Dalam
sebagian pembicaraan, kadang terlontar pertanyaan : ‘Yang benar itu bismillaah
saja atau bismillaahir-rahmaanir-rahiim ketika hendak makan ?’. Wajar,
karena dalam praktek di masyarakat, yang diajarkan di TPA-TPA dan
sekolah-sekolah sangat beragam. Sebagian mengajarkan atau memakai yang
pertama, sebagian lain yang kedua.
Beberapa ulama menjelaskan perbedaan antara basmalah dengan tasmiyyah.
Dalam Kamus Al-Mu’jamul-Wasiith disebutkan:
بَسْمَلَ بَسْمَلَةً : قال : بسم الله
الرحمن الرحيم ، أو كتبها
“Basmala basmalatan, yaitu mengucapkan bismillaahir-rahmaanir-rahiim
atau menuliskannya” [1/120].
Terdapat ‘naht’ (semacam singkatan – Abul-Jauzaa’)
dalam istilah-istilah Islamiyyah pada lisan para fuqahaa’ kita,
diantaranya adalah al-basmalah (البسملة),
yaitu perkataan bismillaahir-rahmaanir-rahiim; al-hauqalah (الحوقلة),
yaitu perkataan laa haula wa laa quwwata illaa billaah; al-hai’alah
(الحيعلة); dan al-hai’alataan (الحيعلتان),
yaitu perkataan hayya ‘alash-shalaah, hayya ‘alal-falaah dalam adzan [Mu’jamu
Lughatil-Fuqahaa’, 1/31].
Adapun
tasmiyyah, berkata Al-Azhariy dari Al-Laits:
التسمية ذكر الله تعالى على كل شيء
“Tasmiyyah
adalah penyebutan (nama) Allah ta’ala pada segala sesuatu” [Tahdziibul-Asmaa’
wal-Lughaat, 3/154].
Oleh
karena itu, Ibnu Hajar Al-Haitamiy rahimahullah menjelaskan perbedaan
antara keduanya:
الْبَسْمَلَة عِبَارَة عَنْ قَوْلك :
بِسْمِ اللَّه الرَّحْمَن الرَّحِيم بِخِلَافِ التَّسْمِيَة فَإِنَّهَا عِبَارَة
عَنْ ذِكْر اللَّه بِأَيِّ لَفْظ كَانَ
“Baslamah
adalah ungkapan dari perkataanmu : bismillaahir-rahmaanir-rahiim;
berbeda halnya dengan tasmiyyah, yaitu ungkapan dari penyebutan (nama)
Allah dengan lafadh apapun” [Al-Futuuhaat Ar-Rabbaaniyyah oleh Ibnu ‘Allaan,
1/299. Lihat juga ‘Aunul-Ma’buud 1/121].
Tasmiyyah
lebih
luas daripada basmalah yang lebih spesifik.
Terkait
dengan bahasan ini, ada beberapa hadits yang menjelaskan:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا،
أَنّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: " إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرِ اسْمَ
اللَّهِ تَعَالَى، فَإِنْ نَسِيَ أَنْ يَذْكُرَ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فِي
أَوَّلِهِ، فَلْيَقُلْ: بِسْمِ اللَّهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ "
Dari
‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhaa : Bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda : “Apabila salah diantara
kalian menyantap makanan, sebutlah nama Allah ta’ala. Apabila lupa,
menyebut nama Allah ta’ala di awalnya, hendaklah ia mengucapkan : ‘bismillaahi awwalahu wa aakhirahu (dengan menyebut nama Allah di awal dan di akhirnya)”
[Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 3767; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih
Sunan Abi Daawud 2/441-442].
Dalam
riwayat lain:
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا
فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنْ نَسِيَ فِي أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ
فِي أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ "
“Apabila
salah diantara kalian menyantap makanan, maka ucapkanlah ‘bismillah’ (dengan
menyebut nama Allah). Apabila lupa saat di awalnya, maka ucapkanlah :
bismillaahi fii awwalihi wa aakhirihi (dengan menyebut nama Allah di awal dan
di akhirnya)” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 1858].
Setelah
menyebutkan hadits ini An-Nawawiy rahimahullah berkata:
وَالتَّسْمِيَة فِي شُرْب الْمَاء
وَاللَّبَن وَالْعَسَل وَالْمَرَق وَالدَّوَاء وَسَائِر الْمَشْرُوبَات
كَالتَّسْمِيَةِ عَلَى الطَّعَام فِي كُلّ مَا ذَكَرْنَاهُ ، وَتَحْصُل
التَّسْمِيَة بِقَوْلِهِ : ( بِسْمِ اللَّه ) فَإِنْ قَالَ : بِسْمِ اللَّه
الرَّحْمَن الرَّحِيم ، كَانَ حَسَنًا
“Tasmiyyah
ketika minum air, susu, madu, kuah, obat, dan seluruh jenis minuman seperti tasmiyyah
terhadap makanan dalam semua hal yang kami sebutkan. Tasmiyyah dapat terpenuhi
dengan ucapan ‘bismillah’. Apabila mengucapkan ‘bismillaahir-rahmaanir-rahiim’,
maka itu baik” [Syarh Shahiih Muslim, 13/189].
Di
tempat lain, An-Nawawiy rahimahullah berkata:
أجمع العلماء على استحباب التسمية على
الطعام في أوله ، فإن ترك في أوله عامداً أو ناسياً أو مكرهاً أو عاجزاً لعارض آخر
ثم تمكن في أثناء أكله ، استحب أن يسمي للحديث المتقدم ويقول : باسم الله أوله
وآخره ،كما في الحديث. والتسمية في شرب الماء واللبن و العسل والمرق وسائر
المشروبات كالتسمية في جميع ما ذكرناه....... من أهم ما ينبغي أن يعرف صفة التسمية
وقدر المجزئ منها فاعلم أن الأفضل أن يقول بسم الله الرحمن الرحيم ، فإن قال بسم
الله كفاه وحصلت السنة
“Para
ulama sepakat disunnahkannya (mustahab) mengucapkan tasmiyyah
saat awal waktu makan. Apabila ia meninggalkannya di awal makan dengan
sengaja, lupa, terpaksa, atau tidak mampu karena sebab tertentu, kemudian ia
dapat melakukannya pada pertengahan makannya, maka disukai untuk ber-tasmiyyah (pada waktu itu) berdasarkan hadits sebelumnya seraya mengucapkan : bismillaahi awwalahu
wa aakhirahu (Dengan menyebut nama Allah di awal dan akhirnya),
sebagaimana disebutkan dalam hadits. Begitu juga (disukai/mustahab) mengucapkan
tasmiyyah saat minum air, susu, madu, kuah, dan seluruh jenis minuman
seperti halnya tasmiyyah dalam seluruh kondisi yang kami sebutkan…… Dan
diantara hal paling penting yang harus diketahui adalah sifat tasmiyyah
dan kadar kecukupannya. Ketahuilah, bahwa yang afdlal (dalam tasmiyyah)
adalah mengucapkan ‘bismillaahir-rahmaanir-rahiim’. Apabila hanya
mengucapkan ‘bismillah’, sudah mencukupi dan terpenuhi sunnah” [Al-Adzkaar,
hal. 197 – tahqiq : Al-Arna’uth].
Mengomentari
ini, Al-Haafidh Ibnu Hajar Al-‘Asqalaaniy rahimahullah berkata:
الْمُرَاد بِالتَّسْمِيَةِ عَلَى الطَّعَام
قَوْل بِسْمِ اللَّه فِي اِبْتِدَاء الْأَكْل ....وَأَمَّا قَوْل النَّوَوِيّ فِي
أَدَب الْأَكْل مِنْ " الْأَذْكَار " : صِفَة التَّسْمِيَة مِنْ أَهَمّ
مَا يَنْبَغِي مَعْرِفَته ، وَالْأَفْضَل أَنْ يَقُول بِسْمِ اللَّه الرَّحْمَن
الرَّحِيم ، فَإِنْ قَالَ بِسْمِ اللَّه كَفَاهُ وَحَصَلَتْ السُّنَّة . فَلَمْ
أَرَ لِمَا اِدَّعَاهُ مِنْ الْأَفْضَلِيَّة دَلِيلًا خَاصًّا ، وَأَمَّا مَا
ذَكَرَهُ الْغَزَالِيّ فِي آدَاب الْأَكْل مِنْ " الْإِحْيَاء " أَنَّهُ
لَوْ قَالَ فِي كُلّ لُقْمَة بِسْمِ اللَّه كَانَ حَسَنًا ، وَأَنَّهُ يُسْتَحَبّ
أَنْ يَقُول مَعَ الْأُولَى بِسْمِ اللَّه وَمَعَ الثَّانِيَة بِسْمِ اللَّه
الرَّحْمَن وَمَعَ الثَّالِثَة بِسْمِ اللَّه الرَّحْمَن الرَّحِيم ، فَلَمْ أَرَ
لِاسْتِحْبَابِ ذَلِكَ دَلِيلًا
“Yang
dimaksudkan dengan tasmiyyah ketika menyantap makanan adalah ucapan ‘bismillaah’
saat permulaan makan….. Adapun perkataan An-Nawawiy dalam adab makan pada kitab
Al-Adzkaar : ‘Sifat tasmiyyah merupakan hal yang paling penting untuk
diketahui. Yang afdlal adalah mengucapkan bismillaahir-rahmaanir-rahiim’.
Apabila hanya mengucapkan ‘bismillah’, sudah mencukupi dan terpenuhi sunnah’;
maka aku tidak melihat adanya dalil khusus terhadap apa yang diklaimnya sebagai
satu keutamaan (afdlaliyyah) tersebut. Adapun yang dikatakan
Al-Ghazaaliy dalam adab-adab makan pada kitab Al-Ihyaa’ : ‘Seandainya
seseorang mengucapkan pada setiap suapan ‘bismillah’, maka itu baik. Dan disukai
(mustahab) untuk mengucapkan pada suapan yang pertama ‘bismillah’, pada yang kedua ‘bismillahir-rahmaan’, dan pada yang ketiga ‘bismillaahir-rahmaanir-rahiim’; maka aku tidak melihat dalil atas
mustahabnya amalan tersebut” [Fathul-Baariy, 9/521].
Perkataan
Al-Haafidh rahimahullah di atas adalah benar, bahwa yang dimaksud dengan tasmiyyah
adalah ucapan bismillah (saja), karena itulah yang tertera di riwayat. Banyak
hadits yang menguatkannya, antara lain:
1.
Hadits ‘Umar bin Abi
Salamah radliyallaahu ‘anhumaa
عَنْ
عُمَرَ بْنِ أَبِي سَلَمَةَ، قَالَ: كُنْتُ فِي حَجْرِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ
وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ، فَقَالَ لِي: " يَا غُلَامُ سَمِّ
اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ "
Dari
‘Umar bin Abi Salamah, ia berkata : “Dulu aku pernah berada di pangkuan
Rasulullah ﷺ sedangkan tanganku berputar di atas piring
(untuk mengambil makanan). Maka beliau ﷺ bersabda kepadaku : ‘Wahai anak, sebutlah
nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu. Makan dari apa yang dekat
denganmu” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5376 & 5377, Muslim no. 2022,
At-Tirmidziy no. 1857, Abu Daawud no. 3777, Ibnu Maajah no. 3265 & 3267,
dan yang lainnya].
Rasulullah
ﷺ
memerintahkan ‘Umar bin Abi Salamah untuk ber-tasmiyyah sebelum makan.
Dalam riwayat lain Abu ‘Awaanah dalam Al-Musnad 5/165 no. 8256 serta
Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kabiir 9/14 no. 8304 dan dalam Ad-Du’aa hal.
1212 no. 886 dengan lafadh:
يَا
غُلامُ، إِذَا أَكَلْتَ، فَقُلْ: بِسْمِ اللَّهِ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ، وَكُلْ
مِمَّا يَلِيكَ
“Wahai
anak, apabila engkau makan, ucapkanlah : ‘bismillah’. Makanlah dengan
tangan kananmu, dan makan dari apa yang dengan denganmu”.
Maksud
perintah tasmiyyah di sini adalah membaca ‘bismillah’.
2.
Hadits Hudzaifah bin
Yamaan radliyallaahu ‘anhu
Rasulullah
ﷺ
bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ
يَسْتَحِلُّ الطَّعَامَ أَنْ لَا يُذْكَرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ،
وَإِنَّهُ جَاءَ بِهَذِهِ الْجَارِيَةِ لِيَسْتَحِلَّ بِهَا، فَأَخَذْتُ
بِيَدِهَا، فَجَاءَ بِهَذَا الْأَعْرَابِيِّ لِيَسْتَحِلَّ بِهِ، فَأَخَذْتُ
بِيَدِهِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ يَدَهُ فِي يَدِي مَعَ يَدِهَا
“Sesungguhnya
setan mendapatkan bagian makanan yang tidak disebutkan nama Allah padanya.
Dan sesungguhnya ia (setan) datang bersama budak perempuan ini untuk
mendapatkannya, lalu aku memegang tangannya. Ia juga datang bersama orang badui
ini untuk mendapatkannya, lalu aku memegang tangannya. Demi Dzat Yang jiwaku
berada di tangan-Nya, sesungguhnya tangan setan itu berada di tanganku bersama
dengan tangannya (budak perempuan dan orang badui)” [Diriwayatkan oleh Muslim
no. 2017, Abu Daawud no. 3766, dan Ahmad 5/382].
Dalam
riwayat lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ
الشَّيْطَانَ لَمَّا أَعْيَيْتُمُوهُ، جَاءَ بالْأَعْرَابيِّ وَالْجَارِيَةِ
يَسْتَحِلُّ الطَّعَامَ إِذَا لَمْ يُذْكَرْ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ، بسْمِ
اللَّهِ، كُلُوا
“Sesungguhnya
setan ketika kalian telah membuatnya lelah, maka ia datang bersama dengan orang
Badui dan budak perempuan untuk mendapatkan makanan apabila tidak disebutkan
nama Allah padanya. Bismillah, makanlah” [Diriwayatkan oleh Ahmad
5/397; shahih].
Tasmiyyah
yang
menyebabkan setan terhalang ikut makan makanan adalah ucapan bismillah
ketika seseorang hendak makan.
3.
Hadits Waatsilah bin
Al-Asqa’ Al-Laitsiy radliyallaahu ‘anhu
عَنْ
وَاثِلَةَ بْنِ الْأَسْقَعِ اللَّيْثِيِّ، قَالَ: أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ
بِرَأْسِ الثَّرِيدِ، فَقَالَ: " كُلُوا بِسْمِ اللَّهِ مِنْ حَوَالَيْهَا،
وَاعْفُوا رَأْسَهَا فَإِنَّ الْبَرَكَةَ تَأْتِيهَا مِنْ فَوْقِهَا
Dari
Waatsilah bin Al-Asqa’ Al-Laitsiy, ia berkata : “Rasulullah ﷺ mengambil bagian atas bubur sambil
bersabda : ‘Makanlah dengan menyebut nama Allah (bismillah) dari
sampingnya dan hindarilah (mulai dari) bagian atasnya (tengahnya), sesungguhnya
barakah datang dari bagian atasnya” [Diriwayatkan oleh Ibnu Maajah no.
3276; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Silsilah Ash-Shahiihah 5/48 no.
2030].
Dalam
riwayat lain, Rasulullah ﷺ bersabda :
اجْلِسُوا
اذْكُرُوا اللَّهَ، وَكُلُوا مِنْ أَسْفَلِهَا وَلا تَأْكُلُوا مِنْ أَعْلاهَا،
فَإِنَّ الْبَرَكَةَ تَنْزِلُ عَلَيْهَا مِنْ أَعْلاهَا
“Duduklah
dan sebutlah (nama) Allah. Makanlah dari bagian bawahnya dan jangan
makan dari bagian atasnya, karena barakah turun padanya dari bagian atasnya”
[Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Syu’abul-Iimaan 8/78-79 no. 5521].
Dzikir
(tasmiyyah) sebelum makan dalam hadits ini adalah ucapan bismillah.
4.
Hadits ‘Abdurrahmaan
bin Abi Bakr radliyallaahu ‘anhumaa
Yaitu tentang hadits
sumpah (yang panjang):
قَالَ:
فَجِيء بِالطَّعَامِ فَسَمَّى فَأَكَلَ وَأَكَلُوا، قَالَ: فَلَمَّا أَصْبَحَ
غَدَا عَلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، بَرُّوا وَحَنِثْتُ،
قَالَ: فَأَخْبَرَهُ، فَقَالَ: " بَلْ أَنْتَ أَبَرُّهُمْ وَأَخْيَرُهُمْ
"، قَالَ: وَلَمْ تَبْلُغْنِي كَفَّارَةٌ
“….’Abdurrahmaan bin
Abi Bakr berkata : “Makanan pun datang. Abu Bakr ber-tasmiyyah,
lalu makan, dan mereka (para sahabat yang bertamu) pun makan. Di pagi harinya,
Abu Bakr menemui Nabi ﷺ, lalu berkata : ‘Wahai Rasulullah, mereka
(para tamu) telah berbuat kebaikan sedangkan aku melanggar sumpahku’. Kemudian
Abu Bakr menceritakan kepada beliau (apa yang terjadi). Maka beliau ﷺ bersabda : ‘Bahkan engkau adalah orang
yang paling baik dan paling utama dari mereka”. ‘Abdurrahmaan berkata :
“Tidak sampai kabar kepadaku adanya kaffarah (dalam sumpah Abu Bakr
tersebut)” [Diriwayatkan oleh Muslim 2057].
Dalam riwayat lain
disebutkan dengan lafadh:
هَاتِ
طَعَامَكَ فَجَاءَهُ فَوَضَعَ يَدَهُ، فَقَالَ: بِاسْمِ اللَّهِ الْأُولَى
لِلشَّيْطَانِ فَأَكَلَ وَأَكَلُوا "
…..(Abu Bakr berkata
: ) “Berikan makananmu kepadaku”. Lalu diberikanlah makanan tadi kepada Abu
Bakr, kemudian ia meletakkan di tangannya dan berkata : "Dengan menyebut nama Allah (bismillah),
yang pertama untuk setan[1]."
Lalu Abu Bakr memakannya dan mereka pun ikut makan” [Diriwayatkan oleh
Al-Bukhaariy no. 6140. Diriwayatkan juga oleh Abu ‘Awaanah no. 8401 dan
Al-Harbiy dalam Ikraamudl-Dlaif no. 88 dengan lafadh semisal].
Maksud tasmiyyah
sebelum memasukkan suapan pertama dari Abu Bakr radliyallaahu
‘anhu adalah ucapan bismillah. Inilah yang dipahami dari sisi
pembawa kisah, yaitu ‘Abdurrahmaan bin Abi Bakr radliyallaahu ‘anhumaa.
Dan
memang inilah yang dilakukan oleh Nabi ﷺ ketika beliau ﷺ menyantap makanan (bukan hanya sunnah qauliyyah
dan taqriiriyyah saja):
عَنْ رَجُلٌ خَدَمَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ
ثَمَانِ سِنِينَ أَوْ تِسْعَ سِنِينَ، أَنَّهُ سَمِعَ النَّبيَّ ﷺ إِذَا قُرِّب
لَهُ طَعَامٌ يَقُولُ: " بسْمِ اللَّهِ "، فَإِذَا فَرَغَ مِنْ
طَعَامِهِ، قَالَ: " اللهم أَطْعَمْتَ وَأَسْقَيْتَ، وَأَغْنَيْتَ
وَأَقْنَيْتَ، وَهَدَيْتَ وَاجْتَبيْتَ، فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا أَعْطَيْتَ "
Dari
seorang laki-laki yang pernah melayani Rasulullah ﷺ selama delapan atau sembilan tahun,
bahwasannya ia mendengar Nabi ﷺ apabila disuguhkan kepada beliau makanan
(untuk dimakan), beliau mengucapkan ‘bismillah’. Apabila selesai
menyantap makanan, beliau mengucapkan ‘allaahumma ath’amta wa asqaita wa
aghnaita wa aqnaita wa hadaita wa-jtabaita, falakal-hamdu ‘alaa maa a’thaita (Ya
Allah, Engkau telah memberi makan, memberi minum, memberi kecukupan, memberi keridlaan,
memberi petunjuk, dan memberi pilihan (terbaik). Bagi-Mu segala puji atas apa
yang telah Engkau berikan” [Diriwayatkan oleh Ahmad 4/62 & 4/337 dan
An-Nasaa’iy dalam Al-Kubraa no. 6871; shahih].
Ibnul-Hajj
Al-Maalikiy rahimahullah berkata:
وكذلك لا يقول بسم الله الرحمن الرحيم لأنه
لم يرد ذلك وإنما ورد بسم الله وإن كان ذلك حسنا.
وكذلك ينبغي أن لا يفعل ما قاله بعضهم أنه
يقول في أول لقمة بسم الله وفي الثانية بسم الله الرحمن وفي الثالثة بسم الله
الرحمن الرحيم ، ثم يسمي بعد ذلك في كل لقمة
“Dan
begitu juga tidak mengucapkan ‘bismillaahir-rahmaanir-rahiim, karena hal
itu tidak ada dalilnya - yang ada dalam dalilnya hanyalah bismillah
– meskipun hal tersebut baik.
Begitu
juga selayaknya tidak melakukan apa yang diucapkan sebagian orang saat menyantap
suapan pertama ‘bismillah, suapan kedua mengucapkan ‘bismillaahir-rahmaan’,
dan suapan ketiga mengucapkan ‘bismillaahir-rahmaanir-rahiim’, kemudian
mengucapkan tasmiyyah setelah itu untuk setiap suapan yang dimakan” [Al-Madkhal, 1/329 – lihat juga Syarh
An-Nashiihah Al-Kaafiyah, 2/345].
Allah
ta’ala berfirman:
فَكُلُوا مِمَّا أَمْسَكْنَ عَلَيْكُمْ
وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ
“Maka
makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas
binatang buas itu (waktu melepasnya)” [QS. Al-Maaidah : 4].
As-Suyuuthiy
rahimahullah menukil perkataan Ibnu ‘Abbaas radliyallaahu ‘anhumaa saat
menjelaskan ayat di atas:
إذا أرسلت جوارحك فقل بسم الله ، وإن نسيت
فلا حرج
“Apabila
engkau melepas hewan pemburu peliharaanmu, maka ucapkanlah ‘bismillah’.
Apabila engkau lupa, maka tidak berdosa” [Ad-Durrul-Mantsuur, 5/194].
Disebutkan
juga oleh Ibnu Katsiir rahimahullah, kemudian ia menambahkan:
وقال بعض الناس: المراد بهذه الآية الأمر
بالتسمية عند الأكل كما ثبت في الصحيح: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم عَلَّم
رَبِيبه عمر بن أبي سلمة فقال: "سَمّ الله، وكُل بيمينك، وكل مما يليك".
وفي صحيح البخاري: عن عائشة أنهم قالوا: يا رسول الله، إن قوما يأتوننا -حديث
عهدهم بكفر-بلُحْمانٍ لا ندري أذكر اسم الله عليها أم لا؟ فقال: "سَمّوا الله
أنتم وكلوا."
“Dan
sebagian orang mengatakan : Yang dimaksud dengan ayat ini adalah perintah tasmiyyah
ketika hendak makan sebagaimana ditetapkan dalam Ash-Shahiih :
Bahwasannya Rasulullah ﷺ menganjarkan anak tiri beliau,
‘Umar bin Abi Salamah, dengan sabdanya : ‘Sebutlah nama Allah dan makanlah
dengan tangan kanan. Makanlah dari apa yang dengan denganmu’. Dan dalam Shahiih
Al-Bukhaariy dari ‘Aaisyah, bahwasannya para sahabat berkata : ‘Wahai
Rasulullah, sesungguhnya ada satu kaum mendatangi kami – yang mereka belum lama
meninggalkan kekufuran (baru masuk Islam) – dengan membawa daging yang kami
tidak mengetahui apakah disembelih dengan menyebut nama Allah ataukah tidak.
Maka beliau ﷺ
bersabda : ‘Sebutlah nama Allah, lalu makanlah” [Tafsiir Ibni Katsiir,
3/37].
Telah
berlalu penjelasan maksud tasmiyyah dalam riwayat hadits yang disebutkan
Ibnu Katsiir rahimahullah (yaitu membaca bismillah).
Namun
sebagian ulama menyamakannya antara basmalah dan tasmiyyah,
sebagaimana disebutkan dalam Lisaanul-‘Arab :
بَسْمَلَ إِذا قَالَ: بِسْمِ اللَّهِ،
وَحَوْقَلَ إِذا قَالَ: لَا حَوْلَ وَلَا قوَّة إِلا بِاللَّهِ، وَحَمْدَلَ إِذا
قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ
“Basmala
adalah apabila mengucapkan bismillah; hauqala adalah apabila
mengucapkan laa haula wa laa quwwata illaa billaah; dan hamdala
adalah apabila mengucapkan alhamdulillah…” [2/402].
Jika dikatakan basmalah adalah ucapan bismillaahir-rahmaanir-rahiim,
maka tasmiyyah pun sama. Baik tasmiyyah maupun basmalah dapat
mempunyai arti ucapan bismillah atau bismillaahir-rahmaanir-rahiim. Oleh
karena itu, perintah atau penyebutan tasmiyyah dalam hadits maknanya
mencakup basmalah sebagaimana dikatakan An-Nawawiy rahimahullah di
awal. Syaikhul-Islaam Ibnu Taimiyyah rahimahullah termasuk yang
menguatkan pendapat ini:
إذا قال عند الأكل بسم الله الرحمن الرحيم
كان حسنا فإنه أكمل
“Apabila
seseorang mengucapkan ketika hendak makan ‘bismillaahir-rahmaanir-rahiim’,
maka itu baik karena lebih sempurna” [Al-Fataawaa Al-Kubraa, 5/477].
Namun
demikian, berat rasanya jika dikatakan apa yang tertera di selain hadits Nabi ﷺ lebih baik dan lebih sempurna daripada
yang bersumber dari beliau ﷺ. Nabi ﷺ telah mencontohkan lafadh tasmiyyah dalam
banyak aktivitas beliau ﷺ seperti ketika hendak makan,
menyembelih[2],
masuk jamban/toilet/WC[3],
berjimak[4],
meruqyah orang sakit[5],
meruqyah diri sendiri[6],
memasukkan mayit ke kubur/liang lahad[7],
keluar rumah[8], kendaraan/tunggangannya
tergelincir[9], melepas
pasukan[10],
dan yang lainnya hanya dengan ucapan bismillah.
Allah
ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا
تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ
سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” [QS.
Al-Hujuraat : 1].
Nabi
ﷺ pernah bersabda:
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ
اللَّهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ ﷺ
“Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah
Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad ﷺ” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 867].
Ini saja sedikit ringkasan yang dapat
dituliskan, semoga ada manfaatnya.
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
[abul-jauzaa’ – ciper – 28 Ramadlaan 1439 H].
[1] Yaitu : suapan pertama untuk pelangaran
sumpah yang diucapkan Abu Bakr, karena sebelumnya ia bersumpah tidak akan memakannya
(karena marah). Sehingga maksudnya : aku halalkan dengannya sumpahku, aku
langgar sumpahku, dan aku ridla kepada para tamuku untuk menolak/mengecam setan
yang menjadi sebab kemarahanku dan sumpahku [Masyaariqul-Anwaar, 1/97].
[2] Tasmiyyah dalam penyembelihan
dijelaskan dalam hadits Anas radliyallaahu ‘anhu:
عَنْ
أَنَسٍ، قَالَ: ضَحَّى رَسُولُ اللَّهِ ﷺ بِكَبْشَيْنِ أَقْرَنَيْنِ، وَوَضَعَ
قَدَمَيْهِ عَلَى صِفَاحِهِمَا، وَقَالَ: " بِسْمِ اللَّهِ، وَاللَّهُ
أَكْبَرُ اللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ
Dari
Anas, ia berkata : “Rasulullah ﷺ menyembelih dua ekor domba yang bertanduk. Beliau ﷺ meletakkan kedua kakinya di lambung kedua domba tersebut seraya
mengucapkan : ‘Bismillah wallaahu akbar. Allaahumma minka wa laka (Dengan
menyebut nama Allah dan Allah Maha Besar. Ya Allah, ini dari-Mu dan hanya
untuk-Mu” [Diriwayatkan oleh Abu ‘Awaanah dalam Musnad-nya no. 7798,
Al-Bazzaar dalam Al-Bahr no. 7074, dan Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa 9/285
no. 19174; shahih].
Al-Baihaqiy
memasukkannya dalam Bab : At-Tasmiyyah ‘aladz-Dzabiihah.
[3] Tasmiyyah-nya dijelaskan dalam hadits
‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu:
عَنْ
عَلِيٍّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: " سِتْرُ مَا بَيْنَ الْجِنِّ
وَعَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ إِذَا دَخَلَ الْكَنِيفَ، أَنْ يَقُولَ: بِسْمِ اللَّهِ
Dari
‘Aliy, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah ﷺ : “Tirai penghalang antara pandangan mata jin dan auratnya
manusia apabila ia masuk ke toilet/kamar kecil adalah ucapannya bismillah”
[Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 606, Ibnu Maajah no. 297, dan Al-Bazzaar
dalam Al-Bahr no. 484; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih
Sunan At-Tirmidziy 1/332-333].
[4] Tasmiyyah-nya dijelaskan dalam hadits
Ibnu ‘Abbaas radliyallaahu ‘anhumaa:
عَنْ
ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: " أَمَا
إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَتَى أَهْلَهُ، وَقَالَ: بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ
جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبْ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا فَرُزِقَا
وَلَدًا لَمْ يَضُرَّهُ الشَّيْطَانُ "
Dari
Ibnu ‘Abbaas radliyallaahu ‘anhumaa, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda : “Adapun jika salah seorang diantara
kalian mendatangi istrinya dengan mengucapkan ‘bismillah, allaahumma
jannibnasy-syaithaana wa jannibisy-syaithaana maa razaqtanaa (dengan menyebut
nama Allah, ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah pula dari anak
yang kelak Engkau karuniakan kepada kami), lalu bila keduanya dikaruniai anak (dari
hubungan tersebut), maka setan tidak akan dapat mencelakakan anak itu”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3271 & 5165 & 6388 & 7396 dan
Muslim no. 1434].
[5] Tasmiyyah-nya dijelaskan dalam hadits
‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhaa:
عَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ يَقُولُ لِلْمَرِيضِ:
بِسْمِ اللَّهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيقَةِ بَعْضِنَا يُشْفَى سَقِيمُنَا
بِإِذْنِ رَبِّنَا
Dari
‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhaa : Bahwasannya Nabi ﷺ mengucapkan (doa) kepada orang yang sakit : ‘Bismillahi,
turbatu ardlinaa bi-riiqati ba’dlinaa yusyfaa saqiiminaa bi-idzni rabbinaa
(dengan menyebut nama Allah, (debu) tanah bumi ini dengan air ludah sebagian di
antara kami semoga dapat menyembuhkan penyakit di antara kami dengan seizin
Rabb kami)” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5745 dan Muslim no. 2194].
[6] Tasmiyyah-nya dijelaskan dalam hadits
Anas bin Maalik radliyallaahu ‘anhu:
عَنْ
مُحَمَّدِ بْنِ سَالِمٍ، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ الْبُنَانِيُّ، قَالَ: قَالَ لِي: يَا
مُحَمَّدُ إِذَا اشْتَكَيْتَ فَضَعْ يَدَكَ حَيْثُ تَشْتَكِي، وَقُلْ: بِسْمِ
اللَّهِ، أَعُوذُ بِعِزَّةِ اللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ مِنْ
وَجَعِي هَذَا، ثُمَّ ارْفَعْ يَدَكَ ثُمَّ أَعِدْ ذَلِكَ وِتْرًا، فَإِنَّ أَنَسَ
بْنَ مَالِكٍ حَدَّثَنِي، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ حَدَّثَهُ بِذَلِكَ
Dari
Muhammad bin Saalim : Telah menceritakan kepada kami Tsaabit Al-Bunaaniy, ia
berkata kepadaku : “Wahai Muhammad, apabila engkau sakit, maka letakkan tangnmu
pada anggota badanmu yang sakit, lalu ucapkanlah : ‘Bismillah, a’uudzu
bi-‘izzatillahi wa qudratihi min syarri maa ajidu min waja’ii hadzaa (dengan menyebut
nama Allah, aku berlindung dengan kemuliaan Allah dan kekuasaan-Nya dari sakit
yang aku derita ini)’. Kemudian angkat tanganmu lalu ulangilah hal itu
secara witir (ganjil). Hal itu dikarenakan Anas bin Maalik pernah menceritakan
kepadaku bahwa Rasulullah ﷺ pernah
mengatakan hal itu kepadanya” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3588 dan
hasankan oleh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy 3/472].
[7] Tasmiyyah-nya dijelaskan dalam hadits
Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa:
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ: أَنّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ إِذَا وَضَعَ الْمَيِّتَ فِي الْقَبْرِ،
قَالَ: بِسْمِ اللَّهِ، وَعَلَى سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ
Dari
Ibnu ‘Umar : Bahwasannya Nabi ﷺ
apabila meletakkan mayit dalam kubur mengucapkan : “Bismillah, wa ‘alaa
sunnati Rasuulillah ﷺ
(dengan menyebut nama Allah dan di atas sunnah Rasulullah ﷺ)” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 1046,
Abu Daawud no. 3213, dan Ibnu Maajah no. 1550; dishahihkan oleh Al-Albaaniy
dalam Shahiih Sunan Abi Daawud 2/303].
[8] Tasmiyyah-nya dijelaskan dalam hadits
Anas bin Maalik radliyallaahu ‘anhu:
عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: " مَنْ قَالَ يَعْنِي
إِذَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ: بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لَا حَوْلَ
وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، يُقَالُ لَهُ كُفِيتَ وَوُقِيتَ وَتَنَحَّى
عَنْهُ الشَّيْطَانُ
Dari
Anas bin Maalik, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah ﷺ : “Barangsiapa yang mengucapkan keltika keluar dari rumahnya
‘bismillaahi tawakkaltu ‘alallaahi laa haula wa laa quwwata illaa billaah
(dengan menyebut nama Allah, aku bertawakal kepada Allah, tidak ada daya upaya
dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah semata), maka akan dikatakan
kepadanya : ‘Engkau telah diberikan kecukupan dan perlindungan, serta setan
akan menjauh darimu” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3426, Abu Daawud
no. 5095, dan Ibnu Hibbaan no. 822; At-Tirmidziy berkata : ‘Ini adalah hadits
hasan shahih ghariib’].
[9] Tasmiyyah-nya dijelaskan dalam hadits
salah seorang shahabat Nabi radliyallaahu ‘anhu (mubham):
عَنْ
رَجُلٍ، قَالَ: " كُنْتُ رَدِيفَ النَّبِيِّ ﷺ فَعَثَرَتْ دَابَّةٌ،
فَقُلْتُ: تَعِسَ الشَّيْطَانُ، فَقَالَ: لَا تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ،
فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ تَعَاظَمَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الْبَيْتِ،
وَيَقُولُ: بِقُوَّتِي، وَلَكِنْ قُلْ: بِسْمِ اللَّهِ، فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ
تَصَاغَرَ حَتَّى يَكُونَ مِثْلَ الذُّباب "
Dari
seorang laki-laki (shahabat Nabi ﷺ), ia berkata : “Aku pernah membonceng di belakang Nabi ﷺ, lalu tiba-tiba hewan tunggangan beliau tergelincir. Aku
berkata : 'Celakalah setan’. Maka beliau
ﷺ bersabda
: ‘Jangan katakan : ‘Celakalah setan’. Jika engkau mengatakan demikian, maka
setan akan membesar hingga eperti rumah seraya berkata : 'Demi kekuatanku'.
Akan tetapi ucapkanlah : ‘Bismillah (dengan menyebut nama Allah). Jika engkau
mengucapkannya, maka setan akan semakin kecil hingga seperti lalat”
[Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 4982, An-Nasaa’iy dalam Al-Kubraa no.
10308, dan Ahmad 5/59 & 5/79 & 5/365; dishahihkan oleh Al-Albaaniy
dalam Shahiih Sunan Abi Daawud 3/224].
[10] Tasmiyyah-nya dijelaskan dalam hadits
Ibnu ‘Abbaas radliyallaahu ‘anhumaa:
عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِذَا بَعَثَ جُيُوشَهُ، قَالَ:
" اخْرُجُوا بِسْمِ اللَّهِ تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، مَنْ كَفَرَ
بِاللَّهِ، لَا تَغْدِرُوا، وَلَا تَغُلُّوا، وَلَا تُمَثِّلُوا، وَلَا تَقْتُلُوا
الْوِلْدَانَ، وَلَا أَصْحَابَ الصَّوَامِعِ
Dari
Ibnu ‘Abbaas, ia berkata : “Rasulullah ﷺ apabila mengutus pasukannya, beliau bersabda : ‘Berangkatlah
dengan menyebut nama Allah (bismillah), berperanglah di jalan Allah melawan
orang-orang yang kufur kepada Allah, jangan berkhianat, jangan melampaui batas,
jangan mencincang, serta jangan membunuh anak-anak serta penghuni-penghuni
gereja (orang-orang yang sedang beribadah” [Diriwayatkan oleh Ahmad 1/300,
Al-Bazzaar dalam Al-Bahr no. 4806, dan Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa 9/90
no. 18154; dihasankan oleh Al-Arna’uth].
Comments
ustadz -barokallaahufiik-, 1).apakah tasmiyah ketika hendak makan itu di setiap suapan atau cukup di awal saja? 2) Apakah pengajaran nabi -shallaahu'alaihiwasallam- untuk menyebut nama Allah sebelm makan dengan lafdz 'sammillaah' atau udzkurillah hanya dibawa kepada ucapan 'bismillaah' saja ? karena ada orang yang memahaminya umum dengan menyebut nama Allaah apa saja dari nama - nama Allah seperti dengan mengucapkan Allahumma, Arrahman, arrahiim atau nama Allaah yang lainnya -syukron.
1. Di awal saja
2. Yang dilakukan Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam dalam tasmiyyah adalah ucapan bismillah. Satu riwayat menafsirkan riwayat lainnya. Contoh sudah dibawakan dalam artikel.
Assalamualaikum
Ustadz di atas ada penjelasan tentang d jangan makan dari bagian atas,jadi kalo makan itu harus dimulai dari pinggir jangan dari atas?
Posting Komentar