[Prolog
– Abul-Jauzaa’ :
Salah satu tuduhan keji yang dilontarkan para pendengki yang mulai kehilangan
akal sehatnya adalah bahwa Asy-Syaikh ‘Aliy Al-Halabiy hafidhahullah menganut
dan mendukung paham Wihdatul-Adyaan (persatuan agama). Sebagaimana telah
kita ketahui bersama bahwa paham ini adalah paham kufur yang dianut sebagian
filosof dan liberalis yang menganggap semua agama sama lagi baik di mata Allah ta’ala.
Tidaklah ia dikatakan kecuali oleh orang yang tidak berakal. Asy-Syaikh ‘Aliy
Al-Halabiy hafidhahullah adalah seorang yang banyak terdhalimi oleh
lisan ahlul-jarh wat-tanfiir. Berkali-kali beliau hafidhahullah
menjelaskan kebathilan paham ini].
Asy-Syaikh ‘Aliy Al-Halabiy hafidhahullah berkata
:
“Pengumuman tentang Berlepas Dirinya Ahlus-Sunnah
wal-Iimaan dari Seruan Wihdatul-Adyaan.
Tidak pernah terlintas dalam pikiranku atau terbayang
dalam angan-anganku bahwa aku akan menulis semisal tulisan ini. Akan tetapi
yang mendorongku melakukannya dengan segera adalah adanya kedhaliman yang amat
sangat, kebohongan, serta tuduhan bathil yang teramat jauh dari kebenaran.
Termasuk di antara prinsip ‘aqidah Ahlus-Sunnah yang
diterima (oleh kaum muslimin) adalah pengharaman mencampuradukkan antara
kebathilan dan kebenaran, karena keduanya adalah dua hal yang bertentangan yang
tidak akan pernah bertemu (selamanya); yaitu kebenaran dan kedustaan, atau kekufuran
dan keimanan.....
Dan seandainya kami – sudah semenjak dulu- tidak ridlaa dengan
adanya seruan pendekatan antara madzhab dan firqah dengan alasan tersebut di
atas, lantas bagaimana kami bisa ridlaa – pada hari ini – dengan seruan pendekatan
antar agama, apalagi ridlaa dengan paham Wihdatul-Adyaan ? Tidakkah
mereka itu berpikir ?.
“Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta
yang besar“ [QS. An-Nuur : 16].
Seandainya aku tidak mendengar dengan telingaku sendiri
kemarin malam rekaman suara dari ‘sebagian orang’ - yang orang-orang
menunjukkan jari kepada mereka sebagai ulama – telah menuduhku dengan kedustaan
ini, niscaya aku tidak akan menuliskan tulisan ini atau memalingkan perhatian
pada tuduhan tersebut. Hingga seandainya kedustaan ini tetap ada dan dinukil
oleh anak-anak di internet, atau orang yang punya pandangan gelap dari kalangan
sedikit akalnya dan tidak jelas, atau orang yang fanatik akhir jaman dan
muqallidnya (maka aku tetap tidak memperdulikannya) !!
Barangsiapa yang telah menisbatkan kepadaku dengan satu
kepalsuan atau ilzaam, atau kebohongan, dan tuduhan; bahwasannya aku
telah mengatakan ‘aqidah kufur yang jelek ini atau satu bagian darinya, baik
yang telah lalu ataupun setelahnya, maka aku tidak akan memaafkannya, siapapun
dia....
“Katakanlah: ‘Cukuplah
Allah bagiku’. Kepada-Nya lah bertawakal
orang-orang yang berserah diri” [QS. Az-Zumar : 38].
Semoga Allah merahmati Syaikhul-Islaam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
yang telah mengatakan : “Dan telah diketahui bahwasannya perkataan terperinci
seseorang yang berbicara itu menentukan perkataan mujmal (global)-nya,
dan perkataannya yang jelas lebih dikedepankan daripada kinayah-nya...”.
Lantas bagaimana seandainya dua hal tersebut (perkataan mujmal
dan kinayah) secara asal tidak ada (pada diriku), dan ia
hanyalah murni perbantahan dengan menggunakan ilzaam/konsekuensi (atas
satu perkataan) yang senantiasa diintai/dicari......
Dan dengan ini aku katakan dengan perkataan yang terperinci
lagi jelas :
‘Bahwasannya perkataan Wihdatul-Adyaan dan yang semisalnya
adalah kekufuran, yang tidak dikatakan melainkan orang kafir yang jelas
kekafirannya, atau orang bodoh yang tidak dipercaya, atau orang yang tersesat
dari kebenaran dan agama (Islam).....’.
Rabb kita ta’ala berfirman : ‘Katakanlah:
"Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah
agamaku" [QS. Al-Kaafiruun : 1-6].
‘Dan kesudahan yang baik adalah
bagi orang-orang yang bertakwa’
[QS. Al-A’raaf : 128].
Washallallaahu wa sallama wa
baaraka ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa Aalihi wa shahbihi ajma’iin, wa
aakhiru da’waanaa anil-hamdu lillaahi Rabbil-‘aalamiin”
[diterjemahkan secara bebas oleh Abul-Jauzaa’ dari http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=19920].
Berikut juga jawaban beliau hafidhahullah yang
lain ketika ditanya tentang permasalahan ini sebagaimana dalam video berikut :
Terjemahan (dari al-akh Abul-Aswad
Al-Bayatiy hafidhahullah di sini) :
Pertanyaan : Assalamu’alaikum Syaikh, apa jawabanmu tentang
kasus yang banyak beredar tentangmu seputar tuduhan penyatuan agama ???
Jawab : Aku telah menjawabnya puluhan kali, dan aku menjelaskan
berlepasnya diriku kepada Allah dari tuduhan yang dusta ini, dari perkataan
kufur ini, yang mana perkataan ini (penyatuan agama) tidak mungkin dikatakan
oleh manusia yang paling rendah kwalitas keislamannya serta paling sedikit
ilmunya.
Aku katakan, sepanjang hidup kami, kami memerangi
hizbiyyah, fanatik madzhab, fanatik sekte, fanatik aliran. Dan kami menolak
dengan keras penyatuan madzhab-madzhab menyimpang dengan ahlus sunnah.
Barangsiapa menolak upaya pendekatan, hanya pendekatan
saja antara madzhab-madzhab yang batil, apakah kalian melihat orang ini
menerima penyatuan agama…???
Ini adalah perkataan yang tidak mungkin dikatakan oleh
orang yang memiliki akal. Ini adalah perkataan yang tidak mungkin seorang yang
berakal akan menuduhkannya kepada orang lain dari kalangan ahlus sunnah, sangat
disayangkan sekali, dan semoga Allah membalas kebaikan pada Syaikh kami Syaikh
Mahmud yang senantiasa memperingatkan tentang hakikat perkara ini yang
dilupakan banyak orang, yaitu perkara ilzam (kosekwensi logis yang
sebenarnnya tidak logis) berdasarkan “Madzhab syaikh sufi dengan dua sandal”, apakah
kalian lupa...???
Ya ikhwani saya memuji “Risalah Aman”, apakah setiap yang
ada di dalam risalah Amman adalah kebatilan ? jawabannya tidak. Saya memuji Risalah
Aman dengan pujian yang tidak melebihi dua baris pada acara tertentu, dan wajib
diketahui bahwa risalah aman adalah risalah yang ditulis oleh waliyyul amri di
negeri kita, maka ia adalah perkataan waliyyul amri.
Kita senantiasa mendengar dari perkataan para ulama
salafiyyin dan para syaikh kita atsariyyin, bahwasanya mereka mengatakan dan
mengulang-ulang serta menegaskan tidak boleh mengingkari waliyyul amri secara
terang-terangan, akan tetapi ketika perkaranya berkaitan dengan Ali Al-Halaby
lalu wajib waliyyul amri diingkari secara terang-terangan,,,???
Kenapa mereka melanggar manhaj salafy mereka (si penuduh)
yang mana mereka mengajarkannya kepada orang lain dalam hal ini,,,??? Ini
semuanya point pertama.
Sekarang point kedua, berkata Syaikhul-Islam :
“Konsekwensi dari sebuah perkataan seseorang, tidak dianggap sebagai
perkataannya kecuali jika ia meyakininya. Jika tidak, jika orang tersebut
menolak konsekwensi dari perkataannya, maka menisbatkan konsekwensi perkataan
tadi kepada orang itu haram hukumnya”. Dan aku telah telah menolak tuduhan
penyatuan agama ini berkali-kali, akan tetapi para penuduh itu masih saja
berjalan diatas madzhab “Kambing meskipun terbang” teramat sangat disayangkan.
Apakah kalian mengetahui kisah “Kambing meskipun terbang”…??? Dari
penyebutannya sudah jelas dan tidak membutuhkan penjelasan.
Apakah kalian mengetahui bahwa risalah aman diantara yang
menandatanganinya adalah penjaga dua kota suci raja Abdullah bin Abdul Aziz hafidzahullah,,,???
Apakah kalian mengetahui bahwa risalah aman diantara yang
menandatanganinya adalah Syaikh Abdullah bin Sulaiman Al Mani’ hafidzahullah
(beliau anggota lajnah da’imah[1]),,,???
Apakah kalian mengetahui bahwa risalah aman diantara yang
menandatanganinya adalah majlis kementrian waqaf arab yang termasuk anggotanya
adalah Syaikh Shalih Alu Syaikh dan beliau diantara ulama yang paling mulia di
zaman ini,,,???
Apakah kalian mengetahui bahwa risalah aman diantara yang
menandatanganinya adalah majlis Rabithah alam islami,,,??? Dan yang lainnya
yang barangkali saja tidak pernah kalian bayangkan…dan aku kira hal ini tidak
kalian ketahui sebelumnya.
Aku mengatakan hal ini bagi siapa saja yang mendengarkan
pembicaraan ini dan juga yang menyaksikan,,,bagi siapa saja yang duduk di sini
sekarang, serta bagi siapa saja yang mendengar pembicaraan ini setelahnya.
Apakah kalian mengetahui bahwa Risalah Aman ini sekarang
diadakan daurah tiga atau empat kali dalam setahun untuk menjelaskannya di Yordania,
di jenjang tertinggi dan mengundang para guru dari berbagai penjuru dunia Islam
maupun bukan islam,,,??? Dan dauroh yang terakhir empat hari lalu dauroh yang
ke 19.
Apakah kalian mengetahui bahwa Risalah Aman ini menjadi
materi wajib pada universitas-universitas, pesantren-pesantren, para siswa,
para siswi, berbagai departemen serta berbagai kementrian, serta elemen-elemen
lainnya di Yordania,,,???
Apakah kalian mengetahui bahwa Risalah Aman ini telah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa,,,???
Apakah kalian mengetahui bahwa Risalah Aman ini telah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa,,,???
Aku katakan wahai ikhwani… sesuatu yang seperti ini
kenyataannya dan tidak bisa disangkal. Dan perkataan yang diklaim sebagai
penyatuan agama ini sebanarnya adalah perkataan yang global (membutuhkan
rincian) karena aslinya risalah ini adalah diplomasi, risalah ini tidak seperti
redaksi “Kasyfu Syubuhat”, tidak seperti redaksi “Al Qowaid Al Arba’”,
tidak pula seperti redaksi “Al Mandzumah Al Baiquniyyah”.
Risalah ini adalah risalah raja yang ditulis oleh seorang
raja untuk menjelaskan kenyataan Islam dan di dalamnya ada kelemahan, apa yang
bisa dilakukan oleh orang yang lemah kecuali mengatakan dengan ibarat yang ia
ingin mendekatkan pemahaman serta menjauhkan tuduhan-tuduhan terhadap agama Islam.
Perkataan yang diklaim sebagai penyatuan agama, aku
katakan sebenarnya di dalamnya ada sesuatu yang membantah tuduhan ini, dan
menyingkap kedustaan ini. Aku tidak mengatakan ini sebagai bentuk pembelaan
terhadap Risalah Aman. Risalah Aman ada diplomasi, kementerian yang bertanggung
jawab atasnya dan ada orang yang membelanya. Aku hanya menolak sesuatu yang aku
dizalimi dengannya dan aku dicreweti dengannya, serta aku dilancangi dan hal
ini masih saja berlanjut.
Sampai kemarin sore aku masih melihat sebuah tulisan
berkenaan dengan tuduhan ini, dan aku yakin bahwa orang yang mengatakannya
sebelumnya tidak mengetahui sedikitpun apa yang baru saja aku katakan, dia
tidak mengetahuinya baik banyak maupun sedikit, akan tetapi itu adalah sebuah
bentuk kefanatikan yang buta serta kefanatikan kelompok yang dungu, yang
menjadikan manusia seperti kumpulan burung-burung yang terbang bergerobol dan
mereka saling taklid satu sama lain.
Aku katakan inilah kenyataannya yang tidak bisa disangkal.
Gambaran ini adalah gambaran yang menyerupai, barangkali disana ada bagian lain
yang tidak nampak dalam gambaran ini, jika tidak maka sebenarnya aku tidak
menyangka aku akan ditanya dengan pertanyaan ini, karena aku sudah selesai dari
hal ini berkali-kali dan aku telah menjelaskannya dalam puluhan halaman
tulisan. Akan tetapi tidak masalah, aku akan menjawab semua pertanyaan dan aku
tidak merasa bersalah kecuali jika menyelisihi syariat, menyelisihi kitab dan
sunnah.
Aku katakan dan aku ulangi, ini adalah kenyataan yang
tidak bisa disangkal, dalam ranah yang di dalamnya ada perkataan yang samar dan
mutasyabihat, disertai adanya ibarat yang mereka (si penuduh) menundukkan mata
darinya, mereka tidak menyebutkan ibarat ini tidak pula mencantumkannya, dan
jika mereka menyebutkannya mereka membalikkan maknanya serta merubah lafadznya.
Di dalam Risalah Aman sendiri, ketika disebutkan
perkataan yang samar bagi orang yang menuduhku bahwa Risalah Aman menyatakan
adanya penyatuan agama, sehingga pujianku terhadap Risalah Aman memberikan
konsekwensi (dengan konsekwensi logis yang tidak logis, rusak serta batil)
bahwa aku memuji penyatuan agama, mereka lantas keluar membawa hasil yang
rusak…
Apa itu kata yang mereka menutup mata darinya, bahkan aku
katakana hampir-hampir mereka meletakkan tangan mereka diatas kata tadi (untuk
menutupinya). Kata itu adalah “At Tamayyuzil ‘Aqodi”/perbedaan aqidah. Setelah
menyebutkan semua ini dia (penulis risalah aman) mengatakan “Ini semuanya tidak
menyentuh perbedaan aqidah” maksudnya setiap pemeluk agama berkeyakinan dengan
agamanya masing-masing dan setiap pemeluk aqidah meyakini aqidahnya
masing-masing.
Dan risalah ini ditulis oleh manusia yang muslim yang
merasa mulia dengan keislamannya, merasa mulia dengan nasabnya yang bersambung
sampai pada Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam meskipun ia juga punya
kesalahan dan kekurangan, akan tetapi yang menjadi masalah seseorang dituduh
dengan tuduhan penyatuan agama seperti ini, ini point kedua.
Aku akan tambahkan point yang lain lagi, Syaikhul islam
Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan, “Pengkafiran itu tidak bisa
dilakukan dalam hal yang masih muhtamal (memiliki beberapa kemungkinan,
kemungkinan kufur dan tidak).
Sekarang ketika kamu mengatakan, aku tidak memaksudkan
takfir mu’ayyan tapi takfir mutlak yang aku maksudkan. Apakah sesuatu
yang masih muhtamal dalam bab pengkafiran memiliki hubungan dengan
pengkafiran mutlak maupun muayyan,,? Tidak , jangan kamu katakan sesuatu
itu kufur sampai hilang kemungkinan yang akan mengarah pada tidak kufurnya
sesuatu tadi.
Kemungkinan-kemungkinan mana yang lebih banyak dari pada
kemungkinan-kemungkinan yang didapatkan pada perkataan diplomasi yang disertai
adanya kata-kata “Perbedaan aqidah” yang akan menghilangkan khayalan-khayalan
adanya penyatuan agama.
Akan tetapi teramat sangat disayangkan sekali…teramat
sangat disayangkan sekali…teramat sangat disayangkan sekali…sebagian orang yang
membawa bendera celaan terhadap hamba Allah yang lemah ini (maksudnya Syaikh
Ali sendiri) dalam kasus Risalah Aman ini, padahal hal ini sudah terjadi enam
tahun lalu tetapi baru dipersoalkan enam bulan lalu, seolah-olah hal ini dulu
diterima tapi sekarang tidak diterima dikarenakan berbagai sebab.
Dia (si pembawa bendera celaan tadi) mengatakan, “Aku
tidak menuduh Ali Alhalaby bahwa ia mengatakan penyatuan agama, akan tetapi aku
mengatakan bahwa ia memuji risalah aman yang mengandung penyatuan agama”.
Aku (Syaikh Ali) katakan inipun juga kufur karena aslinya
memuji kekafiran, padahal ia (si pembawa bendera celaan) ini mengatakan pada
tempat lain, “Al-Halaby mengingkari penyatuan agama padahal dia dalam batinnya
membela penyatuan agama”. Kalau perkataan ini bukan pengkafiran yang jelas lalu
apa,,,???
Oleh karenanya sebagian orang yang fanatik ini pergi
kepada sebagian masyayikh yang memiliki banyak keutamaan yang mu’tabar dari
kalangan ulama’ mekkah, dia berkata pada Syaikh, “Wahai syaikh apa yang anda
katakan terhadap Ali Al-Halaby,,???”. Maka Syaikhpun menyebutkan apa yang
beliau ketahui tentang diriku bahwasanya aku minimalnya termasuk ahlus sunnah.
Kemudian dia berkata, “Aku mengetahuinya, kenapa engkau
tidak memvonisnya sebagai ahli bid’ah,,???”. Syaikh berkata, “Memvonisnya ahli
bid’ah ? kenapa apa sebabnya ?”.
Dia menjawab, “Karena Ali Al-Halaby menyatakan penyatuan
agama”. Syaikh menjawab, “Kalau memang demikian wajib bagi kita untuk
mengkafirkannya, bukan membid’ahkannya”. Maka merekapun lari terbirit-birit…
Kami memohon kepada Allah agar menganugerahkan kepada
mereka hidayah sesuai kadar kedustaan mereka kepada kami, dan agar
mengembalikan mereka kepada al haq sesuai kadar kebatilan mereka terhadap kami,
dan agar Allah mengumpulkan kami, kalian serta mereka di atas kitabullah dan
sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam supaya pengagungan kita
terhadap kebenaran itu dengan cara yang benar, bukan mengagungkan kebenaran
dengan bersandar kepada makhluk dengan cara yang tidak benar, dan hanya kepada
Allah kita meminta perlindungan.
[selesai].
Comments
Ya Allah... berilah kekuatan dan keteguhan kepada Syeikh 'Ali Hasan al-Halabi yang tak henti-hentinya difitnah.
Bismillah,
Apakah antum dapat menterjemahkan 'risalah aman' secara lengkap, mengingat faedah yg besar bagi kaum muslimin. Karena risalah tersebut juga digunakan oleh agama syi'ah untuk mendukung agama mereka..
Abu unaisah
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Ustadz. Barakallahufikum.
Tolong diulas tentang ini:darussalaf.or.id/hizbiyyahaliran/fatwa-lajnah-daimah-tentang-buku-karya-ali-hasan-al-halabi/
semoga Allah selalu menjaga kita semua tetap teguh didalan sunnah. Jazakumullahu khair.
Wa'alaikumus-salaam.
Atas fatwa Lajnah, Syaikh 'Aliy telah menjawab dengan sangat memuaskan :
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/01/kitab-al-ajwibatul-mutalaaimah-alaa.html.
Baca juga :
Mengapa Hanya Mentahdzir Syaikh 'Aliy ?.
Posting Komentar