Pertanyaan
:
Apa maksud jarak pembacaan 50 ayat terkait permasalahan selesainya sahur ?.
Apakah ia jarak antara selesai makan sahur dengan adzan ataukah bagaimana ?.
Dapatkan ia dijadikan dalil sebagai pensyari’atan waktu imsak ?.
Jawab
:
Alhamdulillah, wash-shalaatu was-salaamu ‘alaa Rasuulillah wa ‘alaa aalihi
wa shahbihi wa man waalaah, wa ba’d:
Hadits
yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:
عَنْ أَنَسٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ، قُلْتُ: كَمْ كَانَ بَيْنَ
الْأَذَانِ وَالسَّحُورِ؟ قَالَ: قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً
Dari
Anas, dari Zaid bin Tsabit radliyallaahu ‘anhuma ia berkata : ”Kami
pernah makan sahur bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
kemudian kami berdiri untuk shalat. Maka aku (Anas) berkata : “Berapa lama
jarak antara adzan dan makan sahur?”. Ia (Zaid) menjawab : “Kira-kira bacaan
lima puluh ayat dari Al-Qur’an” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1921 dan
Muslim no. 1097].
Bacaan
50 ayat tersebut adalah bacaan yang pertengahan, tidak terlalu cepat dan tidak
terlalu lambat.
Dalam
riwayat lain:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ نَبِيَّ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَزَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ تَسَحَّرَا،
فَلَمَّا فَرَغَا مِنْ سَحُورِهِمَا قَامَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِلَى الصَّلَاةِ فَصَلَّى، قُلْنَا لِأَنَسٍ: كَمْ كَانَ بَيْنَ
فَرَاغِهِمَا مِنْ سَحُورِهِمَا وَدُخُولِهِمَا فِي الصَّلَاةِ؟ قَالَ: قَدْرُ مَا
يَقْرَأُ الرَّجُلُ خَمْسِينَ آيَةً
Dari
Anas bin Maalik : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan
Zaid bin Tsaabit pernah makan sahur. Ketika mereka berdua selesai dari makan
sahurnya, lalu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berdiri untuk
melakukan shalat, lalu beliau pun shalat. Kami (perawi) berkata kepada Anas :
“Berapa jarak antara selesainya mereka berdua makan sahur dengan masuknya
mereka berdua ke dalam shalat?” Anas radliyallaahu ‘anhu menjawab :
“Kira-kira waktu seseorang membaca Al-Qur`an sebanyak lima puluh ayat”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 576 & 1134].
Dalam
riwayat lain:
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ:
تَسَحَّرَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَزَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ، ثُمَّ قَامَا فَدَخَلَا فِي
صَلَاةِ الصُّبْحِ، فَقُلْنَا لِأَنَسٍ: كَمْ كَانَ بَيْنَ فَرَاغِهِمَا،
وَدُخُولِهِمَا فِي الصَّلَاةِ؟ قَالَ: قَدْرُ مَا يَقْرَأُ الْإِنْسَانُ
خَمْسِينَ آيَةً
Dari
Anas radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : “Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam dan Zaid bin Tsaabit pernah makan sahur. Kemudian mereka
berdua berdiri dan melaksanakan Shalat Shubuh. Kami bertanya kepada Anas : ‘Berapa
lama jarak antara mereka berdua selesai makan sahur dan masuk ke shalat Shubuh’.
Ia (Anas) menjawab : “Kira-kira waktu seseorang membaca Al-Qur’an sebanyak lima
puluh ayat” [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy no. 2157; shahih].
Dalam
riwayat lain:
عَنْ أَنَسٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ،
قَالَ: تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَخَرَجْنَا إِلَى الْمَسْجِدِ، فَأُقِيمَتْ الصَّلَاةُ، قُلْتُ: كَمْ كَانَ
بَيْنَهُمَا؟ قَالَ: " قَدْرُ مَا يَقْرَأُ الرَّجُلُ خَمْسِينَ آيَةً"
Dari
Anas, dari Zaid bin Tsaabit, ia berkata : “Kami pernah makan sahur bersama
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Lalu kami keluar menuju
masjid, kemudian dikumandangkanlah iqamat. Aku (Anas) berkata : “Berapa
lama jarak antara keduanya?”. Ia (Zaid) menjawab : “Kira-kira waktu seseorang
membaca Al-Qur’an sebanyak lima puluh ayat” [Diriwayatkan oleh Ahmad 5/182;
shahih].
Dalam
riwayat lain:
عَنْ أَنَسٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ،
قَالَ: تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ ثُمَّ خَرَجْنَا إِلَى الصَّلاةِ،
قُلْتُ: كَمْ كَانَ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ وَالسَّحُورِ؟ قَالَ: "
قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً "
Dari
Anas, dari Zaid bin Tsaabit, ia berkata : “Kami pernah makan sahur bersama
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, kemudian kami keluar menuju shalat
(Shubuh)”. Aku (Anas) berkata : “Berapa lama jarak antara adzan, iqamat, dan
sahur ?”. Ia (Zaid) menjawab : “Kira-kira sekitar lima puluh ayat”
[Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kabiir, 5/116-117 no. 4792;
shahih].
Riwayat-riwayat
di atas menunjukkan bahwa yang dimaksudkan dengan bacaan 50 ayat adalah waktu
antara selesai makan sahur dengan dikumandangkannya iqamat, bukan
dikumandangkannya adzan. Dalam hal ini, iqamat disebut juga dengan adzan,
sebagaimana sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلَاةٌ ثَلَاثًا
لِمَنْ شَاءَ
“Diantara
dua adzan[1] ada
shalat – beliau mengatakannya tiga kali – bagi siapa saja yang ingin
melakukannya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 624].
Adapun
waktu antara adzan dan iqamat sendiri secara umum adalah seukuran waktu
mengumpulkan orang-orang datang untuk shalat berjama’ah[2]
dan kemudian melakukan ibadah-ibadah sunnah ringan sebelum shalat wajib[3]
seperti shalat sunnah (shalat tahiyyatul-masjid[4]
dan/atau shalat sunnah rawatib) dan berdoa[5].
Oleh
karena itu, dapat dipahami waktu selesai makan sahur dengan waktu adzan Shubuh
adalah berturutan. Sangat sesuai dengan hadits ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhaa:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا:
" أَنَّ بِلَالًا كَانَ يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
كُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُؤَذِّنَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ، فَإِنَّهُ لَا
يُؤَذِّنُ حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ "
Dari
‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhaa : Bahwasannya Bilaal mengumandangkan adzan
di waktu malam. Maka Rasulullah ﷺ bersabda : “Makan dan minumlah sampai
Ibnu Ummi Maktuum mengumandangkan adzan, karena ia tidak adzan sampai fajar (shaadiq)
telah terbit” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1919].
Tidak
ada jeda imsak untuk berhenti makan minum 10-20 menit sebelum adzan Shubuh
dikumandangkan seperti kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Mereka katakan,
setelah tiba waktu imsak, makruh hukumnya makan dan minum. Perkataan ini jelas
tidak benar, karena waktu 10 menit sebelum fajar masih termasuk waktu-waktu
utama untuk mengakhirkan makan sahur.
Dalam
riwayat Anas di atas dapat diketahui bahwa ketika Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam mengakhirkan makan sahur dan beranjak pergi ke masjid, maka tidak
lama kemudian shalat pun ditegakkan (dikumandangkan iqamah). Begitu juga
kebiasaan sebagian salaf yang mengakhirkan makan sahur. Bahkan kadang ketika
telah selesai makan sahur dan tiba di masjid, adzan atau iqamat telah
dikumandangkan.
عَنْ أَبِيْ الطُّفَيْلِ أَنَّهُ تَسَحَّرَ
فِي أَهْلِهِ فِي الْجَبَّانَةِ، ثُمَّ جَاءَ إلَى حُذَيْفَةَ وَهُوَ فِي دَارِ
الْحَارِثِ بْنِ أَبِي رَبِيعَةَ، فَوَجَدَهُ: فَحَلَبَ لَهُ نَاقَةً فَنَاوَلَهُ،
فقَالَ: إنِّي أُرِيدُ الصَّوْمَ، فقَالَ: وَأَنَا أُرِيدُ الصَّوْمَ فَشَرِبَ
حُذَيْفَةُ وَأَخَذَ بِيَدِهِ فَدَفَعَ إلَى الْمَسْجِدِ حِينَ أُقِيمَتِ
الصَّلَاةُ
Dari
Abuth-Thufail : Bahwasannya ia pernah sahur bersama keluarganya di
Al-Jabbaanah. Kemudian ia mendatangi Hudzaifah yang waktu itu berada di rumah
Al-Haarits bin Rabii’ah. Ia pun mendapatinya, lalu diperaskan untuknya susu onta
betina, dan diberikan kepadanya. Abuth-Thufail berkata : “Sesungguhnya aku
berniat akan berpuasa”. Hudzaifah berkata : “Aku pun berniat akan berpuasa”.
Kemudian Hudzaifah meminumnya dan ia (Abuth-Thufail) mengambilnya dengan
tangannya (ikut minum). Lalu mereka pun berjalan menuju masjid ketika shalat
telah ditegakkan” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 3/10 no. 9028; sanadnya
hasan].
عَنْ عَامِرِ بْنِ مَطَرٍ، قَالَ: أَتَيْتُ
عَبْدَ اللَّهِ فِي دَارِهِ فَأَخْرَجَ لَنَا فَضْلَ سُحُورِهِ فَتَسَحَّرْنَا مَعَهُ
فَأُقِيمَتِ الصَّلَاةُ فَخَرَجْنَا فَصَلَّيْنَا مَعَهُ
Dari
‘Aamir bin Mathar, ia berkata : “Aku mendatangi ‘Abdullah (bin Mas’uud) di
rumahnya, lalu ia menyuguhi kami kelebihan makan sahurnya, lalu kami pun sahur
bersamanya. Setelah itu shalat diiqamati, maka kami pun keluar dan shalat
bersamanya” [Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah, 3/10 no. 9024; sanadnya hasan].
Ini
menunjukkan salaf tidak mengenal waktu ‘imsak’ ala Indonesia.
Kesimpulannya,
maksud kadar waktu pembacaan 50 ayat adalah kadar antara selesainya makan sahur
dengan iqamat; dan tidak ada dalil dalam hadits ini pensyari’atan waktu imsak
seperti dipraktekkan masyarakat umum.
Wallaahu
a’lam, semoga dapat menjawab apa yang ditanyakan.
[abul-jauzaa’
– perumahan ciomas permai – 2 Ramadlan 1436/18062015 – 23:33].
Silakan
baca artikel terkait:
[1] Maksudnya, antara adzan dan iqamat.
[2] An-Nawawiy rahimahullah berkata:
فاتفق
اصحابنا علي استحباب هذه القعدة قدر ما تجتمع الجماعة الا في صلاة المغرب فانه لا
يؤخرها لضيق وقتها
“Para
shahabat kami (dari kalangan ulama Syaafi’iyyah) telah sepakat tentang
disunnahkannya mengadakan jarak waktu (antara adzan dan iqamat) ini seukuran
masa bagi berkumpulnya orang-orang yang hendak berjama’ah shalat. Kecuali untuk
shalat maghrib, maka tidak boleh menundanya (sampai orang-orang berkumpul
semua) karena waktunya yang sempit” [Al-Majmuu’, 3/121].
[3] Mughnil-Muhtaaj, 1/138.
[4] Berdasarkan riwayat:
عَنْ
أَبِي قَتَادَةَ السَّلَمِيِّ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: " إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ
قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ"
Dari
Abu Qataadah As-Sulamiy, bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : “Apabila salah seorang diantara kalian masuk masjid,
hendaklah ia shalat dua raka’at sebelum ia duduk” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy
no. 444 & 1167 dan Muslim no. 714].
[5] Berdasarkan riwayat:
عَنْ
أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ
الدُّعَاءَ لَا يُرَدُّ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ، فَادْعُوا
Dari
Anas, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
: “Sesungguhnya doa yang diucapkan antara adzan dan iqamat tidak akan
ditolak, maka berdoalah” [Diriwayatkan oleh Ahmad 3/155 & 254; shahih].
Comments
Kayakx sdh ada yg tanggapi,
http://www.aswj-rg.com/2015/06/analisis-ilmiah-dan-menjawab-syubhat-abul-jauzaa-terhadap-waktu-imsak.html
Anonim 3 Juli 2015 14.25, justru artikel di atas adalah untuk menjawab tulisan tersebut.
Bismillah..
Ustadz berarti makan minum masih diperbolehkan secara mutlak (tanpa udzur misal baru bangun tidur) walaupun sudah terdengar adzan subuh?
Kalau kasusnya seperti itu, tidak boleh.
Posting Komentar