Al-Bukhaariy rahimahullah
berkata :
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ، قَالَ: سَمِعْتُ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: " اعْتَدِلُوا فِي السُّجُودِ، وَلَا يَبْسُطْ أَحَدُكُمْ ذِرَاعَيْهِ
انْبِسَاطَ الْكَلْبِ "
Telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Basyaar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin Ja’far, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Syu’bah, ia berkata :
Aku mendengar Qataadah, dari Anas, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda : “ Seimbanglah kalian ketika sujud, dan janganlah
salah seorang di antara kalian meluruskan (menempelkan) kedua lengan/hastanya seperti
anjing meluruskannya” [Shahiih Al-Bukhaariy no. 822].
Hadits lain :
حَدَّثَنَا
هَنَّادٌ، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنْ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي سُفْيَانَ،
عَنْ جَابِرٍ، أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِذَا
سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَعْتَدِلْ وَلَا يَفْتَرِشْ ذِرَاعَيْهِ افْتِرَاشَ الْكَلْبِ
".
Telah menceritakan kepada
kami Hannaad : Telah menceritakan kepada kami Abu Mu’aawiyyah, dari Al-A’masy,
dari Abu Sufyaan, dari Jaabir : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : “Apabila salah seorang di antara kalian sujud,
janganlah membentangkan kedua lengannya seperti anjing membentangkannya”
[Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 275; shahih lighairihi].
حَدَّثَنَا
عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، حَدَّثَنَا
اللَّيْثُ، عَنْ دَرَّاجٍ، عَنْ ابْنِ حُجَيْرَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَفْتَرِشْ
يَدَيْهِ افْتِرَاشَ الْكَلْبِ وَلْيَضُمَّ فَخْذَيْهِ "
Telah menceritakan kepada
kami ‘Abdul-Malik bin Syu’aib bin Al-Laits : Telah menceritakan kepada kami
Ibnu Wahb : Telah menceritakan kepada kami Al-Laits, dari Darraaj[1],
dari Ibnu Hujairah, dari Abu Hurairah : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam bersabda : “Apabila salah seorang di antara kalian sujud,
janganlah membentangkan kedua tangannya seperti anjing membentangkannya. Dan hendaklah
ia merapatkan kedua pahanya” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 901; shahih
lighairihi].
حَدَّثَنَا
يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، عَنْ حُسَيْنٍ الْمُكْتِبِ، عَنْ بُدَيْلٍ، عَنْ أَبِي الْجَوْزَاءِ،
عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: " نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنْ يَفْتَرِشَ أَحَدُنَا ذِرَاعَيْهِ افْتِرَاشَ السَّبُعِ "
Telah menceritakan kepada
kami Yaziid bin Haaruun, dari Husain Al-Muktib, dari Budail, dari Abul-Jauzaa’,
dari ‘Aaisyah, ia berkata : “Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah
melarang kami membentangkan lengan kami seperti binatang buas membentangkannya”
[Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 1/257-258; shahih].
Para ulama berbeda
pendapat tentang hukum menempelkan kedua lengan ketika shalat dan tidak
mengangkatnya. Jumhur ulama dari kalangan Hanafiyyah[2],
Maalikiyyah[3], Syaafi’iyyah[4],
dan Hanaabilah[5]
berpendapat makruh dilakukan, baik pada shalat fardlu maupun shalat sunnah.
Adapun madzhab Ibnu Hazm menyatakan haram dan dapat membatalkan shalat bagi
siapa saja yang melakukannya.[6]
Kedua pihak berdalil
dengan nash-nash yang sama sebagaimana disebutkan di atas. Yang raajih –
wallaahu a’lam – adalah pendapat jumhur. Alasannya adalah sikap
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang menyamakan perbuatan itu
dengan perbuatan anjing atau binatang buas. Dan asal dari hal tersebut
menunjukkan kemakruhan.
An-Nawawiy rahimahullah
berkata :
وَالْحِكْمَة
فِي هَذَا أَنَّهُ أَشْبَه بِالتَّوَاضُعِ وَأَبْلَغ فِي تَمْكِين الْجَبْهَة وَالْأَنْف
مِنْ الْأَرْض ، وَأَبْعَد مِنْ هَيْئَات الْكَسَالَى فَإِنَّ الْمُتَبَسِّط كَشَبَهِ
الْكَلْب ، وَيُشْعِر حَاله بِالتَّهَاوُنِ بِالصَّلَاةِ ، وَقِلَّة الِاعْتِنَاء بِهَا
وَالْإِقْبَال عَلَيْهَا . وَاَللَّه أَعْلَم
“Dan hikmah dalam larangan ini adalah bahwasannya
ia merupakan sikap tawadlu’, lebih memastikan dalam meletakkan dahi dan hidung
ke tanah (ketika sujud), serta lebih jauh dari gaya orang-orang yang malas. Hal
itu dikarenakan orang yang membentangkan/menempelkan kedua lengannya menyerupai
anjing dan menunjukkan keadaan dirinya yang meremehkan shalat, sedikitnya
perhatian kepadanya, dan ingin segera menyelesaikannya. Wallaahu a’lam”
[Syarh An-Nawawiy, 4/209].
Lantas, bagaimana gambaran
sikap/perbuatan yang dilarang tersebut ? Perhatikan gambar di bawah :
[yaitu,
gambar yang sebelah kanan].
Wallaahu a’lam.
Semoga ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’ –
sardonoharjo, ngaglik, sleman, yogyakarta, syawal 1432 H – mengambil faedah
dari kitab At-Tasyabbuh Al-Manhiy ‘anhu oleh Jamiil bin Habiib
Al-Luwaihiq, hal. 208-209].
[1] Ibnu Hibbaan berkata :
لَمْ يَسْمَعِ اللَّيْثُ مِنْ دَرَّاجٍ غَيْرَ هَذَا الْحَدِيثِ
“Al-Laits tidak mendengar
dari Darraaj selain dari hadits ini” [Shahiih Ibni Hibbaan, 5/245].
[2] Badaai’ush-Shanai’ lil-Kasaaniy,
1/210 dan Tabyiinul-Haqaaiq liz-Zaila’iy 1/163.
[3] Al-Mudawwanah, 169.
[4] Al-Majmuu’ 3/341.
[5] Al-Furuu’ li-Ibni Muflih, 1/483 dan Kasysyaaful-Qinaa’
lil-Bahutiy 1/371.
[6] Al-Muhallaa, 4/21.
Comments
afwan ust prtanyaanx keluar dr Tema,
berkenaan dgn Hadits ini:
وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ : إذَا طَهُرَتْ الْحَائِضُ بَعْدَ الْعَصْرِ صَلَّتْ الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ ، وَإِذَا طَهُرَتْ بَعْد الْعِشَاء صَلَّتْ الْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ .
Dari Ibnu 'Abbas, ia berkata, "Jika wanita haidh suci setelah 'Ashar, maka ia tetap mengerjakan shalat Zhuhur dan shalat 'Ashar. Jika ia suci di waktu 'Isya, maka ia tetap mengerjakan shalat Maghrib dan shalat 'Isya. (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/122, Ad Darimi 894, Ibnul Mundzir dalam Al Awsath 2/243 dan Al Baihaqi 1/387) (http://alif-belajar.blogspot.com/2011/09/suci-haidh-sebelum-matahari-tenggelam.html)
maksud dr mengerjakan shalat itu apakah jamak ataukah tdk.., lalu klo dia bersih ba'da ashar maka manakah yg hrs didahulukan Ashar atau zhuhur..???
syukran jawabanx....
Ya, dijamak. Kalau waktunya masih longgar, dikerjakan sesuai tartib. Namun jika waktunya sempit, dikerjakan yang sudah masuk waktu dulu.
Kongkritnya :
Jika haidl suci pada waktu 'Ashar dan waktunya masih longgar, maka dikerjakan Dhuhur dulu, baru kemudian 'Ashar.
Namun jika waktunya sempit (kalau dikerjakan Dhuhur dulu, maka waktu 'Ashar habis sebelum kita sempat mengerjakan shalat 'Ashar), maka dikerjakan shalat 'Ashar dulu, baru kemudian shalat Dhuhur.
wallaahu a'lam.
Ustadz, itu yang gambar kakinya di coreng...salahnya dimana ya?
Itu bukan kakinya yang disilang, tapi gambarnya. Kebetulan letak silangnya di bagian kaki (dari gambar yang saya kutip di sebuah forum berbahasa Arab).
ustadz, untuk gambar yang kiri bawah, salahnya apa? karena mengangkat sikut terlalu tinggi?
syukran atas penjelasan ustadz
اعْتَدِلُوا فِي السُّجُودِ، وَلَا يَبْسُطْ أَحَدُكُمْ ذِرَاعَيْهِ انْبِسَاطَ الْكَلْبِ "
“Tegakkanlah (lengan kalian) ketika sujud, Dan janganlah salah seorang di antara kalian meluruskan (menempelkan) kedua lengan/hastanya seperti anjing meluruskannya” [Shahiih Al-Bukhaariy no. 822]
Akhi, bukankah makna اعْتَدِلُوا فِي السُّجُودِ ialah sujud dengan proporsional yakni "Tengah-tengahlah/seimbanglah kalian ketika sujud..." dan bukan diterjemahkan menegakkan tangan?
Al-Hafidzh Ibnu Hajar Al-'Asqalani rahimahullah dalam Fathul Bari 2/352 menerangkan:
اعتدلوا أي كونوا متوسطين بين الافتراش والقبض
Syaikh 'Utsaimin rahimahullah dalam Syarhul Mumti' menerangkan:
قال النبي عليه الصلاة والسلام : ( اعتدلوا في السجود ) أي : اجعلوه سجوداً معتدلاً ، لا تهصرون فينزل البطن على الفخذ ، والفخذ على الساق ، ولا تمتدون أيضاً ، كما يفعل بعض الناس إذا سجد يمتد حتى يقرب من الانبطاح ، فهذا لا شك أنه من البدع ، وليس بسنة
@pak firzan, menurut yang mengupload gambar, salahnya adalah tidak benar-benar menapakkan kedua telapak tangan ke bumi/tanah/lantai. Jadi agak ngangkat telapak nya....
wallaahu a'lam.
Makna اعتدل adalah lurus atau seimbang. Beberapa ulama mengatakan makna i'tadiluu fis-sujuud adalah :
توسطوا بين الافتراش والقبض بوضع الكفين على الأرض ورفع المرفقين عنها والبطن عن الفخذ
yang lain mengatakan :
قوله اعتدلوا في السجود المقصود من الاعتدال فيه أن يضع كفه على الأرض ويرفع مرفقيه عنها وعن جنبيه ويرفع البطن عن الفخذ
juga :
أي كونوا فيه متوسطين وأوقعوه على الهيئة المأمور بها من وضع أكفكم فيه على الأرض ورفع مرافقكم عنها وعن أجنابكم ورفع بطونكم عن أفخاذكم
Menegakkan siku atau lengan merupakan satu bagian cara dalam i'tidaal dalam sujud. Akan tetapi, antum benar, akan saya perbaiki translasinya. Terima kasih. Jazaakallaahu khairan.
ustad , sepertinya gambar kiri bawah sudah benar ....
namun lebih baik lagi kalau ditambah ilustrasinya " yang benar " , karena 3 gambar salah semua.
mau tanya ustadz. Berdasarkan pendapat yang rajih, bagaimana posisi kaki jk sujud...apakah dirapatkan tumit atau direnggangkan.
ada reverensi untuk dibaca.
http://al-atsariyyah.com/kedua-tumit-dirapatkan-saat-sujud.html
terima kasih
dari daud 20
sdikit kurang mngerti krna smua ilustrasi salah gk ada ilustrasi yg benar jd gk ada pembanding, maka dr itu tolong ksh jg gambar sujud yg benar krna sy bingung mau sujud kyk gmna.. syukron atas tanggapanx.
Mana yang benar ???
Posting Komentar