Al-Qur'an adalah Kalamullah, Bukan Makhluk !!


Keyakinan Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah bahwa Al-Qur’an adalah Kalamullah (firman Allah) yang diturunkan dengan huruf serta maknanya, dan bukan makhluk, berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Al-Qur’an adalah mukjizat yang membuktikan kebenaran apa yang dibawa oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan akan terpeliharan hingga hari kiamat. Allah ‘azza wa jalla berbicara/berfirman sesuai dengan kehendak-Nya, kapan Dia kehendaki, dan bagaimana Dia kehendaki. Ucapan Allah ’azza wa jalla adalah hakiki dengan huruf dan suara, hanya saja kita tidak tahu bagaimana hakikatnya serta tidak perlu menelusurinya.
Abu ’Utsman Ash-Shabuni berkata dalam risalahnya yang berjudul ’Aqiidatus-Salaf Ashhaabil-Hadiits :
ويشهد أصحاب الحديث ويعتقدون أن القرآن كلام الله وكتابه، ووحيه وتنزيله غير مخلوق، ومن قال بخلقه واعتقده فهو كافر عندهم، والقرآن الذي هو كلام الله ووحيه هو الذي ينزل به جبريل على الرسول صلى الله عليه وسلم قرآنا عربيا لقوم يعلمون، بشيرا ونذيرا، كما قال. عز من قائل: (وإنه لتنزيل رب العالمين. نزل به الروح الأمين. على قلبك لتكون من المنذرين، بلسان عربي مبين) وهو الذي بلغه الرسول صلى الله عليه وسلم أمته، كما أخبر به في قوله تعالى: (يا أيها الرسول بلغ ما أنزل إليك من ربك) فكان الذي بلغهم بأمر الله تعالى كلامه عز وجل، وفيه قال صلى الله عليه وسلم: أتمنعوني أن أبلغ كلام ربي " وهو الذي تحفظه الصدور، وتتلوه الألسنة يكتب في المصاحف، كيف ما تصرف بقراءة قارئ ? لفظ لافظ، وحفظ حافظ، وحيث تلي، وفي أي موضع قرئ وكتب في مصاحف أهل الإسلام، وألواح صبيانهم وغيرها كله كلام الله جل جلاله، غير مخلوق ق فهو كافر بالله العظيم.
Ashhaabul-Hadits bersaksi dan meyakini bahwasannya Al-Qur’an adalah Kalamullah, kitab-Nya, wahyu-Nya, yang diturunkan-Nya, dan bukan makhluk. Barangsiapa yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk serta meyakininya, maka ia adalah kafir menurut mereka (Ashhaabul-Hadits). Al-Qur’an adalah Kalamullah, wahyu-Nya, yan diturunkan melalui perantaraan Jibril kepada Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam dalam bahasa Arab yang dapat dipahami oleh kaumnya. Ia merupakan kabar gembira, sekaligus sebagai peringatan sebagaimana firman-Nya : ” Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas”  (QS. Asy-Syu’araa’ : 192-195). Ia adalah kitab yang disampaikan oleh Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasalam kepada umatnya sebagaimana dikhabarkan melalui firman Allah : ”Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu”  (QS. Al-Maaidah : 67). Jadi, semua itu merupakan Kalamullah ’azza wa jalla. Jadi, apa yang disampaikan Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam tersebut adalah Kalamullah. Oleh karena itu beliau shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda : ”Apakah kalian menghalangiku untuk menyampaikan kalam Rabb-ku ?” [1] . Al-Qur’an adalah yang dihafal di dalam dada, yang dibaca dengan lisan, dan yang dituliskan dalam mushhaf. Bagaimanapun qari’ membacanya, lafadh yang diucapkan dan yang dihafal oleh penghafal, mana saja dibacakan, di tempat mana saja dibaca atau tertulis dalam mushhaf umat Islam atau di papan tulis anak-anak mereka; semuanya itu adalah Kalamulah. Bukan makhluk. (Barangsiapa yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk), maka ia kafir kepada Allah Yang Maha Agung” [selesai].
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dalam kitabnya As-Sunnah (no. 25) dari Al-Imam Sufyan bin ’Uyainah bahwa ia berkata :
القرآن كلام الله عزوجل من قال مخلوق فهو كافر ومن شك في كفره فهو كافر
”Al-Qur’an adalah Kalamullah. Barangsiapa yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, maka ia kafir. Dan barangsiapa yang ragu akan kekafiran orang tersebut, maka ia juga kafir” [selesai].
Diriwayatkan dari ’Utsman Al-Wasithi, ia berkata :
سمعت ابن عيينه يقول ما يقول هذا الدويه يعني بشر المريس قالوا يا أبا محمد بن أبي عمران القرآن مخلوق قال فقد كذب قال الله عز وجل ألا له الخلق والأمر فالخلق خلق الله والأمر القرآن وكذلك قال أحمد بن حنبل ونعيم بن حماد ومحمد بن يحيى الذهلي وعبد السلام بن عاصم الرازي وأحمد بن سنان الواسطي وأبو حاتم الرازي
”Aku mendengar Ibnu ’Uyainah berkata : ”Apa yang dikatakan oleh hewan kecil ini ?” – yaitu Bisyr Al-Marisi - . Mereka berkata : ”Wahai Abu Muhammad bin Abi ’Imran, (ia mengatakan) bahwa Al-Qur’an itu makhluk”. Ibnu ’Uyainah berkata : ”Dia dusta, karena Allah ’azza wa jalla berfirman : ”Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah”  (QS. Al-A’raf : 54)”.
Al-Khalqu adalah makhluk Allah dan amru adalah Al-Qur’an”.
(Setelah membawakan riwayat tersebut, Al-Imam Al-Laalika’i berkata : ) ”Begitulah yang dikatakan Ahmad bin Hanbal, Nu’aim bin Hammad, Muhammad bin Yahya Adz-Dzuhliy, ’Abdus-Salam bin ’Ashim Ar-Razi, Ahmad bin Sinan Al-Wasithi, dan Abu Hatim Ar-Razi” [Syarh Ushul I’tiqaad Ahlis-Sunnah wal-Jama’ah oleh Al-Imam Al-Laalika’i hal. 219; Maktabah Al-Misykah].  
Telah berkata Ar-Rabi’ :
سمعت الشافعي رحمه الله تعالى يقول : القرآن كلام الله عز وجل غير مخلوق ، ومن قال مخلوق فهو كافر
Aku mendengar Asy-Syafi’i rahimahullah ta’ala berkata : ”Al-Qur’an itu adalah Kalamullah ’azza wa jalla. Bukan makhluk. Barangsiapa yang mengatakan bahwasannya ia adalah makhluk, maka ia telah kafir” [Asy-Syarii’ah oleh Al-Imam Al-Ajurri hal. 59; Maktabah Al-Misykah].
Syaikhul-Islam Ibnu Tamiyyah berkata :
وأما المنصوص الصريح عن الإمام أحمد، وأعيان أصحابه، وسائر أئمة السنة والحديث، فلا يقولون‏:‏ مخلوقة ولا غير مخلوقة، ولا يقولون‏:‏ التلاوة هي المتلو مطلقًا، ولا غير المتلو مطلقًا كما لا يقولون‏:‏ الاسم هو المسمى، ولا غير المسمى‏.
وذلك أن ‏[‏التلاوة والقراءة‏]‏ كاللفظ قد يراد به مصدر تلى يتلو تلاوة، وقرأ يقرأ قراءة، ولفظ يلفظ لفظًا، ومسمى المصدر هو فعل العبد وحركاته، وهذا المراد باسم التلاوة والقراءة‏.‏ واللفظ مخلوق، وليس ذلك هو القول المسموع الذي هو المتلو‏.‏ وقد يراد باللفظ الملفوظ، وبالتلاوة المتلو، وبالقراءة المقروء، وهو القول المسموع، وذلك هو المتلو، ومعلوم أن القرآن المتلو الذي يتلوه العبد، ويلفظ  به غير مخلوق، وقد يراد بذلك مجموع الأمرين، فلا يجوز إطلاق الخلق على الجميع ولا نفي الخلق عن الجميع‏.‏
”Nash-nash yang jelas dari Imam Ahmad dan shahabat-shahabatnyanya, para imam sunnah, serta para ahli hadits menyatakan bahwa mereka tidaklah mengatakan bahwa Al-Qur’an yang aku lafadhkan adalah makhluk atau bukan makhluk. Mereka juga tidak menyatakan bahwa bacaan itu identik dengan yang dibaca secara mutlak. Hal itu sebagaimana mereka tidak mengatakan bahwa nama itu identik dengan yang diberi nama atau tidak identik dengan yang diberi nama.
Hal tersebut dikarenakan tilawah dan qira’ah seperti lafadh, terkadang yang dimaksud adalah mashdar-nya :
تَلَى – يَتْلُوْ - تِلاوَةً، وَقَرَأَ - يَقْرَأُ - قِرَاءَةً، وَلَفَظَ – يَلْفَظُ - لَفْظًا
Dan dinamakan mashdar itu adalah karena ia merupakan perbuatan hamba dan gerakannya. Jadi itulah yang dimaksud dengan kata tilawah, qira’ah, dan lafadh itu adalah makhluk. Bukanlah hal itu merupakan ucapan yang terdengar, yaitu sesuatu yang dibaca. Terkadang maksud lafadh adalah sesuatu yang dilafadhkan, tilawah yang ditilawahkan, qira’ah yang dibacakan; yaitu ucapan yang didengar atau dibaca. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa Al-Qur’an yang dibaca, yaitu yang dibaca dan yang dilafadhkan oleh seorang hamba. Al-Qur’an yang dibaca ini bukan makhluk. Dan terkadang maksudnya adalah kedua hal yang telah disebutkan. Tidak boleh memutlakkan untuk mengatakan semuanya adalah makhluk atau menafikkannya bukan makhluk” [Majmu ’ Fataawaa oleh Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah 12/107; Maktabah Al-Misykah].
Terakhir kami tegaskan kembali bahwa : Al-Qur’an adalah Kalamullah dan bukan makhluk. Tidak boleh melemah untuk mengatakan Al-Qur’an itu makhluk, akrena sesungguhnya Kalam Allah itu tidak terpisah dari-Nya, dan tidak ada suatu bagian pun dari-Nya yang merupakan makhluk. Hindarilah berdebat dengan orang yang membuat perkara baru dengannya, orang yang mengatakan lafadhku dengan Al-Qur’an adalah makhluk dan selainnya, serta orang yang tawaquf (abstain) tentangnya yang mengatakan : ”Aku tidak tahu Al-Qur’an itu makhluk atau bukan makhluk, akan tetapi ia adalah Kalamullah”. Karena orang seperti ini adalah ahli bid’ah, serupa halnya dengan orang yang mengatakan Al-Qur’an adalah makhluk. Sesungguhnya Al-Qur’an adalah Kalamullah, dan bukan makhluk [2]


[1]     HR. Abu Dawud no. 4734, At-Tirmidzi no. 2925 dan Ibnu Majah no. 197, Ad-Daarimi no. 3354, Ahmad no. 15229, dan Al-Hakim no. 4220 dengan lafadh :
فإن قريشاً قد منعوني أن أبلغ كلام ربي
“Sesungguhnya kaum Quraisy telah menghalangiku untuk menyampaikan kalam Rabb-ku” .
[2]  Diambil dari perkataan Imam Ahmad dalam Ushulus-Sunnah.

Comments

Anonim mengatakan...

Salam kenal,
(1) Apakah Alquran itu kitab yang berisi kalamullah yg kita pegang dan baca sekarang?
(2) Apakah kalamullah bukan makhluk?
(3) Apakah kalamullah itu Allah?

Abujafar

Anonim mengatakan...

Semoga tdk seperti blog salafay lain yang berstrategi:
(1) "Masukkan komen2 yg penuh caci-maki thd manhaj kita dan hapus segera komen-komen yg kritis dan masuk akal"
(2) "Masukkan komen-komen awal yg kritis dan masuk akal, kemudian hapus komen-komen selanjutnya, agar pembaca awam percaya bahwa mereka sdh tdk memiliki argumen lagi untuk membantah"

Salam
Abujafar

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Tujuan saya membuat Blog dan menulis di dalamnya bukanlah tempat sampah bagi semua tulisan. Tentu saja, tidak semua komentar yang dikirimkan ke Blog ini akan saya tampilkan. Kata-kata kotor, pujian yang berlebihan, dan yang semisalnya tidak akan saya tampilkan. Termasuk komentar-komentar yang tidak cerdas yang tidak memberikan manfaat bagi Pembaca.

Kalau yang Anda inginkan adalah dialog ilmiah disertai dalil-dalil dan kaidah-kaidah yang telah ma’ruf dalam agama, insyaAllah akan saya tampilkan. Termasuk jika Anda ingin mengkoreksi apa yang tertulis di dalam Blog ini. Namun jika yang Anda inginkan hanyalah berupa dialog-dialog yang mengandalkan logika dan posisi kontra semata, maka maaf…. Anda salah alamat membuka dan membaca Blog ini. Dialog seperti ini tidak akan ada selesainya, karena tujuannya adalah bagaimana memenangkan satu perdebatan. Blog ini bukan ajang pertandingan debat. Kebenaran bukanlah ditentukan melalui pemenang perdebatan.

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Al-Qur’an adalah Kalamullah. Adapun mushhaf yang tercetak dan kita pegang adalah makhluk. Kalamullah adalah bagian dari sifat-sifat Alah yang Maha sempurna.

Anonim mengatakan...

assalamu'alaikum warahmatullah wabaraktuh

maksudnya bagaimana Akhi?? Ana kurang mengerti, kutip : "Al Qur'an adalah kalmullah, dan mushhaf yang kita pegang merupakan makhluk"

kenapa bisa dikatakan makhluk Akhi??

wassalam

Anonim mengatakan...

”Al-Qur’an adalah Kalamullah. Barangsiapa yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, maka ia kafir...."
Ungkapan "kafir" pada perkataan diatas apakah berkonsekwensi "kufur akbar" ataukah hanya sekedar "kufur asghor/ghoirul mukaffiroh ? Mohon penjelasannya...syukron.

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

@Anonim pertama, karena mushhaf itu dapat berarti lembaran-lembaran buku, dan itu makhluk.

@Anonim kedua, kufur akbar.

Anonymous mengatakan...

Assalamu'alaikum.
Akhi, saya mau ngambil artikel ini sebagai bahan liqo, tapi saya masih bingung kalau misalnya saya mengucap kata-kata dari hadist, karena saat mengucap hadist, nah yg saya takutkan adalah saat ada yg bertanya "darimana sanadnya dan apakah hadist itu shahih/tha'if."

saya boleh minta ngga' tolong ditambahin shahih atau apa setelah hadist pada artikel ini, sehingga pembaca dapat mengetahui apakah hukum hadist ini shahih atau thai'if.

terimakasih

Anonim mengatakan...

afwan ustdz,
ana ada copy paste nie pernyataan dari org2 sebelah :

Imam Abu Hanifah (150 H) Mengatakan :



وصفاته في الأزل غير محدَثة ولا مخلوقة فمن قال إنها مخلوقة أو محدَثة أو وقف أو شكّ فهو كافر بالله تعالى والقرءان أي كلام الله تعالى في المصاحف مكتوب وفي القلوب محفوظ وعلى الألسن مقروء وعلى النبي عليه الصلاة والسلام منزل ولفظنا بالقرءان مخلوق وكتابتنا له مخلوقة وقراءتنا مخلوقة والقرءان غير مخلوق



“ Sifat-sifat Allah di Azali tidaklah baru dan bukan makhluk (tercipta), barangsiapa yang mengatakan itu makhluk atau baru, atau dia diam (tidak berkomentar), atau dia ragu maka dia dihukumi kafir kepada Allah. Al-Quran yakni Kalamullah tertulis di mushaf-mushaf, terjaga dalam hati, terbaca dalam lisan dan diturunkan kepada Nabi Saw. Dan lafadz kami dengan al-Quran adalah makhluk, penulisan kami kepada Al-Quran adalah makhluk, bacaan kami dengannya adalah makhluk sedangkan al-Quran bukanlah makhluk “.



Kemudian imam Abu Hanifah melanjutkan :



ونحن نتكلم بالآلات والحروف والله تعالى يتكلم بلا ءالة ولا حروف والحروف مخلوقة وكلام الله تعالى غير مخلوق



“ Kami berbicara dengan alat dan huruf sedangkan Allah Ta’ala berbicara tanpa alat dan huruf, sedangkan huruf itu makhluk dan kalamullah bukanlah makhluk “. (Disebutkan dalam kitab al-Fiqh al-Akbar,al-Washiyyah, al-Alim w al-Muta’allim dan lainnya)



Penjelasan :



Dengan terang-terangan imam Abu Hanifah yang merupakan ulama salaf di awal kurun seratus hijriyyah ini mengatakan lafadz Quran dan penulisan al-Quran adalah makhluk sedangkan al-Quran kalamullah bukanlah makhluk.



Dari sinilah berangkat ulama asy-Ariyyah dan Maturudiyyah bahwa definsi al-Quran terbagi menjadi dua sebagaimana pendapat imam Abu Hanifah di atas. Yakni Jika yang dimaksudkan adalah kalam Allah, maka dia adalah kalam yang qadim dan azali yang suci dari alat, suara dan huruf, sedangkan jika yang dimaksudkan adalah kalimat yang terlafadzkan dan terbukukan dalam kertas-kertas, maka dia adalah kalimat-kalimat berhuruf dan bersuara yang baru dan mengibaratkan kepada kalam Allah yang qadim dan azali tersebut.

bgmn menurut ustdz

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Sebelumnya, perlu kiranya antum membaca dua artikel berikut :

APAKAH KITAB AL-FIQHUL-AKBAR MERUPAKAN KARYA AL-IMAM ABU HANIFAH ?.

Sanad Kitab ‘Aqidah Al-Imam Abu Hanifah rahimahullah.

Intinya, penisbatan kitab-kitab 'aqidah kepada Abu Haniifah masih diragukan kebenarannya atau keotentikannya.

Adapun kemudian,.....

Sifat Allah memang bukan makhluk, sehingga Al-Qur'an yang merupakan Kalamullah juga bukan makhluk.

Namun jika dikatakan bahwa Allah berfirman tanpa suara dan huruf, ini keliru. Perkataan ini menyelisihi 'aqidah Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah, 'aqidah salaf. Silakan baca :

Allah Berfirman dengan Suara yang Dapat Didengar.

Anonim mengatakan...

Assalamu 'alaykum Akhi Abu aljauzaa,

barusan saya menemukan tulisan seseorang, yang cenderung mengatakan Alqur'an adalah makhluq:

pada surah Az-Zukhruf 43:3 “Sesungguhnya Kami JADIKAN Al-Quran berbahasa Arab …. “. Di dalam ayat ini Allah SWT menegaskan Al-Quran adalah kitab atau kalam yang DIJADIKAN. Allah SWT sendiri yang mengatakan Al-Quran itu makhluk (benda yang dijadikan). Kenapa pula manusia mahu bertengkar, mahu mengatakan Al-Quran itu bukan makhluk sedangkan Allah SWT sendiri mengatakan Al-Quran itu makhluk? Yang menjadi masalah ialah para alim ulamak tidak pernah merujuk kepada ayat 43:3 ini untuk menjelaskan samada Al-Quran itu makhluk atau tuhan (zat Allah SWT).

(selesai)

mohon bantahannya terhadap syubhat ini.

jazakallohu khoyron

Arif Rahman

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Wa'alaikumus-salaam.

Pertama, melihat nash itu adalah dengan melihat keseluruhan nash. Bukan menggunakan satu nash, dan membutakan diri terhadap nash-nash yang lainnya.

Allah ta’ala berfirman :

وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لا يَعْلَمُونَ

“Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar ‘kalaamullah’ (firman Allah), kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui” [QS. At-Taubah : 6].

Kalimat ‘supaya ia sempat mendengar kalaamullah’ maksudnya adalah Al-Qur’an.

عن جابر بن عبد اللّه قال : قال رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم ..... فإِن قريشاً قد منعوني أن أبلغ كلام ربي".

Dari Jaabir bin ‘Abdillah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “….Sesungguhnya kaum Quraisy telah menghalangiku untuk menyampaikan kalam Rabb-ku” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. no. 4734, At-Tirmidziy no. 2925, Ibnu Majah no. 197, Ad-Daarimi no. 3354, Ahmad no. 15229, dan Al-Haakim no. 4220; shahih. Lihat Silsilah Ash-Shahiihah no. 1947].

Maksud dari perkataan ‘kalaam Rabb-ku’ adalah Al-Qur’an.

Dan banyak dalil lainnya.

Kedua,..istidlaal mereka dengan ayat tersebut pada dasarnya ada pada pemahaman bahwa makna ja'ala itu mesti khalaqa (menciptakan). Ini keliru. Allah ta'ala berfirman :

وَجَعَلُوا الْمَلائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ إِنَاثًا أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ

"Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban" [QS. Az-Zukhruuf : 19].

Ayat di atas juga memakai kata ja'ala. Lantas, apakah itu bermakna bahwa orang-orang musyrik telah menciptakan para malaikat ?. Tentu tidak bukan ?.

Ayat tersebut (yaitu QS. Az-Zukhruuf : 3) hanyalah bermakna bahwa Allah ta'ala menurunkan Al-Qur'an melalui lisan Rasul-Nya shallallaahu 'alaihi wa sallam, dan menjadikannya berbahasa 'Arab. Atau dengan kata lain, makna ja'alnaahu adalah sharafnaahu - yaitu kami palingkan Al-Qur'an dari satu bahasa menjadi bahasa lain, yaitu bahasa 'Arab, agar dipahami oleh manusia.

wallaahu a'lam.

Faisal Bin Ridwan El-Cikarangi mengatakan...

ya Allah kok sy blm jg faham, ustdz bisa dijelaskan melalui ilustrasi gk,, agr sy bs memahami bahwa kata makhluq itu sngt fatal bila di dikaitkan dgn kalmullah,,, syukron ustadz

Unknown mengatakan...

melanjutkan komentar Faisal Ichal, saya juga minta untuk dijelaskan akibat buruk mengatakan Al Qur'an itu makhluk.
Selama ini yang saya pahami, keyakinan Al Qur'an adalah makhluk merupakan aqidah yang tidak pernah diyakini oleh Rasulullah dan para shahabat. Sehingga akibat buruknya adalah menyimpang dari aqidah yang benar.
apakah benar yang saya pahami tersebut? dan apakah ada akibat buruk lain yang menjadikan pelakunya kufur?

Jazakumullah khairan.

Anonim mengatakan...

dulu saya pernah bertanya pada ust mengapa tidak boleh meyakini bahwa al qur'an itu mahluk. dijjawab +_
"kalau al qur'an itu mahluk, sebagaimana mahluk yg lain maka al quran itu punya kekurangan, punya kesalahan. jadi al qur'an boleh dirubah-rubah karena punya kesalahan."

Anonim mengatakan...

Maaf, saya memahami bahwa Allah SWT memanglah berbicara, yakni mengeluarkan suara dari zat-Nya berupa suara yang mengandung huruf-huruf/kata-kata. Maka apa yang menjadi pertanyaan saya: 1. Apakah sifat Allah yang berupa kalam-Nya bisa melekati zat selain Dia, misalnya melekati mushhaf dengan tertuliskan padanya ? 2. Bagaimana jika seseorang mengatakan bahwa apa yang tertulis pada mushhaf adalah apa yang menunjukan adanya al-kalam yang menyifati Allah, karena kalam-Nya adalah sifat-Nya dan sifat-Nya senantiasa melekati zat-Nya ?