لكل مسلم في كل يوم وليلة دعوة مستجاب له
Sesungguhnya setiap hari Allah ta’ala membebaskan (beberapa orang dari api neraka) yaitu pada bulan Ramadlan, dan sesungguhnya bagi setiap orang muslim apabila memanjatkan doa, maka pasti dikabulkan”.
Namun sanad hadits Al-Bazzar di atas adalah dla’if dengan sebab rawi yang bernama Abaan bin Abi ’Ayyaasy ---- (namun hadits tersebut adalah shahih dengan keseluruhan jalannya sebagaimana penshahihan Syaikh ’Ali Al-Halaby dan Syaikh Salim Al-Hilaly dalam kitab Shifat Shaumin-Nabiy, wallaahu a’lam).
Makna ’Utaqaa’ (عتقاء) dalam hadits ini adalah pembebasan dari siksa api neraka dengan sebab maghfirah Allah (di bulan Ramadlan). [lihat ta’liq dan takhrij selengkapnya dalam Musnad Ahmad (12/421 no. 7450) dengan tahqiq, ta’liq, dan takhrij Syau’aib Al-Arna’uth dan ’Adil Mursyid; dan syarah Ahmad Syakir atas kitab yang sama (7/250-251 no. 7443)].
[16] Diriwayatkan oleh Muslim no. 2733.
[17] Diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 3062 dan Ahmad 3/357. Ad-Dimyaathiy berkata : “Diriwayatkan oleh oleh Ahmad dan Ibnu Majah dengan sanad hasan” [Al-Muttajar Ar-Raabih fii Tsawaabil-‘Amalish-Shaalih oleh Ad-Dimyaathiy, hal. 318, Baab Tsawaabu Syurbi Maai Zamzam]. Dishahihkan oleh Al-Albaniy dalam Irwaaul-Ghaliil, 4/320 no. 1123].
[18] Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3585 dan Ahmad 2/210; dihasankan oleh Al-Albaniy dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy 3/471-472.
[19] Diriwayatkan oleh Al-Haakim 2/124, Al-Baihaqiy 3/360, Abu Dawud no. 2540, dan Ar-Ruwiyaaniy no. 1047; dihasankan oleh Al-Albaniy dalam Shahiihul-Jaami’ no. 3078.
[20] Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 5042, An-Nasa’iy dalam ‘Amalul-Yaum wal-Lailah no. 805-806, Ibnu Majah no. 3881; dishahihkan oleh Al-Albaniy dalam Shahih Abi Dawud 3/239.
[21] Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy dalam Shahih-nya no. 3303 dan Al-Adabul-Mufrad no. 1236 serta Muslim no. 2729.
[22] Diriwayatkan oleh Muslim no. 1920, Ahmad 6/297, dan Al-Baihaqiy 2/334.