Dosa yang Diampuni Ketika Orang Kafir Masuk Islam


Syaikhul-Islaam Ibnu Taimiyyah rahimahullah pernah ditanya tentang orang Yahudi dan Nashrani yang masuk Islam, apakah masih tersisa dosa padanya setelah masuk Islam?. Beliau rahimahullah menjawab:
إذا أسلم باطنا وظاهرا غفر له الكفر الذى تاب منه بالاسلام بلا نزاع وأما الذنوب التى لم يتب منها مثل أن يكن مصرا على ذنب أو ظلم أو فاحشة ولم يتب منها بالاسلام فقد قال بعض الناس إنه يغفر له بالاسلام والصحيح أنه إنما يغفر له ما تاب منه كما ثبت فى الصحيح عن النبى أنه قيل أنؤاخذ بما عملنا فى الجاهلية فقال من أحسن فى الاسلام لم يؤاخذ بما عمل فى الجاهلية ومن أساء فى الاسلام أخذ بالأول والآخر
 و حسن الاسلام أن يلتزم فعل ما أمر الله به وترك ما نهى عنه وهذا معنى التوبة العامة فمن أسلم هذا الاسلام غفرت ذنوبه كلها
 وهكذا كان إسلام السابقين الأولين من المهاجرين والأنصار والذين اتبعوهم باحسان ولهذا قال النبى صلى الله عليه و سلم فى الحديث الصحيح لعمرو بن العاص أما علمت أن الاسلام يهدم ما كان قبله فان اللام لتعريف العهد والاسلام المعهود بينهم كان الاسلام الحسن
 وقوله ومن أساء فى الاسلام أخذ بالأول والآخر أي إذا أصر على ما كان يعمله من الذنوب فانه يؤاخذ بالأول والآخر وهذا موجب النصوص والعدل فان من تاب من ذنب غفر له ذلك الذنب ولم يجب أن يغفر له غيره
 والمسلم تائب من الكفر كما قال تعالى فَإِذَا انْسَلَخَ الأشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُوا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوا سَبِيلَهُمْ وقوله قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَفَ أى إذا انتهوا عما نهوا عنه غفر لهم ما قد سلف
 فالانتهاء عن الذنب هو التوبة منه من انتهى عن ذنب غفر له ما سلف منه وأما من لم ينته عن ذنب فلا يجب أن يغفر له ما سلف لانتهائه عن ذنب آخر والله أعلم
“Apabila orang tersebut masuk Islam secara lahir dan batin, maka ia diampuni atas kekufuran yang ia bertaubat darinya dengan keislamannya tanpa ada perselisihan di kalangan ulama. Adapun dosa-dosa lain yang ia belum bertaubat darinya semisal ia masih terus melakukan suatu dosa, kedhaliman, atau kekejian dan ia belum bertaubat darinya dengan Islam; maka sebagian orang berkata : ‘Sesungguhnya ia diampuni dengan keislamannya’. Namun yang benar, ia hanya diampuni atas dosa yang ia bertaubat darinya saja sebagaimana telah tetap dalam kitab Ash-Shahiih dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwasannya pernah dikatakan kepada beliau: “Apakah kami akan dihukum atas apa yang kami lakukan di masa Jaahiliyyah ?”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Barangsiapa yang berbuat baik di masa Islam, maka ia tidak dihukum atas apa yang dilakukannya di masa Jaahiliyyah. Dan barangsiapa yang berbuat jelek (dosa) di masa Islam, maka ia akan dihukum dengan yang pertama (masa Jaahiliyyah) dan yang terakhir (masa Islam)”.[1]
Dan ‘berbuat baik di masa Islam’ maksudnya ia berkomitmen melakukan apa yang diperintahkan Allah dan meninggalkan apa yang dilarang darinya. Ini adalah makna taubat umum. Maka barangsiapa yang menerima keislaman ini, maka akan diampuni seluruh dosa-dosanya.
Dan demikianlah adanya keislaman orang-orang yang terdahulu dari kalangan Muhaajiriin, Anshaar, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Oleh karena itu, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada ‘Amru bin Al-‘Aash dalam sebuah hadits shahih: “Tidakkah engkau mengetahui bahwa Islam menghapus dosa-dosa yang dilakukan sebelumnya ?[2]. Laam ta’riif (alif laam) di sini maksudnya sesuatu yang telah dikenal/diketahui, sedangkan kata al-islaam yang dikenal di antara mereka adalah (keadaan) Islam yang baik.
Sabda beliau : ‘barangsiapa yang berbuat jelek di masa Islam, maka ia akan dihukum dengan yang pertama (masa Jaahiliyyah) dan yang terakhir (masa Islam)’ ; yaitu apabila ia terus melakukan dosa, maka ia akan dihukum dengan yang pertama (masa Jaahiliyyah) dan yang terakhir (masa Islam). Ini adalah konsekuensi nash-nash dan keadilan, karena orang yang bertaubat dari dosa, maka ia akan diampuni atas dosanya tersebut dan Allah tidak wajib mengampuninya selain dari dosa itu.
Seorang muslim yang bertaubat dari kekufuran sebagaimana firman Allah ta’ala : “Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan” (QS. At-Taubah : 5), dan firman-Nya : “Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: ‘Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu” (QS. Al-Anfaal : 38); yaitu, apabila mereka berhenti dari apa yang mereka dilarang darinya, niscaya Allah akan mengampuni mereka terhadap apa yang telah lalu.
Berhenti dari melakukan dosa adalah bertaubat darinya. Barangsiapa yang berhenti dari suatu dosa, niscaya Allah akan mengampuninya terhadap apa yang telah lalu. Adapun orang yang belum berhenti dari melakukan suatu dosa, maka tidak wajib bagi Allah untuk mengampuninya terhadap apa yang telah lalu dikarenakan ia berhentikan dari melakukan dosa yang lain. Wallaahu a’lam.
[abul-jauzaa’ – Majmuu’ Al-Fataawaa oleh Syaikhul-Islaam Ibnu Taimiyyah, 11/701-702 – perumahan Ciomas Permai, Ciapus, Bogor – 28032015 – 22:40].




[1]      Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6921 dan Muslim no. 120, dari ‘Abdullah bin Mas’uud radliyallaahu ‘anhu.
[2]      Diriwayatkan oleh Muslim no. 121.

Comments

Anonim mengatakan...

Alhamdulillah, jazakallohu khoira atas ilmu dan faidahnya.