1.
Kalian katakan semua kesalahan mesti ditolak dan
dibantah, siapapun ia, meski ulama besar (terlebih lagi penuntut ilmu). Kalian
keluarkan dalil-dalil plus atsar salaf yang mendukungnya. Semua orang
yang menurut kalian salah, kalian bantah. Kalian berkata kami harus menerimanya,
karena ini bentuk nasihat dan kasih sayang kalian terhadap umat. Namun,
ketika ada orang yang mengkritik Asy-Syaikh Rabii’ hafidhahullah, kalian
marahnya luar biasa. Kalian katakan Asy-Syaikh Rabii’ telah dihina, dicela, dan
direndahkan. “Daging ulama beracun !”,kata kalian[1]. Kadang caci-maki keluar ringan
dari mulut (kotor) kalian.
2.
Ketika Asy-Syaikh Rabii’ hafidhahullah dan sebagian
ulama murid beliau yang ada di belakangnya[2] mengkritik (dan menuduh/mencela)
ulama[3], kalian tersenyum dan ikut
menyebarkannya sebagai bentuk penyebaran ilmu dan penjelasan bagi umat. Atau, kalian
akan memberikan berbagai penakwilan bahwa maksud beliau (Asy-Syaikh Rabii’)
demikian dan demikian, sekiranya kalian menilai dhahir perkataan Asy-Syaikh
Rabii’ keliru. Namun ketika ada ulama yang mengkritik Asy-Syaikh Rabii’,
kalian sepi. Bahkan tak jarang kalian marah dan menganggap orang yang mengkritik
beliau sebagai pihak yang salah.[4]
3.
Kalian katakan dalam majelis-majelis kalian bahwa
perbedaan pendapat di kalangan ulama itu biasa, dan kita mesti berlapang dada
atas perbedaan yang terjadi di kalangan ulama Ahlus-Sunnah. Namun,
ketika terjadi perbedaan pendapat antara Asy-Syaikh Rabii’ (dan sebagian
murid-muridnya) dengan ulama lain dalam masalah naqdur-rijaal, hampir
selalu (atau selalu ?) yang kalian menangkan pendapatnya Asy-Syaikh Rabii’
bersamaan dengan sikap kalian yang kaku, mau menangnya sendiri, intoleran, dan mengecilkan
pendapat yang berseberangan. Pendapat yang berseberangan dengan Asy-Syaikh
Rabii’ kalian anggap tidak mu’tabar.[5]
4.
Jika ada orang mengkritik Asy-Syaikh Rabii’ hafidhahullah,
kalian keluarkan berbagai perbendaharaan tazkiyyah para ulama. Namun ketika Asy-Syaikh Rabii’ mengkritik ulama
lain, maka tazkiyyah yang ada pada diri ulama yang dikritik Asy-Syaikh
Rabii’, kalian dinihilkan. Kalian ‘larang’ orang lain berbuat serupa dengan hal yang
kalian lakukan pada diri Asy-Syaikh Rabii’.
5.
Jika ada orang yang (kalian anggap) mencela Asy-Syaikh
Rabii’, maka kalian sangat agresif lagi cekatan menampilkan fatwa ulama yang
membela beliau dari tuduhan itu. Namun, jika Asy-Syaikh Rabii’ mencela
seseorang, pembelaan atau klarifikasi dari ulama yang sama (atau berbeda)
terhadap orang tersebut tidak kalian tampilkan.
6.
Jika ada seorang ulama yang terjatuh dalam satu
kekeliruan dan kemudian dikritik dengan keras oleh Asy-Syaikh Rabii’ hafidhahullah,
kalian ikut menyerukannya, seakan-akan kalian pahlawan pembela sunnah yang
sedang diinjak-injak ahlul-bid’ah. Namun ketika Asy-Syaikh Rabii’ jatuh
pada kesalahan yang sama, kalian kembali berpantomim. Membisu.[6]
7.
Jika ada seseorang yang menjadi seteru Asy-Syaikh
Rabii’ terjatuh dalam satu kekeliruan dan kemudian dikritik oleh ulama lain, kalian
gembira, kalian sebarkan, seakan-akan menjadi penguat apa yang dikatakan oleh
Asy-Syaikh Rabii’ terhadap orang tersebut. Namun ketika Asy-Syaikh Rabii’
jatuh pada kekeliruan yang sama dan ‘kebetulan’ juga dikritik oleh ulama yang
sama (atau berbeda), kalian diamkan.[7]
8.
Kalian sangat teliti dan bahkan terkesan berusaha
mencari-cari kekeliruan ulama yang berselisih paham dengan Asy-Syaikh Rabii’.
Kesalahan yang sifatnya manusiawi menjadi sangat berharga di mata kalian untuk
kalian jadikan bahan kritikan. Namun, usaha itu sama sekali tidak pernah
kalian arahkan pada diri Asy-Syaikh Rabii’ hafidhahullah. Apakah
mencari-cari kesalahan itu haram untuk Asy-Syaikh Rabii’, namun boleh untuk
selain beliau ?.[8]
Tulisan ini hanyalah merupakan
keprihatinan saya terhadap sebagian saudara-saudara saya yang mengaku bermanhaj
salaf, namun punya kefanatikan luar biasa (maaf) pada Asy-Syaikh Rabii’ hafidhahullahu
ta’ala. Jika Anda tidak merasa, tak perlu marah….
Wallaahul-musta’aan.
[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas
permai, ciapus, ciomas, bogor – 09121434/14102013 – 02:15].
[1] Apakah
daging yang beracun itu hanyalah daging Asy-Syaikh Rabii’ saja sedangkan daging
ulama lain halal, lezat, lagi mengenyangkan ?.
[2] Asy-Syaikh ‘Ubaid
Al-Jaabiriy, Dr. Muhammad bin Hadiy Al-Madkhaliy, Dr. ‘Abdullah Al-Bukhaariy,
Dr. Ahmad Bazmuul, Usaamah Al-‘Utaibiy, dll.
a.
Asy-Syaikh ‘Abdul-Muhsin Al-‘Abbaad dianggap membela
ahlul-bid’ah.
b.
Asy-Syaikh Ibnu Jibriin dianggap sebagai Ikhwaniy
(punya kecenderungan pada manhaj kelompok Al-Ikhwaanul-Muslimuun).
c.
Asy-Syaikh Muhammad bin Mukhtar Asy-Syinqithiy
dianggap sejalan dengan hizbiyyiin dan kaum shufiy.
d.
Asy-Syaikh ‘Aliy Al-Halabiy dianggap berpemahaman irjaa’,
membela ‘aqidah wihdatul-adyaan dan jahmiyyah.
e.
Asy-Syaikh Masyhuur bin Hasan Aalus Salmaan dianggap
berpemahaman (atau condong pada pemahaman) jahmiyyah dalam masalah shifaat.
f.
Asy-Syaikh ‘Abdurrazzaaq bin ‘Abdil-Muhsin Al-‘Abbaad
dianggap sebagai orang yang tertipu Ahlul-Bida’.
g.
Asy-Syaikh Ibraahiim Ar-Ruhailiy dianggap sebagai
orang yang menyimpang.
h.
Asy-Syaikh Abu Bakr Al-Jazaairiy dianggap tidak punya ta’shil
dalam ilmu syar’iy.
i.
Asy-Syaikh ‘Abdul-Kariim Al-Khudlair dianggap sebagai quthbiy
malaibaariy.
j.
Asy-Syaikh ‘Abdullah Al-Ghunaimaan dianggap
berpemikiran takfiriy.
k.
Dan lain-lain masih banyak.
Baca artikel ini.
[4] Barangkali
mereka menganggap bahwa pujian Asy-Syaikh Al-Albaaniy rahimahullah
kepada diri Asy-Syaikh Rabii’ sebagai pemegang bendera al-jarh wat-ta’diil di
masa sekarang, mengandung konsekuensi bagi seluruh yang mengaku salafiyyuun
agar menerima perkataan Asy-Syaikh Rabii’ dalam masalah al-jarh wat-ta’diil secara
aklamasi. Penghukuman beliau ‘mesti’ betul, tak boleh dikritik.
Padahal, yang namanya manusia, siapapun orangnya,
pasti dapat salah.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa para ulama Ahlus-Sunnah
berbeda pendapat dalam penyikapan terhadap Ihyaa’ At-Turaats ini. Tapi
perselisihan ini dikesankan tidak mu’tabar dan diqiyaskan dengan
perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam masalah nikah mut’ah dan musik –
sebagaimana perbuatan salah satu oknum ustadz.
Tidak hanya itu….. Lihatlah bagaimana sikap keras
mereka dalam menyikapi perbedaan dalam masalah fiqh sekalipun, seperti masalah
foto dan video/televisi !!. Seringkali orang yang mengikuti ijtihad
ulama lain yang berbeda dengan mereka, dilabeli sebagai orang yang
bermudah-mudah/longgar (mutasaahil).
[6] Seperti
kasus Asy-Syaikh Abul-Hasan Al-Ma’ribiy yang dituduh telah menghina shahabat,
sehingga ternukil di lisan mereka menyamakan beliau dengan Raafidlah. Padahal
kedudukan permasalahannya adalah beliau keliru dalam menggunakan ta’bir
dan beliau pun kemudian rujuk dari kekeliruannya tersebut. Bahkan, beliau
bersumpah bahwa beliau sama sekali tidak bermaksud merendahkan shahabat radliyallaahu
‘anhum. Sebenarnya mereka pun tahu akan hal itu….. Mereka masih saja
menyebut-nyebut kekeliruan tersebut hingga sekarang.
Namun, ketika Asy-Syaikh Rabii’ terjatuh dalam kekeliruan yang sama, mereka tiba-tiba
menjadi ‘tidak tahu’. Diantaranya beliau – semoga Allah memafkannya –
pernah berkata :
كان عبدالله، وأبي بن كعب، وزيد بن ثابت، وابن مسعود،
وغيرهم وغير هم، من فقهاء الصحابة وعلمائهم؛ ما يصلحون للسياسة، معاوية ما هو
عالم، ويصلح أن يحكم الدنيا كلها، وأثبت جدارته وكفاءته، المغيرة بن شعبة مستعد
يلعب بالشعوب على إصبعه دهاءً، ما يدخل في مأزق؛ إلا ويخرج منه، عمرو بن العاص
أدهى منه
“’Abdullah, Ubay bin Ka’b, Zaid bin Tsaabit, Ibnu
Mas’uud, dan yang lainnya termasuk fuqahaa’ dan ulama dari kalangan
shahabat. Namun mereka tidak bagus/cakap dalam perpolitikan. Mu’aawiyyah,
ia bukan seorang yang ‘aalim namun ia cakap dalam menghukumi urusan
dunia keseluruhannya. Dan memang telah tetap kemampuan dan kecakapannya (untuk
hal tersebut). Adapun Mughiirah bin Syu’bah, dengan kecerdiakannya telah siap
untuk mempermainkan rakyat dengan jarinya. Tidaklah ia masuk dalam
kesempitan, melainkan ia dapat keluar darinya. Namun ‘Amru bin Al-‘Aash lebih
cerdik darinya...” [dari kaset beliau yang berjudul : ‘Al-‘Ilm wad-Difaa’
‘an Asy-Syaikh Jamiil, side B – melalui perantaraan kitab Ad-Difaa’ ‘an
Ahlil-Ittibaa’ karya Asy-Syaikh Abul-Hasan].
خالد يصلح للقيادة، ما يصلح للسياسة، وأحيانًا يلخبط
"Khaalid (bin Al-Waliid) cocok memegang
kepemimpinan, namun tidak cocok dalam masalah perpolitikan. Kadang-kadang ia berbuat
serampangan" [idem, side A].
Dan lainnya…..
Mereka tak pernah menyinggungnya. Kepekaan mereka akan
kesalahan orang tak berlaku dalam kasus ini.
[7] Ini seperti perbuatan
aneh mereka dalam kasus tuduhan irjaa’ kepada Asy-Syaikh ‘Aliy
Al-Halabiy. Mereka membawakan perkataan Asy-Syaikh Al-Ghudayaan yang mentahdzir
Asy-Syaikh ‘Aliy, namun menyembunyikan tahdzir dalam masalah yang sama (irjaa’)
dari Asy-Syaikh Al-Ghudayaan terhadap Asy-Syaikh Rabii’.
[8] Saya pernah
membaca satu artikel yang khusus membahas kesalahan gramatikal (bahasa Arab) dalam
perkataan-perkataan Asy-Syaikh Usaamah Al-Quushiy, yang dibuat oleh orang yang ‘sangat
mencintai’ Asy-Syaikh Rabii’. Kesalahan seperti ini sebenarnya jarang terucap
pada diri Asy-Syaikh Usaamah. Namun karena majelis dan perkataan beliau itu
banyak (sebagaimana ulama lainnya), hasil kumpulan kesalahan itu pun terkesan
banyak (karena memang dicari). Namun,…. ketika ada orang yang melakukan
hal yang sama pada diri Asy-Syaikh Rabii’ dalam hal kekeliruan beliau dalam pengucapan
ayat Al-Qur’an (baca di sini
atau di sini),
mereka diam dan memberikan udzur bahwa kekeliruan itu adalah manusiawi.
Apakah kekeliruan manusiawi ini hanya menjadi milik Asy-Syaikh
Rabii’, tidak bagi yang lain ?.
Comments
Alhamdulillah, dapat amunisi untuk serangan balik, ustadz. Syukron.
Abu ibrahim
mangstabs..
بارك الله فيك يا أستاذ
kalo untuk Syaikh Rabi' : Pujian lebih didahulukan dari kritikan yg rinci
Kalo untuk selain Syaikh Rabi' : keritikan didahulukan dari pujian
بَارَكَ اللهُ فِيْكُم
Sedih melihat kenyataan seperti ini. Mereka mengaku bermanhaj salaf namun sadar atau tidak sadar penyakit hizbiyyah ( cinta dan benci karena seseorang ) telah menjangkiti hati-hati mereka.
Mengenai standar ganda mereka,
Allah telah berfirman :
وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ﴿١﴾الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ﴿٢﴾وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ﴿٣﴾أَلَا يَظُنُّ أُولَٰئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ﴿٤﴾لِيَوْمٍ عَظِيمٍ﴿٥﴾يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. Pada suatu hari yang besar. (Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam (QS. al-Muthaffifîn/83:1-6)
-Mantan LJ-
ustadz .....
apa bener masih ada sikap seperti itu ? ana lama sekali tidak mendengar dan berusaha tidak mendengarnya.
nggak ada manfaatnya , cuma bikin sakit perut ya ...
anang dwicahyo
Jazakallohu khoir Ustadz. Semoga masukan ini dapat diterima dengan baik oleh Saudara2 kita yang disebelah sana.
#Abu Furqon#
Jazaakallohu khoir Ustadz. Semoga masukan ini dapat diterima dengan baik.
Sikap yang tepat adalah menerima kebenaran yang ada pada Syaikh Rabi' dengan hujjahnya, sekalipun pahit dirasa dan bisa jadi mengurangi penerimaan dana kita, dan menolak kesalahan yang ada pada Syaikh Rabi' dan berusaha mengingatkannya dengan adab, sekalipun kita mencintainya.
الحـمدلله...
Semoga saja dapat terbaca oleh mereka.
با رك الله فيـك يا أستاذ...
semoga mereka (J.T "jamaah tahzir)di berikan hidayah ke jalan yang benar seperti pemahaman salafusshooleh..
bismillah...ustadz ttg kalimat :
...menyikapi perbedaan dalam masalah fiqh sekalipun, seperti masalah foto dan video/ televisi !!
Bukankah masalah foto,video ini msuk kdalam pembahasan tauhid?seperti adanya bab yg membahas ttg penggambar makhluq bernyawa...?
ada juga nih stad yang membantah blog hina itu,
http://predatortukpencarialhaq.wordpress.com
Barokallahu fiyka Ustadz
Seilmiah apapun sebuah tulisan seperti ust jauza diatas, tidaklah berarti apa2 bagi mereka. Justru akan akan bernasib yg sama seperti tulisan ust firanda. Yaitu dituduh menghina/ merendahkan Syaikh Rabi. Namun tidaklah ada yg tidak mungkin bagi Alloh untuk membolak balikkan hati mereka, semoga mereka lebih ilmiah, tidak taklid, tdk bicara kasar, tdk mencerca ulama/duat yg lain, hasad, ujub menyatakan diri sbg salafi asli/sejati dll. Terus terang ana prihatin karena tahzir MLM mrk sudah menjangkit kpd ikhwan2 yg ilmunya aja masih tdk ada apa2nya. Hatinya seperti mendidih setiap melihat ikwan yg mereka sebut Salafy palsu.
Allohumusta'an... rekaman2 ini lebih ngeri lagi bagaimana ghuluwnya ustadz pembesar mereka kepada asy Syaikh robi. Shg tidak heran mad'unya juga demikian.
http://www.darul-ilmi.com/2012/12/syubhat-luqman-baabduh-dan-jawabannya-dari-fatwa-asy-syaikh-robi-yang-disembunyikan/
Posting Komentar