Rukhshah Nyanyian dan Duff Saat Pernikahan


An-Nasaa’iy rahimahullah berkata:
أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا شَرِيكٌ، عَنْ أَبِي إِسْحَاق، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ، قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى قُرَظَةَ بْنِ كَعْبٍ، وَأَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ، فِي عُرْسٍ وَإِذَا جَوَارٍ يُغَنِّينَ، فَقُلْتُ: أَنْتُمَا صَاحِبَا رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمِنْ أَهْلِ بَدْرٍ، يُفْعَلُ هَذَا عِنْدَكُمْ؟ فَقَالَ: اجْلِسْ إِنْ شِئْتَ، فَاسْمَعْ مَعَنَا، وَإِنْ شِئْتَ اذْهَبْ، قَدْ رُخِّصَ لَنَا فِي اللَّهْوِ عِنْدَ الْعُرْسِ
Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Aliy bin Hujr, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Syariik, dari Abu Ishaaq, dari ‘Aamir bin Sa’d, ia berkata : Aku masuk menemui Quradhah bin Ka’b dan Abu Mas’uud Al-Anshaariy radliyallaahu ’anhumaa dalam satu pernikahan yang di situ terdapat anak-anak perempuan yang sedang menyanyi. Maka aku berkata : ”Kalian berdua adalah shahabat Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam dan termasuk ahli Badr. Dan hal ini dilakukan di sisi kalian ?”. Maka salah seorang dari mereka menjawab : ”Duduklah jika engkau mau dan dengarkanlah bersama kami. Atau pergilah jika engkau mau. Sungguh telah diberikan rukhshah (keringanan) kepada kami (oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam) untuk mendengarkan hiburan saat pernikahan” [As-Sunan no. 3383].
Diriwayatkan juga oleh Ibnu Abi Syaibah[1] 4/192 (9/144) no. 16662, Ath-Thahawiy[2] dalam Syarh Ma’aanil-Aatsaar 4/294 no. 6977, Ibnu Abi Khaitsamah[3] dalam At-Taariikh no. 1341, Ath-Thabaraniy[4] dalam Al-Kabiir 17/248 no. 691, Al-Haakim[5] dalam Al-Mustadrak 2/184, Abu Nu’aim[6] dalam Ma’rifatush-Shahaabah no. 1359 & 1365 & 5833, dan Al-Mizziy[7] dalam Tahdziibul-Kamaal 23/564; dari beberapa jalan (Ibnu Abi Syaibah, Yahyaa bin ‘Abdil-Hamiid, Maalik bin Ismaa’iil, Zakariyyaa bin Yahyaa bin Shubaih, dan Al-Haitsam bin Jamiil), semuanya dari jalan Syariik.
Syariik mempunyai mutaba’ah dari:
1.     Syu’bah; sebagaimana diriwayatkan oleh Ath-Thayalisiy[8] no. 1317, Ibnu Abi Syaibah[9] 4/193 (9/145) no. 16664, Al-Haakim[10] dalam Al-Mustadrak 2/184, Al-Baihaqiy[11] dalam Al-Kubraa 7/289 (472) no. 14692, dan dibawakan Ibnu Hajar[12] dalam Al-Mathaalibul-‘Aaliyyah no. 1680.
2.     Yuunus bin Abi Ishaaq; sebagaimana dibawakan oleh Ibnu Hajar[13] dalam Mathaalibul-‘Aaliyyah 8/371.
3.     Zuhair bin Mu’aawiyyah Al-Ju’fiy; sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Mahaamiliy[14] dalam Al-Amaaliy no. 470 dan Ibnul-Jauziy[15] dalam Talbiis Ibliis hal. 241
4.     Israaiil bin Yuunus bin Abi Ishaaq; sebagaimana diriwayatkan oleh Ath-Thabaraniy[16] dalam Al-Kabiir 17/247 no. 690, Ibnu Qaani’[17] dalam Mu’jamush-Shahaabah no. 228, dibawakan riwayatkan oleh Ibnu Hajar[18] dalam Mathaalibul-‘Aaliyyah 8/371
5.     Asy’ats bin Sawwaar; sebagaimana diriwayatkan Ibnu Qaani’[19] dalam Mu’jamush-Shahaabah no. 1619
‘Aamir bin Sa’d mempunyai mutaba’ah dari Thaariq bin Syihaab sebagaimana diriwayatkan oleh Abusy-Syaikh[20] dalam Thabaqaatul-Muhadditsiin bi-Ashbahaan no. 867.
Di sebagian riwayat disebutkan bahwa anak-anak perempuan itu bernyanyi dengan memukul/menabuh duff.
Hal penting yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa hampir semua riwayat di atas membawakan perkataan ‘Aamir bin Sa’d dengan shighah pengingkaran dalam beberapa lafadh yang semakna:
أَنْتُمَا صَاحِبَا رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمِنْ أَهْلِ بَدْرٍ، يُفْعَلُ هَذَا عِنْدَكُمْ؟
Kalian berdua adalah shahabat Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam dan termasuk ahli Badr. Dan hal ini dilakukan di sisi kalian ?!”.
Di lain riwayat:
أَلا تَسْمَعَانِ؟
“Tidakkah kalian berdua mendengarnya ?”.
Di lain riwayat:
أَتَفْعَلُونَ هَذَا وَأَنْتُمْ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Apakah kalian melakukannya (yaitu duduk mendengarkan nyanyian dan duff – Abul-Jauzaa’) sedangkan kalian adalah para shahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ?!”.
Di lain riwayat:
سُبْحَانَ اللَّهِ، أَتَفْعَلُونَ هَذَا وَأَنْتُمْ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَهْلُ بَدْرٍ؟
Subhaanallaah (Maha Suci Allah), apakah kalian melakukannya (yaitu duduk mendengarkan nyanyian dan duff – Abul-Jauzaa’) sedangkan kalian adalah para shahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan ahli Badr ?!”.
تُقِرُّونَ بِهَذَا، وَأَنْتُمْ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Hal semacam ini dibiarkan sedangkan kalian adalah para shahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ?”.
Di lain riwayat:
أَلا تَنْهَى عَنْ هَذَا
“Tidakkah kalian melarang hal ini ?!”.
Pengingkaran ini menunjukkan adanya pemahaman ‘Aamir bin Sa’d dan yang berlaku di kebanyakan orang waktu itu tentang tidak bolehnya mendengarkan nyanyian dan alat musik.
Kemudian setelah itu Quradhah/Tsaabit/Abu Mas’uud menjawab:
قَدْ رُخِّصَ لَنَا فِي اللَّهْوِ عِنْدَ الْعُرْسِ
Sungguh telah diberikan rukhshah (keringanan) kepada kami (oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam) untuk mendengarkan hiburan saat pernikahan”.
Jawaban itu mengandung taqyid bahwa saat pernikahan, diperbolehkan untuk mendengarkan nyanyian dan tabuhan duff.
Jadi, rukhshah kebolehan mendengarkan nyanyian dan tabuhan duff itu datang setelah adanya larangan. Kebolehan itu keluar dari hukum asal dari larangan[21]. Ini sangat mudah dipahami secara bahasa berdasarkan teks hadits.
Oleh karena itu sangat salah jika ada orang yang memahami riwayat di atas menjadi hujjah kebolehan mendengarkan nyanyian dan alat musik secara mutlak, karena menyelisihi manthuq nash, bahasa, dan kaedah ushuliyyah.
Seandainya kebolehan nyanyian dan musik dipahami secara mutlak dalam semua keadaan, maka itu bertolak belakang dengan makna rukhshah itu sendiri (yang menuntut pengecualian atau keluar dari hukum asal).
Suplemen penjelas:
Rukhshah secara bahasa maknanya adalah memudahkan atau meringankan. Adapun definisi secara istilah ulama ushul:
الحكم الثابت على خلاف الدليل لعذر
“Hukum yang tetap yang menyelisihi dalil karena adanya ‘udzur[22]” [Ar-Rukhsh Asy-Syar’iyyah, hal. 44 dan Al-Jaami’ li-Masaaili Ushuulil-Fiqh hal. 79].
Semua definisi yang disebutkan para ulama, meski dengan bahasa yang berbeda-beda, sepakat pada hal bahwa rukhshah itu keluar dari hukum asal. Konsekuensinya, perkara yang menjadi rukhshah tadi hukumnya terlarang dilakukan menurut hukum asal.
Kaedah:
ما أباحه الله لنا في عموم الأحوال لا يسمى رُخصة، باتفاق العلماء
“Segala sesuatu yang diperbolehkan Allah kepada kita dalam umumnya keadaan tidak dinamakan rukhshah berdasarkan kesepakatan ulama”.
Beberapa penggunaan makna rukhshah dalam nash-nash syari’at:
1.     Pembolehan melakukan perbuatan yang terlarang karena kondisi darurat atau ada hajat.
Misalnya, kebolehan memakan bangkai, darah, dan beberapa makanan haram lainnya dalam kondisi darurat berdasarkan firman Allah ta’ala:
إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلا عَادٍ فَلا إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [QS. Al-Baqarah : 173].
فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لإثْمٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [QS. Al-Maaidah : 3].
Maka, jika tidak berada dalam kondisi darurat, makan makanan haram yang ada dalam ayat adalah haram.
2.     Pembolehan meninggalkan kewajiban jika terdapat kesulitan atau udzur untuk melakukannya.
Misalnya, diperbolehkannya berbuka puasa Ramadlan bagi musafir dan orang yang sakit berdasarkan firman Allah ta’ala:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” [QS. Al-Baqarah : 185].
Maka, jika tidak berada dalam kondisi safar atau sakit kemudian sengaja berbuka puasa di siang hari bulan Ramadlaan, haram hukumnya.
3.     Pembolehan semua akad sebagai pengecualian kaedah umum untuk menghindari kesulitan dalam kehidupan manusia.
Misalnya, pembolehan jual-beli salam yang keduanya merupakan jual beli barang yang belum ada, dimana asal jual beli barang yang belum/tidak ada asalnya adalah haram/tidak sah. Hal itu berdasarkan hadits:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَهُمْ يُسْلِفُونَ بِالتَّمْرِ السَّنَتَيْنِ وَالثَّلَاثَ، فَقَالَ: " مَنْ أَسْلَفَ فِي شَيْءٍ، فَفِي كَيْلٍ مَعْلُومٍ وَوَزْنٍ مَعْلُومٍ إِلَى أَجَلٍ مَعْلُومٍ "
Dari Ibnu ‘Abbaas radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, sedangkan mereka melakukan jual-beli salam untuk komoditi kurma dua tahun dan tiga tahun. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang melakukan jual-beli salam terhadap sesuatu, maka ia harus dengan takaran yang jelas, timbangan yang jelas, dan waktu yang jelas” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 2241].
4.     Penghapusan/pengguguran kewajiban-kewajiban agama yang berat dan perintah-perintah agama yang sulit dari umat terdahulu[23], berdasarkan firman Allah ta’ala:
وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالأغْلالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ
Dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada umat sebelum mereka” [QS. Al-A’raaf : 157].
رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami” [QS. Al-Baqarah : 286].
[ref : ‘Ilmu Ushuulil-Fiqh oleh ‘Abdul-Wahhaab Khalaf, hal. 123].
Catatan penting tentang hadits:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ خَيْبَرَ عَنْ لُحُومِ الْحُمُرِ الْأَهْلِيَّةِ، وَرَخَّصَ فِي الْخَيْلِ
Dari Jaabir bin ‘Abdillah radliyallaahu ‘anhumaa, ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang makan daging keledai jinak dan memberikan keringanan daging kuda pada hari Khaibar” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 4219 & 5520 & 5524, Muslim no. 1941, dan yang lainnya].
Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan:
أَنَّ أَكْثَر الرِّوَايَات جَاءَ بِلَفْظِ الْإِذْن وَبَعْضهَا بِالْأَمْرِ فَدَلَّ عَلَى أَنَّ الْمُرَاد بِقَوْلِهِ رَخَّصَ أَذِنَ لَا خُصُوص الرُّخْصَة بِاصْطِلَاحِ مَنْ تَأَخَّرَ عَنْ عَهْد الصَّحَابَة
“Kebanyakan riwayat dibawakan dengan lafadh ‘izin’ dan sebagiannya dengan lafadh ‘perintah’, sehingga hal itu menunjukkan bahwa yang dimaksud ‘rakhkhasha’ di sini adalah ‘mengizinkan’. Bukan pengkhususan rukhshah dengan istilah orang yang datang setelah jaman para shahabat” [Fathul-Baariy, 9/652].
Intinya, menurut Ibnu Hajar rahimahullah kata rakhkhasha di atas tidak menuntut rukhshah secara istilah menurut definisi ulama ushul.
Adapun Al-‘Adhiim Aabaadiy rahimahullah menjelaskan:
قَدْ قَرَّرَ الْحَازِمِيّ النَّسْخ بِأَنَّهُ قَدْ وَرَدَتْ فِي حَدِيث جَابِر لَفْظَة " أَذِنَ " وَفِي بَعْض رِوَايَته " رَخَّصَ " وَيَظْهَر بِذَلِكَ أَنَّ الْمَنْع كَانَ سَابِقًا وَالْإِذْن مُتَأَخِّر فَيَتَعَيَّن الْمَصِير إِلَيْهِ
“Al-Haazimiy menyepakati adalah naskh (penghapusan), karena dalam hadits Jaabir terdapat lafadh ‘adzina’ (mengizinkan) dan di sebagian riwayat ‘rakhkhasha’ (memberikan keringanan). Dan yang nampak dari hal itu bahwa larangan telah ada sebelumnya sedangkan izin datang setelahnya, sehingga pendapat itulah yang layak dijadikan pegangan” [‘Aunul-Ma’buud, 10/88].
Jika demikian, dengan adanya naskh tersebut, rukhshah dalam hadits di atas termasuk katagori rukhshah majaziy menurut istilah ulama Hanafiyyah, bukan hakiki.
Pandangan dua ulama di atas karena melihat qarinah lafadh semua jalan riwayat. Selain itu, telah masyhur dalam riwayat akan halalnya daging kuda[24] – meski sebagian salaf ada yang memakruhkannya - .
Wallaahu a’lam.
Semoga ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’ – 18102014 – 01:29].




[1]      Riwayatnya adalah:
حَدَّثَنَا شَرِيكٌ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ، قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى أبي مَسْعُودٍ، وَقَرَظَةَ بْنِ كَعْبٍ، وَعندَهُمَا جَوَارٍ تُغَنِّينَ، فَقُلْتُ: أَتَفْعَلُونَ هَذَا وَأَنْتُمْ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: فَقَالَ: إنَّهُ رَخَّصَ لَنَا فِي اللَّهْوِ عندَ الْعُرْسِ
[2]      Riwayatnya adalah:
وَقَدْ حَدَّثَنَا فَهْدٌ، قَالَ: ثَنَا يَحْيَى بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ الْحِمَّانِيُّ، قَالَ: ثَنَا شَرِيكٌ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ، قَالَ: دَخَلَ عَلَيَّ قَرَظَةُ بْنُ كَعْبٍ، وَعَلَى أَبِي مَسْعُودٍ الأَنْصَارِيِّ، وَثَابِتِ بْنِ قَيْسٍ وَعِنْدَهُمْ جَوَارٍ يُغَنِّينَ، فَقُلْتُ: أَتَفْعَلُونَ هَذَا، وَأَنْتُمْ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا: إِنْ كُنْتَ تَسْمَعُ، وَإِلا فَامْضِ، فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَخَّصَ فِي اللَّهْوِ عِنْدَ الْعُرْسِ، وَفِي الْبُكَاءِ عَلَى الْمَيِّتِ "
[3]      Riwayatnya adalah:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ، قَالَ: نا شَرِيكٌ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ سَعْدٍ الْبَجَلِيِّ، قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى قَرَظَةَ بْنِ كَعْبٍ، وَأَبِي مَسْعُودٍ، وَزَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ، وَإِذَا عِنْدَهُمْ جَوَارٍ يُغَنِّينَ، فَقُلْتُ لَهُمْ: تَفْعَلُونَ هَذَا وَأَنْتُمْ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا: إِنْ كُنْتَ تَسْمَعُ، وَإِلا فَامْضِ، فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْخَصَ لَنَا فِي اللَّهْوِ فِي الْعُرْسِ، وَفِي الْبُكَاءِ عِنْدَ الْمَيِّتِ
[4]      Riwayatnya adalah:
حدثنا أَحْمَدُ بْنُ مَسْعُودٍ الْمَقْدِسِيُّ، ثنا الْهَيْثَمُ بْنُ جَمِيلٍ، ثنا شَرِيكٌ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ، قَالَ: شَهِدْتُ صَنِيعًا فِيهِ أَبُو مَسْعُودٍ، وَقُرْظَةُ بْنُ كَعْبٍ، وَجَوَارٍ يُغَنِّينَ، فَقُلْتُ: سُبْحَانَ اللَّهِ، أَتَفْعَلُونَ هَذَا وَأَنْتُمْ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَهْلُ بَدْرٍ؟ فَقَالُوا: " رَخَّصَ لَنَا فِي الْغِنَاءِ فِي الْعُرْسِ، وَالْبُكَاءِ فِي غَيْرِ نِيَاحَةٍ "
[5]      Riwayatnya adalah:
حَدَّثَنَاهُ أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي دَارِمٍ الْحَافِظُ، ثنا عُمَرُ بْنُ جَعْفَرٍ الْمُزَنِيُّ، ثنا أَبُو غَسَّانَ مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، ثنا شَرِيكٌ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ، قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى قَرَظَةَ بْنِ كَعْبٍ، وَأَبِي مَسْعُودٍ الأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا فِي عُرْسٍ، وَإِذَا جَوَارٍ يُغَنِّينَ، فَقُلْتُ: أَنْتُمْ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، وَأَهْلُ بَدْرٍ يُفْعَلُ هَذَا عِنْدَكُمْ؟ فَقَالا: إِنْ شِئْتَ فَأَقِمْ مَعَنَا، وَإِنْ شِئْتَ فَاذْهَبْ، فَإِنَّهُ رَخَّصَ لَنَا فِي اللَّهْوِ عِنْدَ الْعُرْسِ، وَفِي الْبُكَاءِ عِنْدَ الْمُصِيبَةِ ، قَالَ شَرِيكٌ: أُرَاهُ قَالَ: فِي غَيْرِ نُوحٍ
[6]      Riwayatnya adalah:
No. 1359:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُحَمَّدٍ، ثنا الْحَضْرَمِيُّ، ثنا الْحِمَّانِيُّ، ثنا شَرِيكٌ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ، قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى قَرَظَةَ بْنِ كَعْبٍ، وَثَابِتِ بْنِ يَزِيدَ، وَأَبِي مَسْعُودٍ الأَنْصَارِيِّ، وَعِنْدَهُمْ جَوَارٍ، فَقُلْتُ: تَفْعَلُونَ هَذَا وَأَنْتُمْ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا: إِنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَخَّصَ لَنَا فِي اللَّهْوِ عِنْدَ الْعُرْسِ، وَفِي الْبُكَاءِ عِنْدَ الْمَوْتِ
No. 1365:
حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَحْمَدَ الْمُقْرِئُ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْحَضْرَمِيُّ، ثنا يَحْيَى بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ، ثنا شَرِيكٌ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ، قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى قَرَظَةَ بْنِ كَعْبٍ، وَثَابِتِ بْنِ يَزِيدَ، وَأَبِي مَسْعُودٍ الأَنْصَارِيِّ، وَإِذَا عِنْدَهُمْ جَوَارٍ وَأَشْيَاءُ، فَقُلْتُ: تَفْعَلُونَ هَذَا وَأَنْتُمْ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ؟ فَقَالُوا: إِنْ كُنْتَ تَسْمَعُ، وَإِلا فَامْضِ، فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَخَّصَ لَنَا فِي اللَّهْوِ عِنْدَ الْعُرْسِ، وَفِي الْبُكَاءِ عِنْدَ الْمَوْتِ
No. 5833:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ الطَّلْحِيُّ، ثنا الْحُسَيْنُ بْنُ جَعْفَرٍ الْقَتَّاتُ، ثنا يَحْيَى بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ.
ح وَحَدَّثَنَا أَبُو عَمْرِو بْنُ حَمْدَانَ، ثنا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، ثنا زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى بْنِ صُبَيْحٍ، قَالا: ثنا شَرِيكٌ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ، قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى قَرَظَةَ بْنِ كَعْبٍ، وَأَبِي مَسْعُودٍ الأَنْصَارِيِّ، وَثَابِتِ بْنِ زَيْدٍ، وَعِنْدَهُمْ جَوَارٍ يُغَنِّينَ، فَقُلْتُ: تَفْعَلُونَ هَذَا وَأَنْتُمْ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَهْلُ الْبَدْرِ؟ فَقَالُوا: " إِنْ كُنْتَ تَسْمَعُ فَاجْلِسْ وَإِلا فَامْضِ، فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَخَّصَ لَنَا فِي اللَّهْوِ عِنْدَ الْعُرْسِ، وَفِي الْبُكَاءِ عِنْدَ الْمَوْتِ "
وَقَالَ الْحَسَنُ فِي حَدِيثِهِ: فِي غَيْرِ نَوْحٍ رَوَاهُ زَكَرِيَّا بْنُ أَبِي زَائِدَةَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْد
[7]      Riwayatnya adalah:
أخبرنا أبو إسحاق بن الدرجي، قال: أَنْبَأَنَا أبو جعفر الصيدلاني، ومُحَمَّدُ بْنُ مَعْمَرِ بْنِ الْفَاخِرِ، فِي جَمَاعَةٍ، قَالُوا: أَخْبَرَتْنَا فَاطِمَةُ بِنْتُ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَتْ: أخبرنا أَبُو بَكْرِ بْنُ رَيْذَةَ، قال: أخبرنا أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ، قال: حدثنا أَحْمَدُ بْنُ مَسْعُودٍ الْمَقْدِسِيُّ، قال: حدثنا الْهَيْثَمُ بْنُ جَمِيلٍ، قال: حدثنا شُرَيْكٌ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ، قال: شَهَدْتُ صَنِيعًا فِيهِ أَبُو مَسْعُودٍ، وقَرْظَةُ بْنُ كَعْبٍ، وجَوَارٍ يُغَنِّينَ، فَقُلْتُ: سُبْحَانَ اللَّهِ، أَتَفْعَلُونَ هَذَا وأَنْتُمْ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وأَهْلُ بَدْرٍ، فَقَالُوا: رُخِّصَ لَنَا فِي الْغِنَاءِ فِي الْعُرْسِ والْبُكَاءِ فِي غَيْرِ نِيَاحَةٍ .
رَوَاهُ النَّسَائِيُّ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ حُجْرٍ، عَنْ شُرَيْكٍ، فَوَقَعَ لَنَا بَدَلا عَالِيًا
[8]      Riwayatnya adalah:
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، قَالَ: سَمِعْتُ عَامِرَ بْنَ سَعْدٍ الْبَجَلِيَّ، يَقُولُ: شَهِدْتُ ثَابِتَ بْنَ وَدِيعَةَ، وَقَرَظَةَ بْنَ كَعْبٍ الأَنْصَارِيَّ فِي عُرْسٍ، وَإِذَا غِنَاءٌ، فَقُلْتُ لَهُمَا فِي ذَلِكَ، فَقَالا: إِنَّهُ رُخِّصَ فِي الْغِنَاءِ فِي الْعُرْسِ، وَالْبُكَاءِ عَلَى الْمَيِّتِ فِي غَيْرِ نِيَاحَةٍ
[9]      Riwayatnya adalah:
حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ، عَنْ شُعْبَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا إِسْحَاقَ، يُحَدِّثُ عَنْ عَمْرِو بْنِ رَبِيعَةَ، أَنَّهُ قَالَ: كُنْتُ مَعَ ثَابِتِ بْنِ وَدِيعَةَ، وَقَرَظَةَ بْنِ كَعْبٍ فِي عُرْسٍ فَسَمِعْتُ صَوْتَ غِنَاءٍ، فَقُلْتُ: أَلَا تَسْمَعَانِ؟ فَقَالَ: إنَّهُ قَدْ رُخِّصَ لَنَا فِي الْغِنَاءِ عندَ الْعُرْسِ، وَالْبُكَاءِ عَلَى الْمَيِّتِ مِنْ غَيْرِ نِيَاحَةٍ
[10]     Riwayatnya adalah:
أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ صَالِحِ بْنِ هَانِئٍ، ثنا إِبْرَاهِيمُ بْنُ أَبِي طَالِبٍ. وَحَدَّثَنَا أَبُو عَلِيٍّ الْحَافِظُ، أَنْبَأَ عَلِيُّ بْنُ الْعَبَّاسِ الْبَجَلِيُّ، قَالا: ثنا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، ثنا شُعْبَةُ، سَمِعْتُ أَبَا إِسْحَاقَ يُحَدِّثُ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ، أَنَّهُ قَالَ: كُنْتُ مَعَ ثَابِتِ بْنِ وَدِيعَةَ، وَقَرَظَةَ بْنِ كَعْبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا فِي عُرْسٍ، فَسَمِعْتُ صَوْتًا، فَقُلْتُ: أَلا تَسْمَعَانِ؟ فَقَالا: إِنَّهُ رَخَّصَ فِي الْغِنَاءِ فِي الْعُرْسِ، وَالْبُكَاءِ عَلَى الْمَيِّتِ مِنْ غَيْرِ نِيَاحَةٍ
هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ، وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ، وَقَدْ رَوَاهُ شَرِيكُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ مُفَسَّرًا مُلَخَّصًا
[11]     Riwayatnya adalah:
أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ فُورَكٍ، أنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ، نا يُونُسُ بْنُ حَبِيبٍ، نا أَبُو دَاوُدَ، نا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، قَالَ: سَمِعْتُ عَامِرَ بْنَ سَعْدٍ الْبَجَلِيَّ، يَقُولُ: شَهِدْتُ ثَابِتَ بْنَ وَدِيعَةَ، وَقَرَظَةَ بْنَ كَعْبٍ الأَنْصَارِيَّ فِي عُرْسٍ وَإِذَا غِنَاءٌ، فَقُلْتُ لَهُمَا فِي ذَلِكَ، فَقَالا: إِنَّهُ قَدْ رُخِّصَ فِي الْغِنَاءِ فِي الْعُرْسِ وَالْبُكَاءِ عَلَى الْمَيِّتِ فِي غَيْرِ نِيَاحَةٍ
[12]     Riwayatnya adalah:
وَقَالَ أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ الْبَجَلِيِّ، قَالَ: شَهِدْتُ ثَابِتَ بْنَ وَدِيعَةَ، وَقَرَظَةَ بْنَ كَعْبٍ الأَنْصَارِيَّ فِي عُرْسٍ، فَإِذَا غِنَاءٌ، فَقَالَ لَهُمْ فِي ذَلِكَ، فَقَالَ: إِنَّهُ رُخِّصَ فِي الْغِنَاءِ فِي الْعُرْسِ، وَالْبُكَاءِ عَلَى الْمَيِّتِ فِي غَيْرِ نِيَاحَةٍ
[13]     Riwayatnya adalah:
وَقَالَ أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ: ثنا أَبُو قَطَنٍ، ثنا يُونُسُ بْنُ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ: دَخَلْتُ عَلَى عُقْبَةَ بْنِ عَمْرٍو، وَثَابِتِ بْنِ يَزِيدَ، وَقَرَظَةَ بْنِ كَعْبٍ، وَعِنْدَهُمْ جَوَارٍ يُغَنِّينَ وَرَيْحَانٌ، قُلْتُ: تَفْعَلُونَ هَذَا؟ ! قَالُوا: إِنَّهُ رَخَّصَ لَنَا فِي الْغِنَاءِ فِي الْعُرْسِ، وَالْبُكَاءِ عَلَى الْمَيِّتِ مِنْ غَيْرِ نَوْحٍ ".
[14]     Riwayatnya adalah:
ثنا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ جَرِيرِ بْنِ جَبَلَةَ، قَالَ: ثنا عَمْرُو بْنُ مَرْزُوقٍ، قَالَ: ثنا زُهَيْرٌ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ الْبَجَلِيُّ، قَالَ: طَلَبْتُ ثَابِتَ بْنَ قَيْسٍ وَكَانَ بَدْرِيًّا، قَالَ: فَوَجَدْتُهُ فِي عُرْسٍ لَهُ، قَالَ: وَإِذَا جَوَارٍ يُغَنِّينَ وَيَضْرِبْنَ بِالدُّفُوفِ، فَقُلْتُ: أَلا تَنْهَى عَنْ هَذَا، قَالَ: " لا، إِنَّ رَسُولَ اللَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَخَّصَ لَنَا فِي هَذَا "
[15]     Riwayatnya adalah:
أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْن عَلِيٍّ المقري، نا نصر بْن أحمد بْن النظر، نا أَبُو مُحَمَّد عَبْد اللَّهِ بْن عُبَيْد اللَّه المؤدب، ثنا الْحُسَيْن بْن إِسْمَاعِيلَ المحاملي، ثنا عُبَيْد اللَّه بْن جرير بْن جبلة، ثنا عُمَر بْن مرزوق، ثنا زهير، عَنْ أبي إسحاق، عَنْ عامر بْن سَعْد الجبلي، قَالَ: طلبت ثابت بْن سَعْد وكان بدريا فوجدته فِي عرس لَهُ، قَالَ: وإذا جوار يغنين ويضربن بالدفوف، فقلت: ألا تنهي عَنْ هَذَا؟ قَالَ: لا إن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَخَّصَ لَنَا فِي هَذَا "
[16]     Riwayatnya adalah:
حدثنا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ الضَّبِّيُّ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَجَاءَ، أنا إِسْرَائِيلُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ الْبَجَلِيِّ، قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى أَبِي مَسْعُودٍ، وَأُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، وَثَابِتِ بْنِ زَيْدٍ، وَجَوَارِي يَضْرِبْنَ بِدُفٍّ لَهُنَّ وَتُغَنِّينَ، فَقُلْتُ: أَتُقِرُّونَ بِذَا وَأَنْتُمْ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّهُ قَدْ رَخَّصَ لَنَا فِي الْعُرْسِ، وَالْبُكَاءِ عَلَى الْمَيِّتِ فِي غَيْرِ نَوْحٍ
[17]     Riwayatnya adalah:
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ الضَّبِّيُّ، بِالْبَصْرَةِ، نا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَجَاءَ، نا إِسْرَائِيلُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ الْبَجَلِيِّ، قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى أَبِي مَسْعُودٍ، وَأُبَيٍّ، وَثَابِتِ بْنِ يَزِيدَ، وَجَوَارٍ يَضْرِبْنَ بِدُفٍّ لَهُنَّ وَيُغَنِّينَ، فَقُلْتُ: تُقِرُّونَ بِهَذَا، وَأَنْتُمْ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا: إِنَّهُ رُخِّصَ لَنَا فِي الْغِنَاءِ فِي الْعُرْسِ، وَالْبُكَاءِ عَلَى الْمَيِّتِ فِي غَيْرِ نَوْحٍ
[18]     Riwayatnya adalah:
قَالَ: وَحَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، ثنا إِسْرَائِيلُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ: دَخَلْتُ عَلَى أَبِي مَسْعُودٍ، وَقَرَظَةَ بْنِ كَعْبٍ، وَيَزِيدَ بْنِ ثَابِتِ بْنِ وَدِيعَةَ، كَذَا قَالَ، فَذَكَرَهُ، وَالْمَحْفُوظُ: ثَابِتُ بْنُ يَزِيدَ بْنِ وَدِيعَةَ.
وَقَدْ أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ مِنْ طَرِيقِ شَرِيكٍ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، فَذَكَرَ أَبَا مَسْعُودٍ عُقْبَةَ بْنَ عَمْرٍو، وَقَرَظَةَ بْنَ كَعْبٍ حَسْبُ
[19]     Riwayatnya adalah:
حَدَّثَنَا حَكِيمُ بْنُ يَحْيَى الْمَتُّوثِيُّ، بِالْبَصْرَةِ، نا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ، نا عُمَرُ بْنُ عَلِيٍّ، نا أَشْعَثُ بْنُ سَوَّارٍ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ: أَنَّهُ دُعِيَ إِلَى وَلِيمَةٍ فِيهَا قَرَظَةُ بْنُ كَعْبٍ، وَثَابِتُ بْنُ وَدِيعَةَ، وَأَبُو مَسْعُودٍ، وَجَارِيَةٌ تَضْرِبُ بِالدُّفِّ، قُلْتُ: أَيُفْعَلُ هَذَا، وَأَنْتُمْ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ! قَالُوا: نَعَمْ، رَخَّصَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا تَرَى، وَفِي الْبُكَاءِ عِنْدَ الْمَوْتِ مَا لَمْ تَكُنْ نَائِحَةً "
[20]     Riwayatnya adalah:
حَدَّثَنَـا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ، قال: حدثنا لُوَيْن، قال: ثنا ابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ أَيُّوبَ بْنِ عَائِذٍ الطَّائِيِّ، عَنْ قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ، عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ، قال: دَخَلْتُ عَلَى عِدَّةٍ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّـهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُمْ مُعْتَكِفُونَ عَلَى شَرَابٍ لَـهُمْ وَعِنْدَهُمْ قُتَيْبَةُ، فَقُلْتُ: أَنْتُمُ النُّجَبَاءُ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَبُو مَسْعُودٍ الأَنْصَارِيُّ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَخَّصَ لَنَا فِي الْغِنَاءِ فِي الْعُرْسِ وَفِي النَّوْحِ فِي الْمُصِيبَةِ
[21]     Seperti jika dikatakan : ‘rakhkhasha lahu fil-amr’, maknanya : Diizinkan baginya pada perkara tersebut setelah adanya larangan terhadapnya [Lisaanul-‘Arab, hal. 1616].
[22]     Merupakan definisi yang dianggap paling bagus, yang dikemukakan oleh Al-Baidlawiy rahimahullah.
[23]     Cakupan makna ini merupakan pemutlakan makna rukhshah secara majaz, bukan hakekat [lihat : Al-Mustashfaa fii ‘Ilmil-Ushuul, 1/185 dan Ar-Ruksh Asy-Syar’iyyah hal. 138].
[24]     Diantara riwayatnya adalah:
عَنْ أَسْمَاءَ، قَالَتْ: نَحَرْنَا فَرَسًا عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَكَلْنَاهُ
Dari Asmaa’, ia berkata : “Kami pernah menyembelih kuda di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, lalu kami memakannya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5510-5512 & 5519, Muslim no. 1942, dan yang lainnya].

Comments

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum warohmatullaah..
Afwan mas mau bertanya.

Apakah Abu Mas'ud dengan Ibnu Mas'ud itu adalah orang yang sama?