Cara Wudlu Orang Syi’ah Ternyata Tidak Sesuai dengan Contoh Imam ‘Aliy


Mungkin sebagian Pembaca masih asing apa dan bagaimana tata cara wudlu orang Syi’ah. Cara wudlu mereka sangatlah berbeda dengan cara wudlu kaum muslim (Ahlus-Sunnah). Berikut akan diterangkan kaifiyyah-nya dari awal hingga akhir, yang saya ambil dari beberapa halaman situs orang Syi’ah :
1.     Berniatlah untuk berwudlu’ dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah. Mengambil air wudlu’ dengan tangan kanan.
2.     Membasuh wajah dengan air tersebut dimulai dari tempat tumbuhnya rambut di dahi hingga ujung janggut. Membasuh wajah disyaratkan dari atas ke bawah.
3.     Mengambil air dengan tangan kiri dan basuh tangan kanan dari siku-siku hingga ujung jari, disyaratkan dari atas ke bawah. Lalu mengambil air untuk ketiga kalinya dengan tangan kanan dan membasuh tangan kiri dari siku-siku hingga ujung jari-jari. Membasuh tangan kiri juga disyaratkan dari atas ke bawah.
4.     Mengusap kepala bagian atas ke arah depan dengan tangan kanan dan menggunakan sisa air yang tersisa di tangan. Anda tidak diperkenankan mengambil air baru untuk mengusap kepala.
5.     Setelah itu, mengusap kaki kanan dengan sisa air yang ada di tangan kanan dari ujung jari kaki hingga pergelangan kaki. Anda tidak diperkenankan mengambil air baru untuk mengusap kaki kanan.
6.     Selanjutnya, mengusap kaki kiri dengan sisa air yang ada di tangan kiri dari ujung jari kaki hingga pergelangan kaki. Anda tidak diperkenankan mengambil air baru untuk memngusap kaki kiri.
7.     Selesai.
Untuk memperjelas, silakan simak praktek wudlu Syi’ah dalam video berikut (versi bahasa ‘Arab) :
Atau video berikut (versi bahasa Inggris) :
Jelas ya....
Setelah itu, mari kita cermati riwayat tata cara wudlu yang diajarkan ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu yang ada dalam referensi Syi’ah :
إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدٍ الثَّقَفِيُّ فِي كِتَابِ الْغَارَاتِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَسَنِ عَنْ عَبَايَةَ قَالَ كَتَبَ عَلِيٌّ ( ع ) إِلَى مُحَمَّدٍ وَ أَهْلِ مِصْرَ أَمَّا بَعْدُ إِلَى أَنْ قَالَ ( ع ) ثُمَّ الْوُضُوءُ فَإِنَّهُ مِنْ تَمَامِ الصَّلَاةِ اغْسِلْ كَفَّيْكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ وَ تَمَضْمَضْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ وَ اسْتَنْشِقْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ وَ اغْسِلْ وَجْهَكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ يَدَكَ الْيُمْنَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ إِلَى الْمِرْفَقِ ثُمَّ يَدَكَ الشِّمَالَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ إِلَى الْمِرْفَقِ ثُمَّ امْسَحْ رَأْسَكَ ثُمَّ اغْسِلْ رِجْلَكَ الْيُمْنَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ اغْسِلْ رِجْلَكَ الْيُسْرَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَإِنِّي رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ (ص) هَكَذَا كَانَ يَتَوَضَّأُ قَالَ النَّبِيُّ ( ص ) الْوُضُوءُ نِصْفُ الْإِيمَانِ
Ibraahiim bin Muhammad Ats-Tsaqafiy dalam kitab Al-Ghaaraat, dari ‘Abdullah bin Al-Hasan, dari ‘Abaayah, ia berkata : ‘Aliy ‘alaihis-salaam pernah menulis surat kepada Muhammad dan penduduk Mesir yang isinya : “Amma ba’du,... Kemudian wudlu, sesungguhnya ia termasuk kesempurnaan shalat :
1.     Basuhlah telapak tanganmu tiga kali.
2.     Berkumur-kumurlah tiga kali dan ber-istinsyaaq (memasukkan air ke hidung) tiga kali.
3.     Basuhlah mukamu tiga kali.
4.     (Basuhlah) tangan kananmu hingga siku tiga kali dan tangan kirimu hingga siku tiga kali pula.
5.     Usaplah kepalamu.
6.     Basuhlah kaki kananmu tiga kali, dan kaki kirimu tiga kali.
Sesungguhnya aku melihat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam berwudlu seperti itu. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda : ‘Wudlu adalah separuh iman” [Mustadrak Al-Wasaail oleh Mirzaa Husain An-Nuuriy Ath-Thabarsiy, 1/305-306 no. 688 – sumber : sini].
Dibawakan juga oleh As-Sayyid ‘Aliy Asy-Syahrastaaniy dalam Wudluu’un-Nabiy 1/157 [sumber : sini].
Apa yang diajarkan oleh ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu di atas, juga diikuti keturunannya, Abu ‘Abdillah :
عِدَّةٌ مِنْ أَصْحَابِنَا عَنْ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدٍ وَ أَبِي دَاوُدَ جَمِيعاً عَنِ الْحُسَيْنِ بْنِ سَعِيدٍ عَنْ فَضَالَةَ بْنِ أَيُّوبَ عَنِ الْحُسَيْنِ بْنِ عُثْمَانَ عَنْ سَمَاعَةَ عَنْ أَبِي بَصِيرٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) قَالَ إِذَا نَسِيتَ فَغَسَلْتَ ذِرَاعَكَ قَبْلَ وَجْهِكَ فَأَعِدْ غَسْلَ وَجْهِكَ ثُمَّ اغْسِلْ ذِرَاعَيْكَ بَعْدَ الْوَجْهِ فَإِنْ بَدَأْتَ بِذِرَاعِكَ الْأَيْسَرِ قَبْلَ الْأَيْمَنِ فَأَعِدْ غَسْلَ الْأَيْمَنِ ثُمَّ اغْسِلِ الْيَسَارَ وَ إِنْ نَسِيتَ مَسْحَ رَأْسِكَ حَتَّى تَغْسِلَ رِجْلَيْكَ فَامْسَحْ رَأْسَكَ ثُمَّ اغْسِلْ رِجْلَيْكَ .
Sejumlah shahabat kami, dari Ahmad bin Muhammad dan Abu Daawud, keduanya dari Al-Husain bin Sa’iid, dari Fadlaalah bin Ayyuub, dari Al-Husain bin ‘Utsmaan, dari Samaa’ah, dari Abu Bashiir, dari Abu ‘Abdillah ‘alaihis-salaam, ia berkata : “Apabila engkau lupa membasuh hastamu sebelum wajahmu, maka ulangilah dengan membasuh wajahmu, baru kemudian membasuh hastamu setelah wajah. Jika engkau memulai (membasuh) hasta kirimu sebelum hasta kananmu, maka ulangilah dengan membasuh hasta kananmu, baru kemudian membasuh hasta kirimu. Jika engkau lupa mengusap kepalamu hingga kemudian langsung membasuh kedua kakimu, maka (ulangilah dengan) mengusap kepalamu, lalu membasuh kedua kakimu[1]” [Al-Kaafiy oleh Al-Kulainiy, 3/35].
Kata Al-Majlisiy, riwayatnya muwatstsaq [Mir’atul-‘Uquul, 13/113]. Pun kata Al-Bahbuudiy, shahih [Shahih Kitaab Al-Kaafiy, 1/190].
Perhatikan baik-baik, ternyata apa yang diajarkan ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu – dimana yang diajarkannya itu berdasarkan apa yang ia lihat dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam – sesuai dengan yang dilakukan kaum muslimin (Ahlus-Sunnah).
حَدَّثَنَا هَنَّادٌ، وَقُتَيْبَةُ، قَالَا: حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ، عَنْ أَبِي إِسْحَاق، عَنْ أَبِي حَيَّةَ، قَالَ: " رَأَيْتُ عَلِيًّا تَوَضَّأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ حَتَّى أَنْقَاهُمَا ثُمَّ مَضْمَضَ ثَلَاثًا، وَاسْتَنْشَقَ ثَلَاثًا، وَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثًا، وَذِرَاعَيْهِ ثَلَاثًا، وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ مَرَّةً، ثُمَّ غَسَلَ قَدَمَيْهِ إِلَى الْكَعْبَيْنِ، ثُمَّ قَامَ فَأَخَذَ فَضْلَ طَهُورِهِ فَشَرِبَهُ وَهُوَ قَائِمٌ، ثُمَّ قَالَ: أَحْبَبْتُ أَنْ أُرِيَكُمْ كَيْفَ كَانَ طُهُورُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ".
Telah menceritakan kepada kami Hannaad dan Qutaibah, mereka berdua berkata : telah menceritakan kepada kami Abul-Ahwash, dari Abu Ishaaq, dari Abu Hayyah, ia berkata : “Aku pernah melihat ‘Aliy berwudlu :
1.     Ia membasuh kedua telapak tangannya hingga bersih,
2.     Berkumur tiga kali, ber-istinsyaaq (memasukkan air ke dalam hidung) tiga kali.
3.     Membasuh wajah tiga kali.
4.     Membasuh kedua siku tiga kali.
5.     Mengusap kepalanya satu kali.
6.     Membasuh telapak kakinya hingga mata kaki.
Kemudian ia berdiri seraya mengambil sisa air wudlu dan meminumnya, sedang ia masih dalam keadaan berdiri. Setelah itu ia berkata : ‘Aku senang bisa memperlihatkan kepada kalian bagaimana Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam berwudlu” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 48; shahih lighairihi].
Dalam riwayat Abu Daawud (no. 111) disebutkan membasuh kaki kanan dan kaki kiri masing-masing sebanyak tiga kali :
ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى ثَلَاثًا وَرِجْلَهُ الشِّمَالَ ثَلَاثًا
“Kemudian ia membasuh kaki kanan tiga kali dan kaki kiri tiga kali”.
Inilah yang dilakukan oleh kaum muslimin (Ahlus-Sunnah).
Praktek selengkapnya, perhatikan video berikut :
Alhamdulillah,... ternyata kita lebih Syi’ah daripada orang Syi’ah dalam mencontoh Ahlul-Bait berwudlu’. Kitalah yang mengamalkan sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan ajaran Ahlul-Baitnya.
Wallaahul-musta’aan.
[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor - 25091434/03082013 – 01:30].




[1]      Orang Syi’ah mengingkari Ahlus-Sunnah dalam masalah mencuci/membasuh kedua kaki. Ternyata, Abu ‘Abdillah – imam Syi’ah – (dan juga ‘Aliy bin Abi Thaalib) mengajari membasuh kaki ketika berwudlu, sementara Syi’ah hanya mengusapnya saja (sebagaimana ada dalam video).

Comments

Anonim mengatakan...

dan orang syiah tidak membasuh tumitnya, sepertinya mereka LUPA dengan ancaman neraka, (maka harus segera diulangi wudhunya)

Arif Rahman

Anonim mengatakan...

Alhamdulillah,... ternyata kita lebih Syi’ah daripada orang Syi’ah dalam mencontoh Ahlul-Bait berwudlu’.

ungkapan yang patut ditulis dengan tinta emas.

dari banyak tulisan ustad kelihatannya kita ( ahlu sunah ) "lebih Syi’ah daripada orang Syi’ah dalam beberapa hal.

hal ini sangat memungkinkan mengingat ajaran syiah memang di rekayasa oleh imam2nya sesuai dengan kemauannya sendiri .


anang dwicahyo

It Language mengatakan...

Aku berlindung dari hal-hal selain yang dilakukan oleh Rasul dalam beribadah Amin

Unknown mengatakan...

allohu akbar

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum warohmatullohiwabarokatuh ya Abul Jauzaaa.
Mengenai istinsyaaq apakah diisyaratkan dengan air baru ataukah bersamaan sisa air utk berkumur ? Dan untuk video dapatkah kita tidak menggunakan makhluk hidup ?
Jazakallohu khoir
Wallohu 'alam

Abu Arkan

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Wa'alaikumus-salaam warahmatullaahi wabarakatuh.

Tidak menggunakan air baru. Silakan lihat contohnya di video.

Video tanpa menggunakan gambar, tentu bukan video namanya. Para ulama telah menjelaskan mubahnya menggunakan media video.

wallaahu a'lam.

Anonim mengatakan...

Afwan keluar dari tema.
Adakah artikel mengenai mandi wajib di blog akhi dan dapatkan dicantumkan linknya ? Afwan karena saya pakai hape jadi terbatas viewnya.

Jazakallohu khoir

Abu Arkan

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Dengan judul khusus belum ada, akan tetapi bahasan mandi wajib telah disinggung secara ringkas pada artikel : Fiqh Haidl Ringkas - Perlu Anda Ketahui !.

Anonim mengatakan...

Dalil syiah dr kitab2 sunni:

1. Dari Ali ra: "Sebelumnya aq berpendapat bahwa kedua telapak kedua kaki lebih pantas diusap drpd bagian atas kedua kaki, hingga akhirnya aku melihat Rasulullah SAW mengusap bagian atas kedua kaki" (sunan abi daud, jil XLII, hadis ke 164)

2. Dari ibnu Abbas: " Aku tidak menemukan dalam kitabullah kecuali 2 basuhan (muka dan tangan) dan 2 usapan (kepala dan kaki)" (sunan al kubra/baihaqi, jil I hal72; Musnad Ahmad, jil VI hal 358, sanad yg sahih menurut bukhari)

3. Dari anas bin malik: "Mahabenar Allah dan Hajjaj telah berbohong. Allah telah berfirman, Dan usaplah kepala serta kaki2 kalian" (tafsir thabari, jil VI hal 82; tafsir ibnu katsir, jil II hal 44, tafsir al qurthubi, jil VI hal 92)

Itu saya ambil dari buku "Beginilah Wudhu Sang Nabi" oleh Ali syahristani , penerbit Al mu'ammal

Bgmn ustad?

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Saya nasihatkan, agar Anda jangan suka membaca perkataan orang-orang Syi'ah, karena mereka ini gemar melakukan talbis dan tipu daya. Mereka biasa hanya menukil terjemahan versi bahasa Indonesia lalu menyebutkan sumbernya, entah benar atau tepat, itu urusan belakang. Contohnya adalah hadits yang antum bawa.

Satu saja,....

Hadits pertama yang katanya :

"Dari Ali ra: "Sebelumnya aq berpendapat bahwa kedua telapak kedua kaki lebih pantas diusap drpd bagian atas kedua kaki, hingga akhirnya aku melihat Rasulullah SAW mengusap bagian atas kedua kaki" (sunan abi daud, jil XLII, hadis ke 164)".


Ini ngaco berat. teks haditsnya adalah sebagai berikut :

'Aliy radliyallaahu 'anhu berkata :

مَا كُنْتُ أَرَى بَاطِنَ اْلقَدَمَيْنِ إِلاَّ أَحَقَّ بِاْلغَسْلِ حَتىَّ رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم يَمْسَحُ عَلَى ظَهْرِ خُفَّيْهِ

"Tadinya aku tidak berpendapat bahwa bagian dalam (bawah) kedua kaki itu melainkan lebih berhak dibasuh, hingga kemudian aku melihat Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam mengusap bagian atas kedua khuff-nya".

Beda jauh kan ?.

Ini terkait dengan perkataan 'Aliy yang lain yang diletakkan Abu Daawud setelah hadits di atas :

لَوْ كَانَ الدِّينُ بِالرَّأْيِ لَكَانَ بَاطِنُ الْقَدَمَيْنِ أَحَقَّ بِالْمَسْحِ مِنْ ظَاهِرِهِمَا وَقَدْ مَسَحَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى ظَهْرِ خُفَّيْهِ

“Jika sekiranya agama ini semata-mata berdasarkan ra’yu (akal) saja niscaya bawah sepatu itu lebih utama diusap daripada atasnya. Sungguh aku telah melihat Rasulullah mengusap bagian atas sepatunya.”

Yang lain,... gak usah dilihat, buang-buang waktu....

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Saya tambah keterangan untuk hadits nomor 2 yang katanya :

"Dari ibnu Abbas: " Aku tidak menemukan dalam kitabullah kecuali 2 basuhan (muka dan tangan) dan 2 usapan (kepala dan kaki)" (sunan al kubra/baihaqi, jil I hal72; Musnad Ahmad, jil VI hal 358, sanad yg sahih menurut bukhari".

Riwayat yang ada di Musand Ahmad :

حدثنا عبد الله حدثني أبى ثنا سفيان بن عيينة قال حدثني عبد الله بن محمد بن عقيل بن أبي طالب قال أرسلني على بن حسين إلى الربيع بنت معوذ بن عفراء : فسألتها عن وضوء رسول الله صلى الله عليه وسلم فأخرجت له يعنى إناء يكون مدا أو نحو مد وربع قال سفيان كأنه يذهب إلى الهاشمي قالت كنت اخرج له الماء في هذا فيصب على يديه ثلاثا وقال مرة يغسل يديه قبل ان يدخلهما ويغسل وجهه ثلاثا ويمضمض ثلاثا ويستنشق ثلاثا ويغسل يده اليمنى ثلاثا واليسرى ثلاثا ويمسح برأسه وقال مرة أو مرتين مقبلا ومدبرا ثم يغسل رجليه ثلاثا قد جاءني بن عم لك فسألني وهو بن عباس فأخبرته فقال لي ما أجد في كتاب الله الا مسحتين وغسلتين

Yang ada dalam Al-Baihaqiy :

وَأَمَّا الَّذِي أَنْبَأَ الْفَقِيهُ أَبُو بَكْرٍ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَحْمَدَ بْنِ الْحَارِثِ، أنا عَلِيُّ بْنُ عُمَرَ الْحَافِظُ، ثنا إِبْرَاهِيمُ بْنُ حَمَّادٍ، ثنا الْعَبَّاسُ بْنُ يَزِيدَ، ثنا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، قَالَ: أنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ، أَنَّ عَلِيَّ بْنَ الْحُسَيْنِ أَرْسَلَهُ إِلَى، الرُّبَيِّعِ بِنْتِ مُعَوِّذٍ لِيَسْأَلَهَا عَنْ وُضُوءِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَذَكَرَ الْحَدِيثَ فِي صِفَةِ وُضُوءِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَفِيهِ قَالَتْ: " ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ "، قَالَتْ: وَقَدْ أَتَانِي ابْنُ عَمٍّ لَكَ تَعْنِي ابْنَ عَبَّاسٍ فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ: مَا أَجِدُ فِي الْكِتَابِ إِلا غَسْلَتَيْنِ وَمَسْحَتَيْنِ،

Terjemahannya kurang lebih sudah benar, khusus di bagian perkataan Ibnu 'Abbaas di akhir riwayat.

Tapi perkataan Syi'ah : sanad yg sahih menurut bukhari adalah tidak benar. Kenapa ? Riwayat itu lemah karena faktor 'Abdullah bin Muhammad bin 'Aqiil, seorang yang disimpulkan Ibnu Hajar dalam At-Taqriib : "shaduuq, namun dalam haditsnya layyin (lemah). Dan dikatakan, ia telah berubah hapalannya di akhir usianya". Dan bahkan ia lebih dekat dengan kedla'ifan karena telah didla'ifkan jumhur ahli hadits.

Itu pertama.

Kedua, klaimnya bahwa riwayat itu shahih menurut syarat Al-Bukhaariy itu adalah talbis. Gak benar itu. 'Abdullah bin Muhammad bin 'Aqiil dipakai oleh Al-Bukhaariy dalam Al-Adabul-Mufrad, bukan dalam kitab Shahihnya. Jadi tidak bisa dikatakan : 'sesuai syarat Al-Bukhaariy'.

Namun secara inshaaf saya katakan bahwa Ibnu 'Abbaas, dan juga Anas, 'Ikrimah, Asy-Sya'biy, dan Al-Hasan dalam beberapa riwayat berpendapat kaki hanya cukup diusap saja, bukan dibasuh. Ini telah dibahas oleh para fuqahaa'. Namun yang menjadi dalil adalah Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam. Dan bukankah telah sangat jelas 'Aliy radliyallaahu 'anhu mencontohkan dengan membasuh kaki ?.

Anyway,... kalaupun toh kita anggap kaki hanya cukup diusap - bukan dibasuh - dengan mengambil pendapat Ibnu 'Abbaas, tetap saja tata cara wudlu mereka tidak seperti yang Syi'ah lakukan.

Anonim mengatakan...

Mohon dibahas juga hadis mengenai shalat dgn tangan tanpa bersedekap (irsal) ala syiah ini. Apakah benar ahmad bin hambal membenci bersedekap didada (takfir) dan memilih memakai hadis daif bersedekap di atas pusar. Saya juga pernah membaca ulama sunni jg banyak berpendapat tentang sunnahnya irsal saat shalat, seperti yg dilakukan ibnu sirin, ibn mundzir, abdullah bin zubair dsb. Juga pendapat imam malik. Saya jg pernah membaca disitus mantankyainu.blogspot (mahrus ali), bahwa hadis2 tentang bersedekap (takattuf) semuanya tidak terlepas dari cacat..
Syukron