Bukan
hanya kepada Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa, akan tetapi
‘Aliy bin Abi Thaalib juga menunjukkan loyalitasnya kepada ‘Utsmaan bin ‘Affaan
radliyallaahu ‘anhumaa.
‘Aliy
bin Abi Thaalib adalah orang kedua yang berbaiat kepada ‘Utsmaan bin ‘Affaan
setelah ‘Abdurrahmaan bin ‘Auf radliyallaahu ‘anhum :
عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ قَالَ .......ثُمَّ
خَلَا بِالْآخَرِ فَقَالَ لَهُ مِثْلَ ذَلِكَ فَلَمَّا أَخَذَ الْمِيثَاقَ قَالَ
ارْفَعْ يَدَكَ يَا عُثْمَانُ فَبَايَعَهُ فَبَايَعَ لَهُ عَلِيٌّ وَوَلَجَ أَهْلُ
الدَّارِ فَبَايَعُوهُ
Dari
‘Amr bin Maimuun, ia berkata : “……..Kemudian dia berbicara menyendiri dengan
'Utsmaan dan berkata sebagaimana yang dikatakannya kepada 'Aliy. Ketika dia
mengambil perjanjian bai'at, 'Abdurrahmaan berkata : "Angkatlah tanganmu
wahai 'Utsmaan". Maka Abdurrahmaan membai'at 'Utsmaan lalu 'Ali ikut
membai'atnya kemudian para penduduk masuk untuk membai'at 'Utsman"
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3700].
‘Aliy bin Abi Thaalib memuji
‘Utsmaan dan memerintahkan manusia untuk tidak berbicara tentang diri ‘Utsmaan
kecuali kebaikan.
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
حَاطِبٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عَلِيًّا يَخْطُبُ يَقُولُ: "إِنَّ الَّذِينَ
سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ، قَالَ:
عُثْمَانُ مِنْهُمْ "
Dari
Muhammad bin Haathib, ia berkata : Aku mendengar ‘Aliy berkhutbah dan berkata :
“(Allah berfirman) : ‘Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka
ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka’ (QS.
Al-Anbiyaa’ : 101)”. ‘Aliy berkata : “’Utsmaan termasuk di antara mereka”
[Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah no. 32588; shahih[2]].
عَنْ سُوَيْد قَالَ : وَاللَّهِ لا
أُحَدِّثُكُمْ إِلا شَيْئًا سَمِعْتُهُ مِنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ سَمِعْتُهُ يَقُولُ: " يَا أَيُّهَا النَّاسُ، لا تَغْلُوا
فِي عُثْمَانَ وَلا تَقُولُوا لَهُ إِلا خَيْرًا أَوْ قُولُوا لَهُ خَيْرًا فِي
الْمَصَاحِفِ وَإِحْرَاقِ الْمَصَاحِفِ، ...... وَاللَّهِ لَوْ وُلِّيتُ لَفَعَلْتُ
مِثْلَ الَّذِي فَعَلَ
Dari
Suwaid, ia berkata : Demi Allah, aku tidak berkata kepada kalian kecuali yang
aku dengar dari ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu. Aku
mendengarnya berkata : ‘Wahai sekalian manusia, janganlah kalian berlebih-lebihan
dalam (mencela) ‘Utsmaan, dan janganlah kalian berkata kepadanya kecuali
kebaikan – atau : berkatalah kepadanya dengan kebaikan – dalam masalah mushhaf-mushhaf
dan pembakaran mushhaf-mushhaf[3]…….Demi
Allah, seandainya aku diberikan kekuasaan/kewenangan, niscaya aku akan
melakukan seperti yang ia lakukan” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Daawud dalam Al-Mashaahif
hal. 205 no. 77; shahih].
‘Aliy
bin Abi Thaalib menjadi penasihat dan pendukung kebijakan ‘Utsmaan bin ‘Affaan radliyallaahu
‘anhumaa pada masa kekhilafahannya.
وحَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ ، وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ ، وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ
، قَالُوا : حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ وَهُوَ ابْنُ عُلَيَّةَ ، عَنْ ابْنِ أَبِي عَرُوبَةَ
، عَنْعَبْدِ اللَّهِ الدَّانَاجِ . ح وحَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْحَنْظَلِيُّ
وَاللَّفْظُ لَهُ ، أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ حَمَّادٍ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ
بْنُ الْمُخْتَارِ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ فَيْرُوزَمَوْلَى ابْنِ عَامِرٍ
الدَّانَاجِ ، حَدَّثَنَا حُضَيْنُ بْنُ الْمُنْذِرِ أَبُو سَاسَانَ قَالَ :
"شَهِدْتُ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ وَأُتِيَ بِالْوَلِيدِ قَدْ صَلَّى الصُّبْحَ
رَكْعَتَيْنِ ، ثُمَّ قَالَ : أَزِيدُكُمْ فَشَهِدَ عَلَيْهِ رَجُلَانِ أَحَدُهُمَا
حُمْرَانُ أَنَّهُ شَرِبَ الْخَمْرَ وَشَهِدَ آخَرُ أَنَّهُ رَآهُ يَتَقَيَّأُ ، فَقَالَ
عُثْمَانُ : إِنَّهُ لَمْ يَتَقَيَّأْ حَتَّى شَرِبَهَا ، فَقَالَ : يَا عَلِيُّ قُمْ
فَاجْلِدْهُ ، فَقَالَعَلِيٌّ : قُمْ يَا حَسَنُ فَاجْلِدْهُ ، فَقَالَ الْحَسَنُ
: وَلِّ حَارَّهَا مَنْ تَوَلَّى قَارَّهَا فَكَأَنَّهُ وَجَدَ عَلَيْهِ ، فَقَالَ
يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ جَعْفَرٍ : قُمْ فَاجْلِدْهُ ، فَجَلَدَهُ وَعَلِيٌّ يَعُدُّ
حَتَّى بَلَغَ أَرْبَعِينَ ، فَقَالَ : أَمْسِكْ ثُمَّ ، قَالَ : جَلَدَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْبَعِينَ ، وَجَلَدَ أَبُو بَكْرٍ أَرْبَعِينَ
، وَعُمَرُ ثَمَانِينَ وَكُلٌّ سُنَّةٌ وَهَذَا أَحَبُّ إِلَيَّ "
Dan
telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah, Zuhair bin Harb, dan
‘Aliy bin Hujr, mereka berkata : Telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil bin
‘Ulayyah, dari Ibnu Abi ‘Aruubah, dari ‘Abdullah Ad-Danaaj (ح). Dan telah menceritakan kepada kami Ishaaq bin Ibraahiim
Al-Handhaliy – dan lafadh ini miliknya - : Telah mengkhabarkan kepada kami
Yahyaa bin Hammaad : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-‘Aziiz bin
Al-Mukhtaar : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Fairuuz maulaa Ibni
‘Aamir Ad-Danaaj : Telah menceritakan kepada kami Hudlain bin Al-Mundzir Abu
Saasaan, ia berkata : “Aku menyaksikan ‘Utsmaan bin ‘Affaan, yang waktu itu
Al-Waliid dibawa ke hadapannya yang baru saja menyelesaikan shalat Shubuh dua
raka’at. (Penyebabnya adalah) Al-Waliid berkata (karena mabuk) : ‘Apakah aku
menambah raka’at bagi kalian ?’. Dua orang shahabat memberikan kesaksian
padanya. Salah satunya adalah Humraan yang memberikan kesaksian bahwasannya ia
(Al-Waliid) telah meminum khamr. Sedangkan yang lain memberikan kesaksian
bahwasannya ia melihatnya muntah (karena khamr). ‘Utsmaan berkata : ‘Ia tidak
akan muntah jika tidak meminumnya’. Kemudian ia berkata : ‘Wahai ‘Aliy,
berdirilah dan deralah orang ini !’. Lalu ‘Aliy berkata : ‘Berdirilah wahai
Hasan, dan deralah ia !’. Al-Hasan (bin ‘Aliy) berkata : ‘Suruhlah orang yang
menikmati jabatan (maksudnya ‘Utsmaan – Abul-Jauzaa’) yang
mengerjakannya !’. Sepertinya Al-Hasan sedang marah kepadanya. Lalu ‘Aliy
berkata : ‘Wahai ‘Abdullah bin Ja’far, berdirilah dan deralah ia !’. Lalu
‘Abdulah menderanya, sedangkan ‘Aliy menghitungnya, hingga pada hitungan
keempatpuluh, ia berkata : ‘Tahan !’. Lalu ia melanjutkan perkataannya : ‘Nabi shalallaahu
‘alaihi wa sallam telah mendera sebanyak empatpuluh kali, Abu Bakr
empatpuluh kali, dan ‘Umar delapanpuluh kali. Semuanya sunnah. Namun ini (yaitu
deraan empatpuluh kali) lebih aku sukai” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1707].
‘Aliy
bin Abi Thaalib berlepas diri dari pembunuhan ‘Utsmaan radliyallaahu ‘anhumaa
dan tidak ridlaa dengan apa yang telah menimpanya.
حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ،
عَنْ عَاصِمٍ، عَنْ أَبِي زُرَارَةَ، وَأَبِي عَبْدِ اللَّهِ، قَالَا: سَمِعْنَا
عَلِيًّا، يَقُولُ: " وَاللَّهِ مَا شَارَكْتُ وَمَا قَتَلْتُ، وَلَا
أَمَرْتُ وَلَا رَضِيتُ " يَعْنِي: قَتْلَ عُثْمَانَ
Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdah bin Sulaimaan, dari ‘Aashim, dari Abu Zuraarah
dan Abu ‘Abdillah, mereka berdua berkata : Kami mendengar ‘Aliy berkata : “Demi
Allah, aku tidak berserikat (dalam membunuhnya), aku tidak membunuhnya, aku
tidak memerintahkannya (untuk
membunuhnya), dan aku pun tidak meridlainya – yaitu : pembunuhan ‘Utsmaan” [Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Syaibah 15/208 (21/303) no. 38828; shahih].
Dan
sungguh, ‘Aliy bin Abi Thaalib adalah orang yang benar-benar loyal kepada ‘Utsmaan
bin ‘Affaan radliyallaahu ‘anhumaa.
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ
مَهْدِيٍّ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي يَعْلَى، عَنِ ابْنِ
الْحَنَفِيَّةِ، قَالَ: قَالَ عَلِيٌّ: " لَوْ سَيَّرَنِي عُثْمَانُ إِلَى
صِرَارٍ لَسَمِعْتُ لَهُ وَأَطَعْتُ "
Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdurrahmaan bin Mahdiy, dari Sufyaan (Ats-Tsauriy),
dari ayahnya, dari Abu Ya’laa, dari Ibnul-Hanafiyyah, ia berkata : Telah
berkata ‘Aliy : “Seandainya ‘Utsmaan mengirimkanku ke shiraar, sungguh
aku akan mendengarkannya dan mematuhinya” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah
15/225 (21/321-322) no. 38854; shahih].
Adakah orang yang mencintai
mereka berdua dengan sebesar-besar kecintaan selain Ahlus-Sunnah ?. Ahlus-Sunnah
adalah pembela dan penjaga ajaran ‘Aliy bin Abi Thaalib beserta Ahlul-Baitnya
dari rongrongan kaum pembenci ajaran mereka (Naashibiy) kalangan Syi’ah
Raafidlah.
Allah ta’ala berfirman :
وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ
الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama
(masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida
kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah
kemenangan yang besar”
[QS. At-Taubah : 100].
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ حُمَيْدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ، وَعُمَرُ فِي
الْجَنَّةِ، وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ، وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ، وَطَلْحَةُ فِي
الْجَنَّةِ، وَالزُّبَيْرُ فِي الْجَنَّةِ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ،
وَسَعْدٌ فِي الْجَنَّةِ، وَسَعِيدٌ فِي الْجَنَّةِ، وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ
فِي الْجَنَّةِ "
Telah
menceritakan kepada kami Qutaibah : Telah menceritakan kepada kami
‘Abdul-‘Aziiz bin Muhammad, dari ‘Abdurrahmaan bin Humaid, dari ayahnya, dari
‘Abdurrahmaan bin ‘Auf, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam : “Abu Bakr di surga, ‘Umar di surga,
‘Utsmaan di surga, ‘Aliy di surga, Thalhah di surga, Az-Zubair di surga, ‘Abdurrahmaan
in ‘Auf di surga, Sa’d di surga, Sa’iid di surga, dan Abu ‘Ubaidah bin
Al-Jarraah di surga” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3747; shahih].
[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas permai, ciapus,
ciomas, bogor – 20101434/26082013 – 23:30].
[3] Para ulama menjelaskan bahwa pembakaran
tersebut dilakukan karena ia (‘Utsmaan) menerima informasi akan keberagaman
bacaan Al-Qur’andi tengah-tengah khalayak. Bahkan, banyak orang berdebat
karenanya. ‘Utsmaan kemudian memerintahkan untuk melakukan kodifikasi untuk
menyatukan bacaan dan juga memerintahkan untuk membakar mushhaf-mushhaf yang
menyelisihinya. Mushhaf-mushhaf yang dibakar tadi adalah mushhaf yang
di dalamnya terdapat ayat-ayat yang telah mansuukh, mushhaf yang
tidak urut penyusunan suratnya, atau mushhaf yang bercampur dengan
tafsir/perkataan shahabat.
Comments
ustadz, ana penasaran bagaimana cara antum membagi waktu antara mencari nafkah dan mengurusi blog ini. dilihat dari artikel-artikelnya yang penuh referensi pastinya butuh waktu yang tidak sedikit. kalau antum memfokuskan diri untuk ilmu agama saja tentunya ana tidak sepenasaran ini. tapi ana tau antum "cuma" sarjana kehutanan. kalau bisa saya ana juga ingin mengikuti jejak antum.
Posting Komentar