Ibnu Abi Syaibah rahimahullah berkata:
نا ابْنُ فُضَيْلٍ، وَابْنُ إِدْرِيسَ، عَنْ
حُصَيْنٍ، عَنْ هِلالِ بْنِ يَسَافٍ، عَنْ زَاذَانَ، أَنَّهُ قَالَ: نا رَجُلٌ،
مِنَ الأَنْصَارِ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ فِي دُبُرِ
الصَّلاةِ: " اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ
التَّائِبُ أَوِ التَّوَّابُ الْغَفُورُ "، مِائَةَ مَرَّةٍ
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudlail dan Ibnu
Idriis, dari Hushain, dari Hilaal bin Yasaaf, dari Zaadzaan, bahwasannya ia
berkata : Telah menceritakan kepada kami seorang laki-laki dari kalangan
Anshaar, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah ﷺ mengucapkan
di akhir shalatnya : “Alloohummagh-firlii wa tub
'alayya, innaka antat-tawwaabul-ghofuur (Ya Allah, ampunilah (dosa)-ku dan terimalah taubatku,
sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Pengampun) – sebanyak 100
kali” [Al-Musnad no. 943 dan Al-Mushannaf no. 29754].
Diriwayatkan juga oleh An-Nasaa’iy
dalam Al-Kubraa 9/45 no. 9851 dan ‘Amalul-Yaum wal-Lailah hal.
185 no. 103 serta Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf no. 36083 dari
jalan Ibnu Fudlail.
Ibnu Fudlail dan Ibnu Idriis
mempunyai mutaba’ah dari Syu’bah sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad
5/371 serta An-Nasaa’iy dalam Al-Kubraa 9/45 no. 9852 dan dalam ‘Amalul-Yaum
wal-Lailah hal. 185 no. 104 dengan lafadh:
عَنْ زَاذَانَ، عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَصْحَاب
النَّبيِّ ﷺ مِنَ الْأَنْصَارِ، قَالَ: قَالَ شُعْبةُ: أَوْ قَالَ: رَجُلٌ مِنَ
الْأَنْصَارِ: أَنَّهُ سَمِعَ النَّبيَّ ﷺ فِي صَلَاةٍ وَهُوَ يَقُولُ: " رَب
اغْفِرْ لِي، قَالَ شُعْبةُ: أَوْ قَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَتُب عَلَيَّ،
إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّاب الْغَفُورُ "، مِائَةَ مَرَّةٍ
Dari Zaadzaan, dari seorang laki-laki
Anshaar dari kalangan shahabat Nabi ﷺ – atau Syu’bah berkata : Seorang
laki-laki dari kalangan Anshaar, bahwasannya ia mendengar Nabi ﷺ dalam shalatnya mengucapkan : “Robbigh-firlii (Wahai Rabbku,
ampunilah aku) – Syu’bah berkata : Atau mengucapkan : “Alloohummagh-firlii
wa tub 'alayya, innaka antat-tawwaabul-ghofuur (Ya Allah, ampunilah (dosa)-ku dan terimalah taubatku,
sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Pengampun) – sebanyak 100
kali”.
Hushain bin ‘Abdirrahmaan As-Sulamiy, Abul-Hudzail
Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah namun
berubah hapalannya di akhir hayatnya [Taqriibut-Tahdziib,
hal. 253 no. 1378].
Sebagian orang ada yang melemahkan
riwayat ini dikarenakan faktor ikhtilaath Hushain tersebut. Namun Syu’bah
mendengar hadits darinya sebelum masa ikhtilaath-nya, sehingga hadits
Syu’bah darinya adalah valid. Dalam kitab Al-‘Ilal disebutkan:
وَسُئِلَ عَنْ حَدِيثِ زَاذَانَ [عَنْ عَائِشَةَ
: أن النبي ﷺ قال في دبر الضلاة : اللهم اغفر لي، وتب] عليّ، إنك أنت التواب الغفور.
مِائَةَ مَرَّةٍ.
فَقَالَ: يَرْوِيهِ حُصَيْنُ بْنُ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ، وَاخْتُلِفَ عَنْهُ:
فَرَوَاهُ خَالِدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ
حُصَيْنٍ، عَنْ هِلالِ بْنِ يَسَافٍ، عَنْ زَاذَانَ عَنْ، عائشة، عن النبي ﷺ.
ورواه غيره عن حُصَيْنٍ، عَنْ هِلالِ بْنِ
يَسَافٍ، عَنْ زَاذَانَ عَنْ رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ عن النبي ﷺ. وهو الصحيح.
“Ia (Ad-Daaraquthniy) pernah ditanya tentang
hadits Zaadzaan, dari ‘Aaisyah : Bahwasannya Nabi ﷺ mengucapkan di
akhir shalatnya : Alloohummagh-firlii wa tub
'alayya, innaka antat-tawwaabul-ghofuur (Ya Allah, ampunilah (dosa)-ku dan
terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha
Pengampun) – sebanyak 100 kali.
Ia menjawab : ‘Diriwayatkan oleh Hushain bin ‘Abdirrahmaan,
dan terdapat perselisihan riwayat yang berasal darinya.
Khaalid bin ‘Abdillah meriwayatkan
dari Hushain, dari Hilaal bin Yasaaf, dari Zaadzaan, dari ‘Aaisyah, dari Nabi ﷺ.
Dan selain dirinya (Khaalid)
meriwayatkan dari Hushain, dari Hilaal bin Yasaaf, dari Zaadzaan, seorang
laki-laki kalangan Anshaar, dari Nabi ﷺ.
Riwayat ini shahih” [Al-‘Ilal lid-Daaraquthniy, 14/326-327 no. 3670].
Dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Silsilah
Ash-Shahiihah 6/200 no. 2603.
Riwayat Syu’bah yang menyebutkan fish-shalaah
(di dalam shalat) tentu tidak dipahami dzikir tersebut diucapkan di dalam
shalat. Maknanya - wallaahu a'lam - dzikir tersebut dibaca setelah selesai mengerjakan shalat bersama dzikir-dzikir rutin yang lainnya. Saya telah menuliskan pembahasan ringkas dan beberapa contohnya dalam
artikel Berdoa
Sebelum atau Setelah Salam ? [Makna Duburush-Shalaah].
Semoga kita dimudahkan untuk
mengamalkannya.
[abul-jauzaa – rnn – 02021439/22102017]
NB : Sebenarnya ada pembahasan lebih
lanjut mengenai sanad dan matan hadits tersebut sebagaimana dijelaskan oleh
Asy-Syaikh Abu Ishaaq Ad-Dimyaathiy hafidhahullah berikut:
Comments
Ustadz, mohon maaf, OOT
Antum pernah menulis artikel tentang hukum mengirim Pahala bacaan Quran
dan mengutip
Al-Haitsami dalam Al-Fatawaa Al-Kubra Al-Fiqhiyyah telah berkata :
الميت لا يقرأ عليه مبني على ما أطلقه المقدمون من أن القراءة لا تصله أي الميت لأن ثوابها للقارء. والثواب المرتب على عمل لا ينقل عن عامل ذلك العمل. قال اللهِ تعالى : وَأَن لّيْسَ لِلإِنسَانِ إِلاّ مَا سَعَى.
“Mayit, tidak boleh dibacakan apapun berdasarkan keterangan yang mutlak dari ulama’ mutaqaddimiin (terdahulu); bahwa bacaan (yang pahalanya dikirimkan kepada mayit) adalah tidak sampai kepadanya. Sebab pahala bacaan itu adalah untuk pembacanya saja. Sedang pahala hasil amalan tidak bisa dipindahkan dari ’aamil (orang yang mengamalkan) perbuatan tersebut, berdasarkan firman Allah ta’ala (yang artinya) : ”Dan tidaklah seseorang itu memperoleh balasan kecuali dari yang ia usahakan” (QS. An-Najm : 39) [Lihat Al-Fatawaa Al-Kubraa Al-Fiqhiyyah oleh Al-Haitsami 2/9].
Tapi, afwan, saya tidak menemukan nukilan tersebut dalam kitab yg dimaksud, (saya sdh download kitab Ibnu Hajar Al Haitami Juz 2)
https://ia801007.us.archive.org/0/items/00120486_201311/02_120487.pdf
Di halaman 9 malah tertulis tentang sampainya bacaan Quran jika diniatkan dan sama sekali tidak ada nukilan di atas.
Afwan, syubhat yang dikemukakan oleh saudara kita bahwa nukilan yg antum dibawakan Licik/tidak amanah/tidak ilmiah, kebiasaan "wahabi" menukil dan menafsirkan kitab2 madzhab syafii seenak mereka.
Mohon pencerahannya ustadz, jika bisa dilampirkan scan kitabnya?
Jazakallahu kahiran
Posting Komentar