Riwayat yang
dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah :
حَدَّثَنَا طَاهِرُ بْنُ عِيسَى بْنِ قَيْرَسَ
الْمُقْرِئُ الْمِصْرِيُّ التَّمِيمِيُّ، حَدَّثَنَا أَصْبَغُ بْنُ الْفَرَجِ،
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ، عَنْ شَبِيبِ بْنِ سَعِيدٍ الْمَكِّيِّ،
عَنْ رَوْحِ بْنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ الْخَطْمِيِّ الْمَدَنِيِّ،
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ، عَنْ عَمِّهِ عُثْمَانَ بْنِ
حُنَيْفٍ، أَنَّ رَجُلا كَانَ يَخْتَلِفُ إِلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، فِي حَاجَةٍ لَهُ، فَكَانَ عُثْمَانُ لا يَلْتَفِتُ إِلَيْهِ وَلا
يَنْظُرُ فِي حَاجَتِهِ، فَلَقِيَ عُثْمَانَ بْنَ حَنِيفٍ، فَشَكَا ذَلِكَ
إِلَيْهِ، فَقَالَ لَهُ عُثْمَانُ بْنُ حَنِيفٍ " ائْتِ الْمِيضَأَةَ
فَتَوَضَّأْ، ثُمَّ ائْتِ الْمَسْجِدَ فَصَلِّ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ قُلِ:
اللَّهُمَّ، إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ إِنِّي أَتَوَجَّهُ
بِكَ إِلَى رَبِّكَ عَزَّ وَجَلَّ فَيَقْضِي لِي حَاجَتِي، وَتَذْكُرُ حَاجَتَكَ،
وَرُحْ إِلَيَّ حَتَّى أَرُوحَ مَعَكَ "، فَانْطَلَقَ الرَّجُلُ، فَصَنَعَ
مَا قَالَ لَهُ عُثْمَانُ، ثُمَّ أَتَى بَابَ عُثْمَانَ، فَجَاءَ الْبَوَّابُ
حَتَّى أَخَذَ بِيَدِهِ، فَأَدْخَلَهُ عَلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ،
فَأَجْلَسَهُ مَعَهُ عَلَى الطِّنْفِسَةِ، وَقَالَ: حَاجَتُكَ؟ فَذَكَرَ حَاجَتَهُ
فَقَضَاهَا لَهُ، ثُمَّ قَالَ لَهُ: مَا ذَكَرْتَ حَاجَتَكَ حَتَّى كَانَتْ هَذِهِ
السَّاعَةُ، وَقَالَ: مَا كَانَتْ لَكَ مِنْ حَاجَةٍ فَأْتِنَا، ثُمَّ إِنَّ
الرَّجُلَ خَرَجَ مِنْ عِنْدِهِ، فَلَقِيَ عُثْمَانَ بْنَ حُنَيْفٍ، فَقَالَ لَهُ:
جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا، مَا كَانَ يَنْظُرُ فِي حَاجَتِي، وَلا يَلْتَفِتُ
إِلَيَّ حَتَّى كَلَّمْتَهُ فِي، فَقَالَ عُثْمَانُ بْنُ حُنَيْفٍ: وَاللَّهِ، مَا
كَلَّمْتُهُ وَلَكِنْ شَهِدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَأَتَاهُ ضَرِيرٌ، فَشَكَا عَلَيْهِ ذَهَابَ بَصَرِهِ، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ: أَفَتَصْبِرُ؟، فَقَالَ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، إِنَّهُ لَيْسَ لِي قَائِدٌ، وَقَدْ شَقَّ عَلَيَّ، فَقَالَ لَهُ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ائْتِ الْمِيضَأَةَ، فَتَوَضَّأْ،
ثُمَّ صَلِّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ ادْعُ بِهَذِهِ الدَّعَوَاتِ، قَالَ عُثْمَانُ:
فَوَاللَّهِ مَا تَفَرَّقْنَا وَطَالَ بِنَا الْحَدِيثُ، حَتَّى دَخَلَ عَلَيْنَا
الرَّجُلُ كَأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ بِهِ ضَرَرٌ قَطُّ "
Telah
menceritakan kepada kami Thaahir bin ‘Iisaa bin Qairas Al-Muqri’ Al-Mishriy
At-Tamiimiy : Telah menceritakan kepada kami Ashbagh bin Al-Faraj : Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Wahb, dari Syabiib bin Sa’iid Al-Makkiy,
dari Rauh bin Al-Qaasim, dari Abu Ja’far Al-Khathmiy Al-Madaniy, dari Abu
Umaamah bin Sahl bin Hunaif, dari pamannya (yaitu) ‘Utsmaan bin Hunaif : Bahwasannya ada seorang laki-laki berkali-kali datang kepada
‘Utsman bin ‘Affaan radliyallaahu ‘anhu untuk suatu keperluan, akan
tetapi Utsman tidak menanggapinya dan tidak memperhatikan keperluannya.
Kemudian orang tersebut menemui ‘Utsmaan bin Hunaif dan mengeluhkan hal itu.
Maka ‘Utsmaan bin Hunaif berkata : “Pergilah ke tempat wudlu dan berwudlulah,
kemudian masuklah ke masjid mengerjakan shalat dua raka’at, lalu berdoalah :
‘Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan Nabi kami,
Nabi pembawa rahmat. Ya Muhammad, aku menghadap denganmu kepada Rabbmu ‘azza
wa jalla agar memenuhi keperluanku’. Kemudian sebutkanlah hajat atau
keperluanmu, berangkatlah dan aku dapat pergi bersamamu”. Maka orang itu pun
pergi dan melakukan apa yang dikatakan ‘Utsmaan (bin Hunaif). Setelah itu, ia
datang menghadap ‘Utsmaan. Ketika sampai di pintu ‘Utsmaan, penjaga pintu ‘Utsmaan
memegang tangannya dan membawanya masuk kepada ‘Utsmaan bin ‘Affaan. Ia
dipersilakan duduk di samping ‘Utsmaan. ‘Utsmaan berkata : “Apa keperluanmu”. Lalu
ia menyebutkan keperluannya dan ‘Utsmaan segera memenuhinya. ‘Utsmaan berkata :
“Aku tidak ingat engkau menyebutkan keperluanmu sampai saat ini”. Lalu ‘Utsmaan
berkata : “Kapan saja engkau memiliki keperluan, segera sampaikan”. Kemudian
orang tersebut pergi meninggalkan tempat itu dan menemui ‘Utsmaan bin Hunaif. Ia
berkata : “Semoga Allah ta'ala membalas kebaikanmu. Ia awalnya tidak
memperhatikan keperluanku dan tidak mempedulikan kedatanganku sampai engkau
berbicara kepadanya tentangku”. ‘Utsmaan bin Hunaif berkata : “Demi
Allah, aku tidak berbicara kepadanya. Hanya saja aku pernah menyaksikan seorang
buta menemui Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengeluhkan
kehilangan penglihatannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :
‘Bersabarlah’. Ia berkata : ‘Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki
penuntun yang dapat membantuku dan itu sungguh sangat menyulitkanku’. Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam berkata : ‘Pergilah ke tempat wudlu, lalu berwudlulah.
Setelah itu, shalatlah dua rakaat, lalu berdoalah’ - yaitu doa ini”. ‘Utsmaan
bin Hunaif berkata : “Demi Allah, kami tidaklah berpisah dan berbicara lama hingga
ia datang kepada kami dalam keadaan seolah-olah ia tidak pernah kehilangan
penglihatan sebelumnya” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraaniy dalam Ash-Shaghiir
(Ar-Raudlud-Daaniy) 1/306-307 no. 508 & dalam Al-Kabiir 9/17-18
no. 8311 & dalam Ad-Du’aa’ hal. 1287-1289 no. 1050 – dan darinya Ibnu
‘Asaakir dalam At-Taariikh 58/375 dan Dliyaauddiin Al-Maqdisiy dalam Al-‘Uddah
no. 29].
Diriwayatkan
juga oleh Abu Nu’aim dalam Ma’rifatush-Shahaabah no. 4946 : Telah
menceritakan kepada kami Abu ‘Amru : Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan :
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin ‘Iisaa : Telah menceritakan kepada
kami Ibnu Wahb,... dan seterusnya seperti hadits di atas.
Riwayat
Ibnu Wahb dari Syabiib adalah munkar sebagaimana dikatakan Ibnu ‘Adiy
dalam Al-Kaamil [5/47 no. 891].
Ibnu
Wahb mempunyai mutaba’ah dari :
1.
Ismaa’iil bin
Syabiib sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy[1]
dalam Dalaailun-Nubuwwah 6/167-168.
Riwayat ini lemah
karena Ismaa’iil bin Syabiib tidak ditemukan biografinya di kitab-kitab rijaal.
Akan tetapi ada kemungkinan penyebutan Ismaa’iil ini keliru, dan yang benar
adalah Ahmad bin Syabiib, karena perawi yang meriwayatkan darinya adalah Abu
‘Aruubah, dari ‘Abbaas bin Al-Faraj – sama seperti riwayat yang dibawakan
Ibnus-Sunniy di bawah.
2.
Ahmad bin Syabiib
sebagaimana diriwayatkan oleh ‘Abdul-Ghaniy Al-Maqdisiy[2]
dalam At-Targhiib fid-Du’aa’ no. 61.
Dhahir riwayat ini
shahih, akan tetapi terdapat perselisihan.
Diriwayatkan oleh
Ibnus-Sunniy[3]
dalam ‘Amalul-Yaum wal-Lailah hal. 296 no. 628 : Telah mengkhabarkan
kepadaku Abu ‘Aruubah : Telah menceritakan kepada kami Al-‘Abbaas bin Farah[4]
Ar-Riyaasyiy dan Al-Husain bin Yahyaa Ats-Tsauriy, mereka berdua berkata :
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Syabiib bin Sa’iid, ia berkata : Telah
menceritakan kepada kami ayahku (Syabiib)..... dst. dengan hanya menyebutkan
riwayat marfuu’ tanpa riwayat mauquuf di atas (yang
berwarna biru).
Riwayat ini shahih.
Sebagaimana
disinggung sebelumnya, sanad riwayat ini sama dengan sanad yang dibawakan Al-Baihaqiy
dalam Dalaailun-Nubuwwah 6/167-168.
Diriwayatkan juga
oleh Al-Haakim[5]
dalam Al-Mustadrak 1/526 dan darinya Al-Baihaqiy[6]
dalam Ad-Dalaail 6/167 : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Muhammad
‘Abdul-‘Aziiz bin ‘Abdirrahmaan bin Sahl Ad-Dabbaas di Makkah dari ashl kitabnya
: Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Abdillah Muhammad bin ‘Aliy bin Zaid
Ash-Shaaigh : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Syabiib bin Sa’iid
Al-Habathiy : Telah menceritakan kepadaku ayahku.....dst. tanpa menyebutkan
riwayat mauquuf.
Sanadnya lemah,
karena Abu Muhammad ‘Abdul-‘Aziiz bin ‘Abdirrahmaan bin Sahl Ad-Dabbaas seorang
yang majhuul.
Selain
itu, Syabiib dalam periwayatan marfuu’ tanpa mauquuf mempunyai
mutaba’ah dari ‘Aun bin ‘Umaarah Al-Bashriy sebagaimana diriwayatkan oleh
Al-Haakim[7]
dalam Al-Mustadrak 1/526 dan Ibnu Hibbaan dalam Al-Majruuhiin 2/197.
Sanadnya
lemah, karena ‘Aun bin ‘Umaarah Al-Bashriy. Meskipun begitu, haditsnya tetap
ditulis dan bisa dijadikan penguat. Apalagi riwayat ‘Aun ini mencocoki jalur periwayatan lain yang
shahih dari ‘Utsmaan bin Hunaif yang akan disebutkan di akhir.
Oleh karenanya dapat dipahami
bahwa ziyaadah riwayat mauquuf ini berasal dari Syabiib. Kadang Ahmad bin Syabiib meriwayatkan darinya dengan
tambahan, kadang tanpa tambahan.
‘Aliy
bin Al-Madiiniy rahimahullah berkata :
شبيب بن سعيد بصري ثقة كان من أصحاب يونس كان يختلف في
تجارة الى مصر وكتابه كتاب صحيح قال علي وقد كتبها عن ابنه أحمد بن شبيب
“Syabiib
bin Sa’iid, orang Bashrah. Tsiqah. Ia termasuk ashhaab Yuunus (bin
Yaziid Al-Ailiy). Ia bolak-balik berdagang ke Mesir. Kitabnya adalah kitab yang shahiih.
Aku telah menulisnya dari anaknya yang bernama Ahmad bin Syabiib” [Al-Kaamil,
5/47].
Ibnu
‘Adiy rahimahullah berkata :
ولشبيب بن سعيد نسخة الزهري عنده عن يونس عن الزهري وهي
أحاديث مستقيمة وحدث عنه بن وهب بأحاديث مناكير ...... وكان شبيب إذا روى عنه ابنه
أحمد بن شبيب نسخة يونس عن الزهري إذ هي أحاديث مستقيمة ليس هو شبيب بن سعيد الذي
يحدث عنه بن وهب بالمناكير الذي يرويها عنه ولعل شبيب بمصر في تجارته إليها كتب
عنه بن وهب من حفظه فيغلط ويهم وأرجو ان لا يتعمد شبيب هذا الكذب
“Syabiib
bin Sa’iid mempunyai
catatan riwayat/hadits Az-Zuhriy yang berasal dari Yuunus, dari Az-Zuhriy. Hadits-hadits
dalam catatan tersebut
lurus (shahih). Dan telah menceritakan darinya Ibnu Wahb berupa hadits-hadits munkar......
Apabila anaknya yang bernama Ahmad bin Syabiib meriwayatkan darinya (Syabiib) catatan
riwayat Yuunus dari Az-Zuhriy, maka hadits-hadits tersebut lurus. Riwayat itu
bukanlah (seperti) riwayat Syaabiib bin Sa’iid yang telah meriwayatkan darinya
Ibnu Wahb, berupa hadits-hadits munkar. Dan kemungkinan Syabiib ketika di
Mesir dalam aktifitas dagangnya di sana, Ibnu Wahb menulis riwayat Syabiib dari
hapalannya[8]
sehingga ia (Syabiib) mengalami kekeliruan dan keraguan. Dan aku berharap
Syabiib tidak menyengaja kedustaan ini” [idem, 5/49].
Adz-Dzahabiy
rahimahullah membuat kesimpulan dari perkataan Ibnu ‘Adiy sebagai
berikut :
كان شبيب لعله يغلط ويهم إذا حدث من حفظه، وأرجو أنه لا
يتعمد. فإذا حدث عنه ابنه أحمد بأحاديث يونس، فكأنه شبيب آخر - يعنى يجود
“Ibnu
‘Adiy berkata : ‘Kemungkinan
Syabiib mengalami kekeliruan dan keraguan apabila meriwayatkan dari hapalannya,
dan aku harap ia tidak menyengajanya. Apabila yang meriwayatkan darinya adalah
anaknya yang bernama Ahmad, yaitu berupa hadits-hadits Yuunus, maka sepertinya
ia Syabiib yang lain – yaitu membuatnya baik” [Miizaanul-I’tidaal, 2/262
no. 3658. Lihat juga Syarh ‘Ilal At-Tirmidziy oleh Ibnu Rajab, 2/763].
Ibnu Hajar rahimahullah berkata
saat membantah orang-orang yang mengkritik perawi dalam Shahiih Al-Bukhaariy
dengan menggunakan perincian Ibnu ‘Adiy di atas :
وروى عنه بن وهب أحاديث مناكير فكأنه لما قدم مصر حدث من
حفظه فغلط وإذا حدث عنه ابنه أحمد فكأنه شبيب آخر لأنه يجود عنه قلت أخرج البخاري
من رواية ابنه عن يونس أحاديث ولم يخرج من روايته عن غير يونس ولا من رواية بن وهب
عنه شيئا
“Dan telah meriwayatkan darinya
Ibnu Wahb berupa hadits-hadits munkar. Dan sepertinya ketika ia tiba di
Mesir, ia meriwayatkan berdasarkan hapalannya, lalu mengalami kekeliruan. Dan
apabila yang meriwayatkan darinya adalah anaknya yang bernama Ahmad, maka
seakan-akan ia adalah Syabiib yang lain, karena membuatnya baik. Aku (Ibnu
Hajar) berkata : Al-Bukhaariy meriwayatkan hadits-hadits yang berasal dari
anaknya, dari Yuunus. Al-Bukhaariy tidak meriwayatkan hadits-haditsnya
(Syabiib) yang berasal dari selain Yuunus. Tidak pula dari riwayat Ibnu Wahb
darinya sedikitpun” [Hadyus-Saariy, hal. 409].[9]
Dari
perincian penjelasan di atas,
dapat kita ketahui bahwa riwayat Syabiib itu shahih jika
berasal dari kitab/catatannya -
dan
catatannya itu,
sebagaimana dijelaskan para ulama,
berupa
catatan riwayat Yuunus bin Yaziid Al-Ailiy - ; yang berasal dari periwayatan anaknya (Ahmad bin
Syabiib) darinya.
Atau dapat diringkas : Syabiib tsiqah
dan riwayatnya shahih jika :
a.
Diriwayatkan oleh anaknya yang bernama Ahmad, dari
Syabiib.
b.
Riwayatnya itu berasal dari Yuunus bin Yaziid, karena
ia (Syabiib) meriwayatkan dari Yunus dengan perantaraan kitab (bukan dengan
hapalan).[10]
Dikarenakan ziyaadah riwayat mauquf
tersebut tidak memenuhi dua persyaratan ini, maka statusnya adalah lemah,
bahkan munkar.
Ziyaadah ini termasuk bagian
riwayat-riwayat ghariib yang dimiliki oleh Syabiib,[11]
yang berasal dari hapalannya, bukan dari catatannya.
Yang shahih
adalah riwayat yang hanya menyebutkan riwayat marfuu’ saja. Dan itu
mencocoki jalur periwayatan shahih lain dari ‘Utsmaan bin Hunaif, di antaranya :
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ
بْنُ عُمَرَ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ خُزَيْمَةَ
بْنِ ثَابِتٍ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حُنَيْفٍ، أَنَّ رَجُلًا ضَرِيرَ الْبَصَرِ أَتَى
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَنِي،
قَالَ: " إِنْ شِئْتَ دَعَوْتُ وَإِنْ شِئْتَ صَبَرْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ
"، قَالَ: فَادْعُهْ، قَالَ: فَأَمَرَهُ أَنْ يَتَوَضَّأَ فَيُحْسِنَ وُضُوءَهُ
وَيَدْعُوَ بِهَذَا الدُّعَاءِ: " اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ
إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ، مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، إِنِّي تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى
رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ لِتُقْضَى لِيَ، اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ ".
Telah
menceritakan kepada kami Mahmuud bin Ghailaan : Telah menceritakan kepada kami ‘Utsmaan
bin ‘Umar : Telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Abu Ja’far, dari ‘Umaarah
bin Khuzaimah bin Tsaabit, dari ‘Utsmaan bin Hunaif : Bahwasannya ada seorang
laki-laki buta mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wa salam, lalu
berkata : “Berdoalah kepada Allah agar menyembuhkanku”. Beliau shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila engkau berkehendak, maka
bersabarlah, dan itu lebih baik untukmu”. Ia berkata : “Berdoalah”. Lalu
beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya berwudlu dan
membaguskan wudlunya, lalu berdoa dengan doa ini : “Ya Allah, sesungguhnya
aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan perantaraan nabi-Mu,
Muhammad, nabi rahmat. Sesungguhnya aku menghadap denganmu menghadap
Rabbku untuk hajatku ini agar dapat terpenuhi. Ya Allah, berikanlah syafa’at
kepadanya untukku” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3578, dan ia berkata
: “Hadits hasan shahih ghariib”].
Makna ‘dengan
perantaraan nabi-Mu’ dalam doa orang buta tersebut adalah bertawassul
dengan perantaraan doa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Hal
itu ditunjukkan dengan kalimat sebelumnya bahwa orang buta tersebut meminta
kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam agar mendoakan kesembuhannya,
sehingga di akhir doa disebutkan : ‘Ya Allah, berikanlah syafa’at kepadanya
untukku’ – yaitu permohonan agar doanya tersebut dikabulkan.
Itu saja yang
dapat dituliskan, semoga ada manfaatnya.
Wallaahu a’lam
bish-shawwaab.
[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas permai,
ciapus, ciomas, bogor – 06121434/12102013
– 13:20].
[1] Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا أَبُو
سَعِيدٍ عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ أَبِي عُثْمَانَ الزَّاهِدُ رَحِمَهُ اللَّهُ،
أَنْبَأَنَا الإِمَامُ أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدَ بْنَ عَلِيِّ بْنِ إِسْمَاعِيلَ
الشَّاشِيُّ الْقَفَّالُ، قَالَ: أَنْبَأَنَا أَبُو عَرُوبَةَ، حَدَّثَنَا
الْعَبَّاسُ بْنُ الْفَرَجِ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ شَبِيبٍ،
حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ رَوْحِ بْنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ
الْمَدِينِيِّ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ، أَنَّ رَجُلا كَانَ يَخْتَلِفُ إِلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فِي حَاجَتِهِ، وَكَانَ عُثْمَانُ لا يَلْتَفِتُ إِلَيْهِ
وَلا يَنْظُرُ فِي حَاجَتِهِ، فَلَقِيَ عُثْمَانَ بْنَ حُنَيْفٍ فَشَكَى إِلَيْهِ
ذَلِكَ، فَقَالَ لَهُ عُثْمَانُ بْنُ حُنَيْفٍ: ائْتِ الْمِيضَأَةَ فَتَوَضَّأْ،
ثُمَّ ائْتِ الْمَسْجِدَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ قُلِ: اللَّهُمَّ إِنِّي
أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى رَبِّي
فَتَقْضِي لِي حَاجَتِي، وَاذْكُرْ حَاجَتَكَ، ثُمَّ رُحْ حَتَّى أَرْفَعَ،
فَانْطَلَقَ الرَّجُلُ وَصَنَعَ ذَلِكَ، ثُمَّ أَتَى بَابَ عُثْمَانَ بْنَ
عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَجَاءَ الْبَوَّابُ، فَأَخَذَ بِيَدِهِ
فَأَدْخَلَهُ عَلَى عُثْمَانَ، فَأَجْلَسَهُ مَعَهُ عَلَى الطِّنْفِسَةِ، فَقَالَ:
انْظُرْ مَا كَانَتْ لَكَ مِنْ حَاجَةٍ، ثُمَّ إِنَّ الرَّجُلَ خَرَجَ مِنْ
عِنْدِهِ فَلَقِيَ عُثْمَانَ بْنَ حُنَيْفٍ، فَقَالَ لَهُ: جَزَاكَ اللَّهُ
خَيْرًا مَا كَانَ يَنْظُرُ فِي حَاجَتِي وَلا يَلْتَفِتُ إِلَيَّ حَتَّى
كَلَّمْتُهُ، فَقَالَ عُثْمَانُ بْنُ حُنَيْفٍ: مَا كَلَّمْتُهُ وَلَكِنِّي
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَاءَهُ ضَرِيرٌ
فَشَكَى إِلَيْهِ ذَهَابَ بَصَرِهِ، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: " أَوَتَصْبِرُ؟ "، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَيْسَ
لِي قَائِدٌ، وَقَدْ شَقَّ عَلَيَّ، فَقَالَ: ائْتِ الْمِيضَأَةَ فَتَوَضَّأْ،
وَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ قُلِ: " اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ
وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي
أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى رَبِّي فَيُجَلِّي لِي عَنْ بَصَرِي، اللَّهُمَّ شَفِّعْهُ
فِيَّ وَشَفِّعْنِي فِي نَفْسِي "، قَالَ عُثْمَانُ: فَوَاللَّهِ مَا
تَفَرَّقْنَا طَالَ بِنَا الْحَدِيثُ حَتَّى دَخَلَ الرَّجُلُ كَأَنْ لَمْ يَكُنْ
بِهِ ضَرَرٌ، وَقَدْ رَوَاهُ أَحْمَدُ بْنُ شَبِيبٍ، عَنْ سَعِيدٍ، عَنْ أَبِيهِ
أَيْضًا بِطُولِهِ، أَخْبَرَنَا أَبُو عَلِيٍّ الْحَسَنُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ
إِبْرَاهِيمَ بْنِ شَاذَانَ، أَنْبَأَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ
دُرُسْتَوَيْهِ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ سُفْيَانَ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ
شَبِيبِ بْنِ سَعِيدٍ، فَذَكَرَهُ بِطُولِهِ، وَهَذِهِ زِيَادَةٌ أَلْحَقْتُهَا
بِهِ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ سَنَةَ أَرْبَعٍ وَأَرْبَعِينَ، وَرَوَاهُ أَيْضًا
هِشَامٌ الدَّسْتُوَائِيُّ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ
سَهْلٍ، عَنْ عَمِّهِ وَهُوَ عُثْمَانُ بْنُ حُنَيْفٍ
[2] Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ عَبْدِ الْبَاقِي بْنِ أَحْمَدَ بْنِ سَلْمَانَ، أَنْبَأَنَا ابْنُ
خَيْرُونٍ، أَنْبَأَنَا ابْنُ شَاذَانَ، أَنْبَأَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ دُرُسْتُوَيْهِ النَّحْوِيُّ، أَنْبَأَنَا أَبُو يُوسُفَ
يَعْقُوبُ بْنُ سُفْيَانَ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ شَبِيبِ بْنِ سَعِيدٍ،
حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ رَوْحِ بْنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ
الْمَدِينِيِّ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ جَنِيفٍ، عَنْ عَمِّهِ
عُثْمَانَ بْنِ حَنِيفٍ، أَنَّ رَجُلا كَانَ يَخْتَلِفُ
إِلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رَحِمَهُ اللَّهُ فِي حَاجَةٍ، فَكَانَ عُثْمَانُ
لا يَلْتَفِتُ إِلَيْهِ، ولا يَنْظُرُ إِلَيْهِ فِي حَاجَتِهِ، فَلَقِيَ عُثْمَانَ
بْنَ حَنِيفٍ، فَشَكَا ذَلِكَ إِلَيْهِ، فَقَالَ لَهُ عُثْمَانُ بْنُ حَنِيفٍ: ائْتِ
الْمَيْضَأَةَ، فَتَوَضَّأْ، ثُمَّ ائْتِ الْمَسْجِدَ، وَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ،
ثُمَّ قُلْ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّي
مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى
رَبِّي، وَيَقْضِي حَاجَتِي، وَاذْكُرْ حَاجَتَكَ؟ ثُمَّ ارْجِعْ حَتَّى أَرُوحَ،
فَانْطَلَقَ الرَّجُلُ، فَصَنَعَ ذَلِكَ، ثُمَّ أَتَى بَابَ عُثْمَانَ بْنِ
عَفَّانَ، فَجَاءَ الْبَوَّابُ، فَأَخَذَ بِيَدِهِ، فَأَدْخَلَهُ عَلَى عُثْمَانَ،
فَأَجْلَسَهُ مَعَهُ عَلَى الطُّنْفُسَةِ، فَقَالَ لَهُ: حَاجَتَكَ، فَذَكَرَ لَهُ
حَاجَتَهُ، فَقَضَاهَا.فَقَالَ: مَا فَهِمْتُ حَاجَتَكَ حَتَّى كَانَ السَّاعَةُ،
أَنْظُرُ مَا كَانَتْ لَكَ مِنْ حَاجَةٍ، ثُمَّ إِنَّ الرَّجُلَ خَرَجَ مِنْ
عِنْدِهِ، فَلَقِيَ عُثْمَانَ بْنَ حَنِيفٍ، فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ: مَا
كَلَّمْتُهُ، ولِكَنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَجَاءَ إِلَيْهِ ضَرِيرٌ فَشَكَا إِلَيْهِ ذِهَابَ بَصَرِهِ، فَقَالَ لَهُ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَوَ تَصْبِرُ؟ "
فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّهُ لَيْسَ لِي قَائِدٌ وَقَدْ شَقَّ
عَلَيَّ.فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " ائْتِ
المَيْضَأَةَ، فَتَوَضَّأْ وَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ قَالَ: اللَّهُمَّ إِنِّي
أَسْأَلُكَ، وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّي مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ،
يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى رَبِّي، اللَّهُمَّ شَفِّعْهُ
فِيَّ، وشَفِّعْنِي فِي نَفْسِي "، قَالَ عُثْمَانُ بْنُ حَنِيفٍ: واللَّهِ
مَا تَفَرَّقْنَا وَطَالَ بِنَا الْحَدِيثُ، حَتَّى دَخَلَ عَلَيْنَا الرَّجُلُ
كَأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ بِهِ ضُرٌّ قَطُّ
[3] Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنِي أَبُو
عَرُوبَةَ، حَدَّثَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ فَرَجٍ الرِّيَاشِيُّ، وَالْحُسَيْنُ بْنُ
يَحْيَى الثَّوْرِيُّ، قَالا: ثنا أَحْمَدُ بْنُ شَبِيبِ بْنِ سَعِيدٍ، قَالَ:
ثنـا أَبِي، عَنْ رَوْحِ بْنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ الْمَدَنِيِّ
وَهُوَ الْخَطْمِيُّ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ، عَنْ
عَمِّهِ عُثْمَانَ بْنِ حُنَيْفٍ رَضِيَ اللَّـهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَاءَ إِلَيْهِ رَجُلٌ ضَرِيرٌ،
فَشَكَا إِلَيْهِ ذَهَابَ بَصَرِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: " أَلا تَصْبِرُ "؟ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَيْسَ لِي
قَائِدٌ، وَقَدْ شَقَّ عَلَيَّ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
" ايتِ الْمِيضَاةَ فَتَوَضَّأْ، وَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ قُلِ:
اللَّـهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ، وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا نَبِيَّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي
أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ فَتُجْلِي عَنْ بَصَرِي، اللَّهُمَّ
شَفِّعْهُ فِيَّ وَشَفِّعْنِي فِي نَفْسِي " قَالَ عُثْمَانُ: وَمَا
تَفَرَّقْنَا، وَلا طَالَ بِنَا الْحَدِيثُ حَتَّى دَخَلَ الرَّجُلُ كَأَنَّهُ
لَمْ يَكُنْ ضَرِيرًا قَطُّ
[4] Yang benar : ‘Abbaas bin Al-Faraj Ar-Riyaasyiy, Abul-Fadhl
Al-Bashriy An-Nahwiy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-11
dan wafat tahun 257 H. Dipakai oleh Abu Daawud [Tahdziibul-Kamaal 14/234-238
no. 3133 dan Taqriibut-Tahdziib hal. 487 no. 3198].
[5] Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا أَبُو
مُحَمَّدٍ عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَهْلٍ الدَّبَّاسُ،
بِمَكَّةَ مِنْ أَصْلِ كِتَابِهِ، ثنا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ
عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ الصَّائِغُ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ شَبِيبِ بْنِ سَعِيدٍ
الْحَبَطِيُّ، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ رَوْحِ بْنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي
جَعْفَرٍ الْمَدَنِيِّ وَهُوَ الْخَطْمِيُّ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ
بْنِ حُنَيْفٍ، عَنْ عَمِّهِ عُثْمَانَ بْنِ حُنَيْفٍ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَاءَهُ رَجُلٌ ضَرِيرٌ، فَشَكَا
إِلَيْهِ ذَهَابَ بَصَرِهِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَيْسَ لِي قَائِدٌ،
وَقَدْ شَقَّ عَلَيَّ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
" ائْتِ الْمِيضَأَةَ فَتَوَضَّأْ، ثُمَّ صَلِّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ قُلِ:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ، وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ إِنِّي أَتَوَجَّهُ
بِكَ إِلَى رَبِّكَ فَيُجَلِّي لِي عَنْ بَصَرِي، اللَّهُمَّ شَفِّعْهُ فِيَّ،
وَشَفِّعْنِي فِي نَفْسِي "، قَالَ عُثْمَانُ: فَوَاللَّهِ مَا تَفَرَّقْنَا،
وَلا طَالَ بِنَا الْحَدِيثُ حَتَّى دَخَلَ الرَّجُلُ وَكَأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ
بِهِ ضُرٌّ قَطُّ.
[6] Riwayatnya adalah :
وَأَخْبَرَنَا أَبُو
عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، أَنْبَأَنَا أَبُو مُحَمَّدِ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ
بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الرَّيَالِيُّ بِمَكَّةَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
عَلِيِّ بْنِ يَزَيْدٍ الصَّائِغُ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ شَبِيبِ بْنِ سَعِيدٍ
الْحَبَطِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ رَوْحِ بْنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي
جَعْفَرٍ الْمَدِينِيِّ وَهُوَ الْخَطْمِيُّ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ
بْنِ حُنَيْفٍ، عَنْ عَمِّهِ عُثْمَانَ بْنِ حُنَيْفٍ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَاءَهُ رَجُلٌ ضَرِيرٌ فَشَكَا
إِلَيْهِ ذَهَابَ بَصَرِهِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَيْسَ لِي قَائِدٌ
وَقَدْ شَقَّ عَلَيَّ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
" ائْتِ الْمِيضَأَةَ فَتَوَضَّأْ، ثُمَّ صَلِّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ قُلْ:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ ! إِنِّي
أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى رَبِّي فَيُجَلِّي لِي بَصَرِي، اللَّهُمَّ شَفِّعْهُ
فِيَّ وَشَفِّعْنِي فِي نَفْسِي "، قَالَ عُثْمَانُ: فَوَاللَّهِ مَا
تَفَرَّقْنَا وَلا طَالَ الْحَدِيثُ حَتَّى دَخَلَ الرَّجُلُ وَكَأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ
بِهِ ضُرٌّ قَطُّ "
[7] Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا حَمْزَةُ
بْنُ الْعَبَّاسِ الْعَقَبِيُّ بِبَغْدَادَ، ثنا الْعَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ
الدُّورِيُّ، ثنا عَوْنُ بْنُ عُمَارَةَ الْبَصْرِيُّ، ثنا رَوْحُ بْنُ
الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ الْخَطْمِيِّ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ
بْنِ حُنَيْفٍ، عَنْ عَمِّهِ عُثْمَانَ بْنِ حُنَيْفٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
أَنَّ رَجُلا ضَرِيرَ الْبَصَرِ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، عَلِّمْنِي دُعَاءً أَدْعُو بِهِ يَرُدُّ اللَّهُ
عَلَيَّ بَصَرِي، فَقَالَ لَهُ: " قُلِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ،
وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ إِنِّي
قَدْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي، اللَّهُمَّ شَفِّعْهُ فِيَّ، وَشَفِّعْنِي
فِي نَفْسِي "، فَدَعَا بِهَذَا الدُّعَاءِ فَقَامَ وَقَدْ أَبْصَرَ.
[8] Bukan dari kitabnya.
Syabiib bin Sa’iid At-Tamiimiy Al-Habathiy,
Abu Sa’iid Al-Bashriy (شبيب بن
سعيد التميمي الحبطي ، أبو سعيد البصري); tidak mengapa dengan haditsnya yang berasal dari
riwayat anaknya, Ahmad, darinya; bukan yang berasal dari riwayat Ibnu Wahb. Termasuk
thabaqah ke-8 dan wafat tahun 186 H di bashrah. Dipakai oleh
Al-Bukhaariy, Abu Daawud dalam An-Naasikh wal-Mansuukh, dan An-Nasaa’iy
[Taqriibut-tahdziib, hal. 430 no. 2754].
[10] Oleh karena
itu, perkataan tautsiq/ta’diil yang umum dari para ulama mesti dibawa
pada perincian di atas. Berikut komentar para ulama naqd tentangnya :
Abu Haatim Ar-Raaziy berkata : “Syabiib mempunyai
kitab-kitab Yuunus bin Yaziid. Ia seorang yang shaalihul-hadiits, tidak
mengapa dengannya”. Abu Zur’ah Ar-Raaziy berkata : “Syabiib bin Sa’iid, tidak
mengapa dengannya. Orang Bashrah. Ibnu Wahb menulis darinya di Mesir” [Al-Jarh
wat-Ta’diil, 4/359 no. 1572]. Ath-Thabaraaniy berkata : “Tsiqah” [Ash-Shaghiir (Ar-Raudlud-Daaniy)
1/307 no. 508]. An-Nasaa’iy
berkata : “Tidak mengapa dengannya”. Ad-Daaraquthniy berkata : “Tsiqah”
[Mausuu’ah Aqwaal Ad-Daaraquthniy, hal. 315 no. 1609]. Al-Haakim berkata
: “Tsiqah lagi ma’muun” [Al-Mustadrak, 1/526]. Ibnu
Basykawaal berkata : “Ia mempunyai riwayat-riwayat munkar yang mesti
dibuang. Ia adalah salah satu dari tiga orang yang digugurkan (riwayatnya) oleh
Al-Haarits bin Miskiin” [Rijaal Ibni Wahb, lembar ke-65].
Adz-Dzahabiy berkata : “Shaduuq” [Al-Kaasyif, 1/479 no.
2235]. “Shaduuq, yughrib (sering meriwayatkan hadits-hadits ghariib)”
[Miizaanul-I’tidaal, 2/262 no. 3658]. “Tsiqah lahu gharaaib
(mempunyai riwayat-riwayat ghariib)” [Al-Mughniy, 1/463 no. 2736
dan Diiwaan Adl-Dlu’afaa’ wal-Matruukiin no. 1862].
Ath-Thabaraaniy rahimahullah sendiri setelah
membawakan riwayat Syabiib berkata :
لَمْ يَرْوِهِ عَنْ رَوْحِ بْنِ الْقَاسِمِ،
إِلا شَبِيبُ بْنُ سَعِيدٍ أَبُو سَعِيدٍ الْمَكِّيُّ
“Tidak ada yang meriwayatkan dari Rauh bin Al-Qaasim
kecuali Syabiib bin Sa’iid Abu Sa’iid Al-Makkiy…” [Ash-Shaghiir (Ar-Raudlud-Daaniy)
1/307 no. 508].
Comments
kalo tulisan SP ttg pembhsn hadits ini menurut antm gmn ust?
walaupun dia sdh menyebutkan alasan syaikh al albany dlm melemahkan hadits ini, dan alasan ini diikuti oleh antm dlm tulisan diatas.
baarakallahufiikum
Saya kira di atas sudah saya berikan rinciannya. Memutlakkan tautsiq pada diri Syabiib adalah kekeliruan, karena penyebab riwayat-riwayat munkar Ibnu Wahb darinya adalah karena ia (Syabiib) meriwayatkan berdasarkan hapalannya, bukan dari kitabnya. Sedangkan kitab yang ia punya adalah kitab riwayat Yuunus. Adz-Dzahabiy pun membuat perincian ini saat menuliskan biografi Syabiib. Begitu pula dengan Ibnu Hajar dimana Al-Bukhaariy tidak mengambil riwayat Syabiib kecuali yang berasal dari anaknya dan berasal dari kitab Yuunus. Jarh mufassar itu dikedepankan daripada ta'diil yang bersifat umum.
Oleh karena itu, ziyaadah Syabiib dalam hal ini tidak diterima.
wallaahu a'lam.
Posting Komentar