Allah ta’ala berfirman:
وَفِي
السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ
“Dan
di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang
dijanjikan kepadamu” [QS. Adz-Dzaariyaat : 22].
حَدَّثَنِي
الْحَارِثُ، قَالَ: ثَنَا الْحَسَنُ، قَالَ: ثَنَا وَرْقَاءُ، عَنِ ابْنِ أَبِي
نَجِيحٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ: وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ يَقُولُ:
الْجَنَّةُ فِي السَّمَاءِ، وَمَا تُوعَدُونَ مِنْ خَيْرٍ أَوْ شَرٍّ.
Telah
menceritakan kepadaku Al-Haarits, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami
Al-Hasan, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Warqaa’, dari Ibnu Abi
Najiih, dari Mujaahid tentang ayat : ‘Dan di langit terdapat (sebab-sebab)
rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu’ (QS.
Adz-Dzaariyaat : 22), ia berkata : “Surga di langit; ‘dan terdapat (pula)
apa yang dijanjikan kepadamu’ yaitu kebaikan atau kejelekan” [Diriwayatkan
oleh Ath-Thabariy dalam Jaami’ul-Bayaan 22/421; sanadnya shahih].
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عِمْرَانَ، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ،
قَالَ: قَالَ سُفْيَانُ فِي قَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ: وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ
وَمَا تُوعَدُونَ، قَالَ: فِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمُ الْغَيْثُ، وَمَا تُوعَدُونَ
الْجَنَّةُ
Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Imraan : Telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abi ‘Imraan, ia berkata : Telah berkata Sufyaan
(bin ‘Uyainah) tentang firman Allah ta’ala : ‘Dan di langit terdapat
(sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu’
(QS. Adz-Dzaariyaat : 22), ia berkata : “Dan di langit terdapat
(sebab-sebab) rezkimu’, yaitu hujan; ‘dan terdapat (pula) apa yang
dijanjikan kepadamu’, yaitu surga” [Diriwayatkan oleh Abusy-Syaikh dalam Al-‘Adhamah
4/1263-1264 no. 747; sanadnya hasan].
حَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ بَالَوَيْهِ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
غَالِبٍ، ثَنَا عَفَّانُ، وَمُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ، قَالا: ثَنَا مَهْدِيُّ بْنُ
مَيْمُونٍ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي يَعْقُوبَ، عَنْ
بِشْرِ بْنِ شَغَافٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَلامٍ، قَالَ: وَكُنَّا جُلُوسًا
فِي الْمَسْجِدِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فَقَالَ: " إِنَّ أَعْظَمَ أَيَّامِ
الدُّنْيَا يَوْمُ الْجُمُعَةِ، فِيهِ خُلِقَ آدَمُ، وَفِيهِ تَقُومُ السَّاعَةُ، ......
وَإِنَّ الْجَنَّةَ فِي السَّمَاءِ، وَإِنَّ النَّارَ فِي الأَرْضِ.....
Telah menceritakan kepada kami
Abu Bakr Muhammad bin Ahmad bin Baalawaih : Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Ghaalib : Telah menceritakan kepada kami ‘Affaan dan Muhammad bin
Katsiir, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Mahdiy bin
Maimuun : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdillah bin Abi
Ya’quub, dari Bisyr bin Syaghaaf, dari ‘Abdullah bin Sallaam[1],
ia (Bisyr) berkata : Kami pernah duduk-duduk di masjid pada hari Jum’at, lalu
ia (‘Abdullah bin Sallaam) berkata : “Sesungguhnya hari-hari di dunia yang
paling agung adalah hari Jum’at. Pada
hari tersebut diciptakan Aadam, terjadi hari kiamat…… Dan sesungguhnya surga
ada di atas langit dan neraka ada di bumi….” [Diriwayatkan oleh Al-Haakim
4/568-569, dan Al-Haakim berkata : “Hadits ini sanadnya shahih”. Diriwayatkan
pula oleh Ibnu Abid-Dun-yaa dalam Shifaatun-Naar no.
178-179, Ad-Duulaabiy dalam Al-Kunaa no. 14, dan Al-Baihaqiy dalam Dalaailun-Nubuwwah 5/485].
Allah
ta’ala juga berfirman:
عِنْدَ سِدْرَةِ
الْمُنْتَهَى * عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى
“(Yaitu)
di Sidratul-Muntaha. Di dekatnya ada
surga tempat tinggal”
[QS. An-Najm : 14-15].
Sidratul-Muntahaa letaknya di atas langit ketujuh, sebagaimana hadits:
حَدَّثَنَا
شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ
الْبُنَانِيُّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: ...... ثُمَّ عَرَجَ إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ، فَاسْتَفْتَحَ
جِبْرِيلُ، فَقِيلَ: مَنْ هَذَا؟ قَالَ: جِبْرِيلُ، قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ؟ قَالَ:
مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِيلَ: وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ؟ قَالَ:
قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا، فَإِذَا أَنَا بِإِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ
السَّلامُ مُسْنِدًا ظَهْرَهُ إِلَى الْبَيْتِ الْمَعْمُورِ، وَإِذَا هُوَ
يَدْخُلُهُ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ، لَا يَعُودُونَ إِلَيْهِ، ثُمَّ
ذَهَبَ بِي إِلَى السِّدْرَةِ الْمُنْتَهَى، وَإِذَا وَرَقُهَا كَآذَانِ
الْفِيَلَةِ، وَإِذَا ثَمَرُهَا كَالْقِلَالِ،....
Telah menceritakan kepada kami
Syaibaan bin Farruukh : Telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Salamah :
Telah menceritakan kepada kami Tsaabit Al-Bunaaniy, dari Anas bin Maalik :
Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “……..Lalu
kami naik ke langit ketujuh dan Jibriil meminta agar pintu dibuka. Penjaganyapun
bertanya: “Siapakah engkau ini?”. Ia
menjawab : “Aku Jibriil”. Dikatakan kepadanya : “Siapkah orang yang bersamamu?”.
Jibriil menjawab : ”Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam”. Dikatakan :
“Apakah ia telah diutus?”. Jibriil menjawab : “Sungguh telah diutus kepadanya”.
Lalu pintu dibukakan untuk kami. Ternyata aku bersama Ibraahiim ‘alaihis-salaam
yang sedang menyandarkan punggungnya
ke Baitul-Ma’muur. Setiap
harinya, tujuhpuluh ribu malaikat masuk ke dalamnya (Baitul-Ma’muur), dan mereka
yang telah memasukinya tidak kembali kepadanya untuk kedua kalinya. Kemudian Jibriil
membawaku ke Sidratul-Muntahaa yang seperti telinga gajah dan buahnya seperti
gerabah….” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 162].
Dipahami di sini, letak surga di
atas langit ke tujuh.
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ، عَنْ هِلَالِ بْنِ عَلِيٍّ، عَنْ
عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ...... إِنَّ فِي الْجَنَّةِ
مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، مَا
بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، فَإِذَا سَأَلْتُمُ
اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ، فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ، وَأَعْلَى
الْجَنَّةِ أُرَاهُ فَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ، وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ
الْجَنَّةِ
Telah menceritakan kepada kami
Yahyaa bin Shaalih : Telah menceritakan kepada kami Fulaih, dari Hilaal bin
‘Aliy, dari ‘Athaa’ bin Yasaar, dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu,
ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
“………. Sesungguhnya di surga itu terdapat seratus tingkat derajat (tingkatan)
yang Allah persiapkan untuk orang-orang yang berjihad (mujahidin) di jalan
Allah. Jarak antara satu derajat dengan yang lainnya seperti jarak antara
langit dan bumi. Apabila kalian memohon kepada Allah, maka mohonlah surga
Firdaus, karena sesungguhnya Firdaus itu adalah surga yang paling baik dan
paling tinggi. Aku melihatnya di atasnya adalah ‘Arsy Ar-Rahmaan (Allah), dan
dari situlah memancar sungai-sungai surga” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy
no. 2790].
Hadits ini memberikan faedah
kepada kita bahwa surga berada di atas langit di bawah ‘Arsy Allah ta’ala.
Al-Baihaqiy
rahimahullah berkata:
وَلَمْ نَعْلَمْ
أَحَدًا قَالَ: إِنَّ الْجَنَّةَ فِي الأَرْضِ، ثَبَتَ أَنَّ الْجَنَّةَ فَوْقَ السَّمَوَاتِ،
وَدُونَ الْعَرْشِ،
“Dan
kami tidak mengetahui seorang pun yang mengatakan : ‘Sesungguhnya surga ada di
bumi’. Telah tetap bahwasannya surga terletak di atas langit-langit dan di
bawah ‘Arsy” [Syu’abul-Iimaan, 1/563].
Adapun neraka, letaknya adalah
di bumi sebagaimana telah disebutkan dalam riwayat ‘Abdullah bin Salaam di atas.
Allah ta’ala berfirman:
ثُمَّ
رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ * إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
“Kemudian Kami kembalikan dia
ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal shalih; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya” [QS. At-Tiin : 5-6].
Banyak salaf yang menafsirkan asfala saafiliin
(tempat yang serendah-rendahnya) yaitu neraka.
حَدَّثَنَا
أَبُو كُرَيْبٍ، قَالَ: ثنا وَكِيعٌ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنِ ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ،
عَنْ مُجَاهِدٍ، قَالَ: إِلَى النَّارِ.
Telah menceritakan kepada kami
Abu Kuraib, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Wakii’, dari Sufyaan,
dari Ibnu Abi Najiih, dari Mujaahid, ia berkata (tentang ayat ‘Kemudian Kami
kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya’) : “Ke neraka”
[Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy dalam Jaami’ul-Bayaan, 24/509; shahih].
حَدَّثَنَا
ابْنُ عَبْدِ الأَعْلَى، قَالَ: ثنا ابْنُ ثَوْرٍ، عَنْ مَعْمَرٍ، عَنْ قَتَادَةَ،
قَالَ: قَالَ الْحَسَنُ في قوله: ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ. قَالَ:
فِي النَّارِ
Telah menceritakan kepada kami
Ibnu ‘Abdil-A’laa, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Tsaur, dari
Ma’mar, dari Qataadah, ia berkata : Telah berkata Al-Hasan (Al-Bashriy) tentang
firman-Nya : ‘Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya’),
ia berkata : “Ke neraka” [idem, shahih].
حَدَّثَنِي
يُونُسُ، قَالَ: أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: قَالَ ابْنُ زَيْدٍ في قوله:
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ. قَالَ: إِلَى النَّارِ
Telah menceritakan kepadaku
Yuunus, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Wahbm ia berkata :
Telah berkata Ibnu Zaid tentang firman-Nya : ‘Kemudian Kami kembalikan dia
ke tempat yang serendah-rendahnya’), ia berkata : “Ke neraka” [idem 24/509-510,
shahih].
Dari sini diketahui bahwa
neraka di sifati dengan tempat yang rendah, dan tempat yang rendah itu adalah
di bawah bumi ketujuh sebagaimana ditunjukkan oleh firman Allah ta’ala:
كَلا إِنَّ
كِتَابَ الْفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٍ
“Sekali-kali jangan curang,
karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam Sijjiin” [QS. Al-Muthaffifiin : 7].
حَدَّثَنِي يُونُسُ،
قَالَ: أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي جَرِيرُ بْنُ حَازِمٍ، عَنْ سُلَيْمَانَ
الأَعْمَشِ، عَنْ شِمْرِ بْنِ عَطِيَّةَ، عَنْ هِلالِ بْنِ يَسَافٍ، قَالَ: كُنَّا
جُلُوسًا إِلَى كَعْبٍ أَنَا وَرَبِيعُ بْنُ خُثَيْمٍ، وَخَالِدُ بْنُ عَرْعَرَةَ،
وَرَهْطٌ مِنْ أَصْحَابِنَا، فَأَقْبَلَ ابْنُ عَبَّاسٍ، فَجَلَسَ إِلَى جَنْبِ كَعْبٍ،
فَقَالَ: يَا كَعْبُ، أَخْبِرنِي عَنْ سِجِّينٍ، فَقَالَ كَعْبٌ: أَمَّا سِجِّينٌ:
فَإِنَّهَا الأَرْضُ السَّابِعَةُ السُّفْلَى، وَفِيهَا أَرْوَاحُ الْكُفَّارِ تَحْتَ
خَدِّ إِبْلِيسَ
Telah menceritakan kepadaku
Yuunus, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Wahb, ia berkata :
Telah mengkhabarkan kepadaku Jariir bin Haazim, dari Sulaimaan Al-A’masy, dari
Syimr bin ‘Athiyyah, dari Hilaal bin Yasaaf, ia berkata : Kami pernah duduk
bersama Ka’b, yaitu aku, Rabii’ bin Khutsaim, Khaalid bin ‘Ar’arah, dan
beberapa orang shahabat kami yang lain. Lalu Ibnu ‘Abbaas datang dan duduk di samping
Ka’b lalu berkata : “Wahai Ka’b, khabarkan kepadaku tentang Sijjiin”. Ka’b
menjawab : “Adapun Sijjiin, maka ia adalah bumi ketujuh yang paling
bawah. Padanya arwah orang-orang kafir di bawah kelompok Ibliis” [Diriwayatkan
oleh Ath-Thabariy dalam Jaami’ul-Bayaan 24/282. Diriwayatkan juga oleh
Ibnul-Mubaarak dalam Az-Zuhd no. 1223 dari jalan Ja’far bin Al-Mughiirah
dari Syimr, dari Ka’b. Dua jalan ini saling menguatkan dan dekat dengan derajat
hasan, wallaahu a’lam].
حَدَّثَنَا
ابْنُ عَبْدِ الأَعْلَى، قَالَ: ثنا ابْنُ ثَوْرٍ، عَنْ مَعْمَرٍ، عَنْ قَتَادَةَ:
لَفِي سِجِّينٍ.قَالَ: فِي أَسْفَلِ الأَرْضِ السَّابِعَةِ
Telah menceritakan kepada kami
Ibnu ‘Abdil-A’laa, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Tsaur, dari
Ma’mar, dari Qataadah tentang ayat : ‘tersimpan dalam Sijjiin’ (QS. Al-Muthaffifiin
: 7), ia berkata : “Di bumi ketujuh yang paling rendah” [Diriwayatkan oleh
Ath-Thabariy dalam Jaami’ul-Bayaan, 24/282; shahih].
Dalil lain:
حدثنا أبو
معاوية قال ثنا الأعمش عن منهال بن عمرو عن زاذان عن البراء بن عازب عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : .....فَتُفَرَّقُ فِي جَسَدِهِ،
فَيَنْتَزِعُهَا كَمَا يُنْتَزَعُ السَّفُّودُ مِنَ الصُّوفِ الْمَبْلُولِ،
فَيَأْخُذُهَا، فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ
حَتَّى يَجْعَلُوهَا فِي تِلْكَ الْمُسُوحِ، وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَنْتَنِ رِيحِ
جِيفَةٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ، فَيَصْعَدُونَ بِهَا، فَلَا يَمُرُّونَ
بِهَا عَلَى مَلَإٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ إِلَّا قَالُوا: مَا هَذَا الرُّوحُ
الْخَبِيثُ؟ ! فَيَقُولُونَ: فُلَانُ بْنُ فُلَانٍ، بِأَقْبَحِ أَسْمَائِهِ
الَّتِي كَانَ يُسَمَّى بِهَا فِي الدُّنْيَا، حَتَّى يُنْتَهَى بِهِ إِلَى
السَّمَاءِ الدُّنْيَا، فَيُسْتَفْتَحُ لَهُ، فَلَا يُفْتَحُ لَهُ. ثُمَّ قَرَأَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ
السَّمَاءِ وَلا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ
الْخِيَاطِ، فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: اكْتُبُوا كِتَابَهُ فِي سِجِّينٍ
فِي الْأَرْضِ السُّفْلَى، فَتُطْرَحُ رُوحُهُ طَرْحًا.ثُمَّ قَرَأَ: وَمَنْ
يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ
أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
Telah menceritakan kepada kami
Abu Mu’aawiyyah, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari
Minhaal, dari ‘Amru, dari Zaadzaan, dari Al-Baraa’ bin ‘Aazib, dari Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “………Maka berpencarlah ruhnya (orang
kafir) pada jasadnya sehingga Malaikat maut mencabutnya sebagaimana besi untuk
memanggang daging yang dicabut dari wol yang basah. Lalu malaikat maut
mengambilnya dan ketika dia telah mengambilnya para malaikat itu tidak
membiarkannya di tangannya sekejap mata pun sehingga mereka menempatkannya pada
kain yang sangat kasar itu. Maka keluarlah darinya bau yang sangat busuk
bagaikan bangkai yang paling busuk yang ada di muka bumi. Lalu para malaikat
itu membawanya naik dan tidaklah mereka melewati rombongan para malaikat
melainkan mereka berkata : ‘Ruh siapakah yang buruk ini?. Mereka menjawab : ‘Fulaan
bin Fulaan’. Yaitu dengan namanya yang paling buruk ketika di dunia. Mereka
membawanya sampai kepada langit dunia lalu dimintakan untuknya agar dibukakan
(pintu langit). Maka tidak dibukakan untuknya. Kemudian Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam membaca ayat : 'Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi
mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga onta
masuk ke lubang jarum’ (QS. Al-A’raaf : 40). Lalu Allah ‘azza wa jalla
berfirman : ‘Tulislah catatannya pada Sijjin, pada bumi yang paling rendah’.
Lalu ruhnya dilemparkan begitu saja,
kemudian beliau membaca : ‘Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah,
maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau
diterbangkan angin ke tempat yang jauh’ (QS. Al-Hajj : 31)….” [Diriwayatkan
oleh Ahmad 4/287; shahih].
Seandainya neraka ada di
langit, nicaya akan dibukakan pintu langit untuknya, karena Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam pernah diperlihatkan neraka dan penduduknya di langit saat
Mi’raj.
Al-Barbahaariy rahimahullah berkata
ketika menjelaskan diantara pokok-pokok ‘aqidah Ahlus-Sunnah:
والإيمان بالجنة،
والنار: أنهما مخلوقتان، الجنة فِي السماء السابعة، وسقفها العرش، والنار تحت الأرض
السابعة السفلى وهما مخلوقتان
“Dan beriman kepada neraka dan
surga bahwa keduanya adalah makhluk. Surga berada di atas langit yang ketujuh yang
atapnya adalah ‘Arsy. Neraka berada di bawah bumi yang ketujuh yang paling
bawah, keduanya adalah makhluk” [Syarhus-Sunnah, hal. 48 no. 21].
Abul-Qaasim Al-Ashbahaaniy rahimahullah
menulis hal yang serupa:
ومن مذهب أهل السنة:
أن الجنة والنار مخلوقتان فِي السماء السابعة وسقفها العرش، والنار تحت الأرض السفلى
“Termasuk madzhab Ahlus-Sunnah
: Bahwasannya surga dan neraka adalah makhluk. (Surga) di atas langit yang
ketujuh dan atapnya adalah ‘Arsy, sedangkan neraka di bawah bumi yang paling
bawah” [Al-Hujjah fii Bayaanil-Mahajjah, 2/432].
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
[Catatan : Sebagian ulama ada
yang berpendapat bahwa neraka ada di langit]
[Abul-Jauzaa’ – perumahan ciomas
permai – 09052015 – 23:28]
[1] Salah
seorang shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam, wafat
tahun 43 H di Madiinah.
Comments
Syukran Ustadz, kini kami tahu letak surga dan neraka.
Izin tanya, khusus bab tentang Allah ta'ala sebagai pemilik neraka (dan siksa yang demikian pedih), kapankah mulai diperkenalkan bab tersebut kepada anak-anak kami? Adakah contoh dari para salafush-shalih?.
Dari Tedjo:
Assalamu `alaikum
Afwan ustadz pertanyaan ana mungkin gak ada hubungan ama tema di atas.
Nah beberapa hari yang lalu,ana membaca sebuah buku berjudul "MATAHARI MENGELILINGI BUMI" intinya bahwa dalam Islam itu yang benar adalah meyakini bahwa mataharilah mengelilingi bumi dan adapun pendapat bumi mengelilingi matahari adalah pendapat kaum kafir dan terasa ganjil. Sang penulis buku beralasan bahwa matahari mengelilingi bumi dg dalil dalam Al Qur`an dan As SUnnah bahwa matahari dan bulan bergerak,bumi tak dikatakan bergerak. Nah bagaimana tanggapan ustadz adanya buku ini?
To Abul-Jauzaa,
Ini artikel yang saya tunggu-tunggu. Jazakallaahu khoir. Tapi khusus neraka, saya memegang pendapat yang menyatakan berada di langit.
To Tedjo,
Matahari mengelilingi bumi atau geosentrisme itu akidah ahlusunnah waljama`ah. Di buku yang anda sebut itu, dikupas habis dalil-dalilnya dengan lengkap: alQur-an, asSunnah dan Ijmaa`. Kekurangannya mungkin dari sisi sains.
Saya lagi buat blog yang mengupas geosentrisme dari sudut pandang sains untuk membuktikan bahwa geosentrisme tidak bertentangan dengan sains sama sekali. Tapi blognya masih private, belum saya publish, menunggu artikelnya agak banyakan.
Assalaamu'alaykum warohmatullah.
Semoga antum dimudahkan untuk menulis di blog tersebut dan dapat memberi manfa'at bagi ummat.
Assalaamu'alaykum warohmatullahi wabarokaatuh.
Jazakallahu khoir atas artikel ini ustadz. Suroh At-Tiin sering dibaca di shalat fardlu tanpa tahu tafsirnya "أَسْفَلَ سَافِلِينَ".
Ustadz berarti di saat Mi'raj Nabi ﷺ hanya diperlihatkan neraka bagai kita menonton tv ya? Sedang nerakanya sendiri di bawah bumi ketujuh.
Bagaimana mendamaikan antara pendapat neraka di bumi dengan hadits yang Rasulullah dan para sahabat mendengar suara dari arah langit (atas) dan dikatakan itu adalah suara batu yang jatuh ke dasar neraka setelah 70 tahun?
Teks haditsnya adalah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ سَمِعَ وَجْبَةً، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " تَدْرُونَ مَا هَذَا؟، قَالَ: قُلْنَا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: " هَذَا حَجَرٌ رُمِيَ بِهِ فِي النَّارِ مُنْذُ سَبْعِينَ خَرِيفًا، فَهُوَ يَهْوِي فِي النَّارِ الْآنَ حَتَّى انْتَهَى إِلَى قَعْرِهَا "،
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Kami pernah bersama Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Tiba-tiba terdengar suara yang jatuh. Maka Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Apakah kalian tahu apa yang jatuh itu?". Kami menjawab : "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui". Beliau bersabda : "Itu adalah batu yang dilemparkan ke dalam neraka semenjak 70 tahun yang lalu, dan sekarang baru sampai dasarnya" [Diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad, Ibnu Hibbaan, dan yang lainnya].
Jadi, hanya terdengar suara benda yang jatuh saja. Tidak ada keterangan suara dari langit.
So, tidak ada masalah dengan hadits tersebut.
wallaahu a'lam.
Jazakallaahu khoir Ustadz,ini artikel yg ana tunggu2..
Tanya Ustadz,trus Nabi Adam dan Hawa digoda oleh iblis disyurga,koq disorga ada iblis,gmna penjelasannya ustadz?...syukron.
Ustadz mau tanya apakah sekarang perut bumi itu neraka? dan apakah akherat itu sudah ada saat ini?. Makasih
saya yakin yg neraka itu dibawah bumi dari nas& hadith sahih. dan sejakndr zama salaf mereka semua bermiman yg bumi ini datar dan langit tidak bertiang. dan dlm kitab terdahulu bnyk dalil² ug menerangkan neraka itu dibawah bumi.
Semenjak saya mempelajari ilmu bumi datar, alhamdulillah saya yakin surga dan neraka benar2 ada.
"Semenjak saya mempelajari ilmu bumi datar, alhamdulillah saya yakin surga dan neraka benar2 ada."
Wakakaka sebelumnya nggak yakin ada surga dan neraka.
Tulisan yg bagus dan saya sependapat. Att Thabari sudah cukup buat kita menjadi rujukan tentang Bumi, Surga dan Neraka.
Posting Komentar