عَنْ مَعْمَرٍ،
عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي صَفْوَانُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
صَفْوَانَ، أَنَّ رَجُلا، قَالَ يَوْمَ صِفِّينَ: اللَّهُمَّ الْعَنْ أَهْلَ
الشَّامِ، فَقَالَ عَلِيٌّ: " لا تَسُبُّوا أَهْلَ الشَّامِ جَمًّا غَفِيرًا،
فَإِنَّ فِيهِمْ قَوْمًا كَارِهُونَ لِمَا تَرَوْنَ، وَإِنَّ فِيهِمُ الأَبْدَالُ
"
Dari
Ma’mar, dari Az-Zuhriy, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku Shafwaan bin
‘Abdillah bin Shafwaan : Bahwasannya ada seorang laki-laki berkata pada waktu
perang Shiffiin : “Ya Allah, laknatlah orang-orang Syaam !”. ‘Aliy (bin Abi
Thaalib) berkata : “Janganlah kalian banyak mencela/mencerca orang-orang Syaam,
karena pada mereka terdapat satu kaum yang membenci apa yang kalian lihat (yaitu fitnah peperangan). Dan
karena pada mereka terdapat abdaal” [Al-Jihaad no. 192].
Diriwayatkan oleh Nu’aim bin
Hammaad dalam Al-Fitan no. 666 dari jalan Ibnul-Mubaarak.
Ibnul-Mubaarak mempunyai mutaba’ah
dari ‘Abdurrazzaaq sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al-Fadlaail
no. 1726, Ibnu Abid-Dun-yaa dalam Al-Auliyaa’ no. 70, Al-Baihaqiy
dalam Ad-Dalaail 6/449, dan Al-Jurqaaniy dalam Al-Abaathiil no.
225.
Shafwaan bin ‘Abdillah
mempunyai mutaba’ah dari ‘Abdullah bin Zurair Al-Ghaafiqiy sebagaimana diriwayatkan oleh
Al-Haakim 4/546 : Telah mengkhabarkan kepadaku Ahmad bin Muhammad bin Salamah
Al-‘Anaziy : Telah menceritakan kepada kami ‘Utsmaan bin Sa’iid Ad-Daarimiy :
Telah menceritakan kepada kami Sa’iid bin Abi Maryam : Telah memberitakan
Naafi’ bin Yaziid : Telah menceritakan kepadaku ‘Ayyaasy bin ‘Abbaas :
bahwasannya Al-Haarits bin Yaziid telah menceritakan kepadanya, bahwasannya ia
mendengar ‘Abdullah bin Zariir
Al-Ghaafiqiy berkata : Aku mendengar ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu
‘anhu berkata : “….(dengan lafadh hadits yang lebih panjang)….”.
Al-Haakim berkata : “Hadits ini
sanadnya shahih”.
Diriwayatkan juga oleh Ath-Thabaraaniy
dalam Al-Ausath no. 3905 dari jalan Ibnu Lahi’ah dari ‘Ayyaasy bin
‘Abbaas, dari ‘Abdullah bin Zariir – dengan menggugurkan Al-Haarits
bin Yaziid. Kekeliruan ini kemungkinan
berasal dari Ibnu Lahii’ah, seorang perawi yang kacau hapalannya setelah
kitab-kitabnya terbakar.
Dr. Washiyyullah ‘Abbaas hafidhahullah
menshahihkan atsar ini dalam takhrij-nya terhadap kitab Fadlaailush-Shahaabah
2/1145-1146.
Faedah :
Maksud orang-orang Syaam yang
dicela saat perang Shiffiin oleh seseorang yang ada di dekat ‘Aliy radliyallaahu
‘anhu tentu saja Mu’aawiyyah dan pasukannya. Lihatlah kebesaran seorang
‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu yang mampu (bahkan sangat
mampu) bersikap adil dan tak berlebih-lebihan terhadap lawannya. Ia tidak
mengkafirkannya dan bahkan melarang orang yang membelanya mengkafirkannya serta
mencela/mencacinya.
Sikap ini selaras sikap ‘Aliy radliyallaahu
‘anhu yang lain sebagaimana tertera dalam riwayat :
حَدَّثَنَا
عُمَرُ بْنُ أَيُّوبَ الْمَوْصِلِيُّ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ بُرْقَانَ، عَنْ يَزِيدَ
بْنِ الْأَصَمِّ، قَالَ: سُئِلَ عَلِيٌّ عَنْ قَتْلَى يَوْمِ صِفِّينَ، فَقَالَ:
" قَتْلَانَا وَقَتَلَاهُمْ فِي الْجَنَّةِ، وَيَصِيرُ الْأَمْرُ إِلَيَّ
وَإِلَى مُعَاوِيَةَ "
Telah menceritakan kepada kami
‘Umar bin Ayyuub Al-Maushiliy, dari Ja’far bin Burqaan, dari Yaziid bin
Al-Asham, ia berkata : ‘Aliy pernah ditanya tentang orang-orang yang terbunuh
di perang Shiffiin, maka ia berkata : “Orang yang terbunuh dari kami dan dari
mereka ada di surga". Dan perkara tersebut akan ada antara aku dan
Mu’aawiyyah [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi
Syaibah, 15/302; shahih[1]].
Sesuai juga dengan pandangan
‘Ammaar bin Yaaiir, pembela setia ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu
‘anhumaa :
حَدَّثَنَا
يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ الْحَكَمِ، عَنْ رِيَاحِ بْنِ
الْحَارِثِ، قَالَ: كُنْتُ إِلَى جَنْبِ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ بِصِفِّينَ،
وَرُكْبَتِي تَمَسُّ رُكْبَتَهُ، فَقَالَ رَجُلٌ: كَفَرَ أَهْلُ الشَّامِ، فَقَالَ
عَمَّارٌ: " لَا تَقُولُوا ذَلِكَ، نَبِيُّنَا وَنَبِيُّهُمْ وَاحِدٌ،
وَقِبْلَتُنَا وَقِبْلَتُهُمْ وَاحِدَةٌ، وَلَكِنَّهُمْ قَوْمٌ مَفْتُونُونَ
جَارُوا عَنِ الْحَقِّ، فَحَقّ عَلَيْنَا أَنْ نُقَاتِلَهُمْ حَتَّى يَرْجِعُوا
إِلَيْهِ "
Telah menceritakan kepada kami
Yaziid bin Haaruun, dari Al-Hasan bin Al-Hakam, dari Riyaah bin Al-Haarits, ia
berkata : Aku pernah berada di samping ‘Ammaar bin Yaasir waktu perang
Shiffiin, dimana lututku bersentuhan dengan lututnya. Lalu ada seseorang yang
berkata : “Orang-orang Syaam telah kafir. ‘Ammaar berkata : “Jangan kalian
katakan itu. Nabi kita dan nabi mereka satu. Begitu pula kiblat kita dan kiblat
mereka satu. Akan tetapi mereka adalah kaum yang terfitnah yang menyimpang dari
kebenaran. Dan kebenaran ada pada pihak kita, yang menuntut kita untuk
memerangi mereka hingga mereka kembali kepadanya (kebenaran)” [Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Syaibah 15/290 no. 38996].[2]
Pesan ini sudah sepatutnya
diamalkan oleh orang-orang Syi’ah. Namun sayang, mereka menjadi kaum yang
pertama kali mendurhakai ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu, dan
justru kitalah yang mengamalkan pesannya tersebut. Atau, kita sekarang sudah
menjadi Syi’ah karenanya ? Lebih Syi’ah dibandingkan orang Syi’ah sendiri ?.
Wallaahu a’lam.
Semoga ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’ – perumahan
ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor – 17041434/26022013].
[1] Baca
pembahasannya di artikel : Pandangan
‘Aliy bin Abi Thaalib terhadap Peperangannya dengan Mu’aawiyyah radliyallaahu
‘anhumaa.
Comments
Pure/Old-school Syi'ah ya tadz?
Yang belum terkontaminasi dengan okultisme seperti Syi'ah Poser/Nowadays..
Assalamu'alaikum..
Afwan ustadz. Apa yang dimaksud dengan istilah "abdaal" dalam ucapan Amirul Mukminin 'Aliy radhiyallahu 'anhu tersebut di atas ?
Bukankah istilah "abdaal" merupakan istilah khas kaum sufi ?
Syukron atas penjelasannya.
Assalamu'alaykum Warahmatullohi Wabarokatuh..ustadz...
Posting Komentar