Tanya
:
Bolehkah berkurban dengan kambing betina ?. Jika boleh, apa hukum janin yang
ada di dalam perut jika ternyata ketika disembelih kambing itu sedang hamil ?
Jawab
:
Diperbolehkan berkurban kambing baik berjenis jantan maupun betina. Dalilnya
adalah :
عَنْ أُمِّ كُرْزٍ، قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَلَى الْغُلَامِ شَاتَانِ، وَعَلَى الْجَارِيَةِ شَاةٌ
لَا يَضُرُّكُمْ ذُكْرَانًا كُنَّ أَمْ إِنَاثًا
Dari
Ummu Kurz, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam : “Untuk anak laki-laki dua ekor kambing dan untuk anak perempuan
seekor kambing. Tidak masalah bagi kalian apakah jantan ataukah betina”
[Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 1516, Abu Daawud no. 2835, An-Nasaa’iy no.
4217-4218, dan yang lainnya; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Silsilah
Ash-Shahiihah 4/213 no.1655].
Sabda
beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam di atas berkaitan dengan ‘aqiiqah,
akan tetapi berlaku juga bagi kurban karena keduanya berdekatan. Para ulama
tidak berbeda pendapat mengenai kebolehannya, hanya saja mereka berbeda pendapat
tentang keafdlalannya. An-Nawawiy rahimahullah berkata :
يصح التضحية بالذكر وبالانثى بالاجماع وفي الافضل منهما
خلاف (الصحيح) الذي نص عليه الشافعي في البويطي وبه قطع كثيرون ان الذكر أفضل من
الانثى وللشافعي نص آخر أن الانثى افضل
“Sah
berkurban dengan hewan jantan dan betina berdasarkan ijma’. Adapun
tentang keafdlalannya terdapat perselisihan pendapat. Yang benar adalah
sebagaimana dikatakan oleh Asy-Syaafi’iy dalam riwayat Al-Buwaithiy, dan sekaligus
merupakan pendapat kebanyakan ulama, jantan lebih utama (afdlal)
daripada betina. Asy-Syaafi’iy mempunyai perkataan lain yang menyatakan betina
lebih utama” [Al-Majmuu’, 8/397].
Tentang
kasus jika ternyata dalam perut kambing betina (ketika disembelih) ada
janinnya, maka :
a.
Jika janin itu
masih hidup, maka kehalalannya adalah dengan cara menyembelihnya.
b.
Jika janin itu
telah mati, maka tetap halal karena penyembelihan terhadap induk dianggap sebagai
penyembelihan terhadap janin (yang ada dalam perutnya).
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ذَكَاةُ الْجَنِينِ ذَكَاةُ أُمِّهِ
Dari
Abu Sa’iid, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Penyembelihan
janin (cukup) dengan penyembelihan induknya” [Diriwayatkan oleh
At-Tirmidziy no. 1476; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiihul-Jaami’
no. 3431].
Dalam
lafadh lain :
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ:
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْجَنِينِ، فَقَالَ:
" كُلُوهُ إِنْ شِئْتُمْ، وَقَالَ مُسَدَّدٌ: قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ نَنْحَرُ
النَّاقَةَ، وَنَذْبَحُ الْبَقَرَةَ وَالشَّاةَ فَنَجِدُ فِي بَطْنِهَا الْجَنِينَ
أَنُلْقِيهِ أَمْ نَأْكُلُهُ؟ قَالَ: كُلُوهُ إِنْ شِئْتُمْ فَإِنَّ ذَكَاتَهُ ذَكَاةُ
أُمِّهِ
Dari
Abu Sa’iid, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam tentang janin. Beliau bersabda : “Makanlah jika engkau mau”.
Dalam
riwayat Musaddad, Abu Sa’iid berkata : Kami berkata : “Wahai Rasulullah, kami menyembelih
onta, sapi, dan kambing. Lalu kami mendapati di perutnya ada janin. Apakah janin
itu kami buang ataukah boleh kami makan ?”. Beliau bersabda : “Makanlah jika
kalian mau, karena penyembelihannya (cukup) dengan penyembelihan induknya”
[Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 2827].
At-Tirmidziy
rahimahullah berkata :
وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ
أَهْلِ الْعِلْمِ، مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَغَيْرِهِمْ،
وَهُوَ قَوْلُ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ، وَابْنِ الْمُبَارَكِ، وَالشَّافِعِيِّ، وَأَحْمَدَ،
وَإِسْحَاق
“Hadits
itu diamalkan oleh para ulama dari kalangan shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam dan selain mereka. Hal itu merupakan pendapat Sufyaan,
Ats-Tsauriy, Ibnul-Mubaarak, Asy-Syaafi’iy, Ahmad, dan Ishaaq” [Al-Jaami’
Al-Kabiir, 3/143].
Ini saja yang dapat dijawab, semoga ada
manfaatnya.
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas permai,
ciapus, ciomas, bogor – 06121434/11102013 – 21:55].
Comments
Posting Komentar