‘Aqidah Imam vs ‘Aqidah Syi’ah : Siapa yang Benar ?


Setelah kita tahu bagaimana sebenarnya ‘aqidah Syi’ah tentang Al-Qur’an dari sisi keotentikannya[1], sekarang akan saya ajak rekan-rekan Pembaca sekalian untuk membandingkan bagaimana ‘aqidah Ahlul-Bait yang sebenarnya dengan ‘aqidah ‘para pecinta (palsu) Ahlul-Bait’ alias Syi’ah Raafidlah.

‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata :
حدثني عباس بن عبد العظيم العنبري، حدثنا رويم بن يزيد المقريء، حدثنا معبد بن راشد الكوفي، عن معاوية بن عمار الدهني قال : سئل جعفر بن محمد عن القرآن، فقال : ليس بخالق ولا مخلوق، وهو كلام الله.
Telah menceritakan kepadaku ‘Abbaas bin ‘Abdil-‘Adhiim Al-‘Anbariy : Telah menceritakan kepada kami Ruwaim bin Yaziid Al-Muqri’ : Telah menceritakan kepada kami Ma’bad bin Raasyid Al-Kuufiy, dari Mu’aawiyyah bin ‘Ammaar Ad-Duhniy, ia berkata : Ja’far bin Muhammad pernah ditanya tentang Al-Qur’an, maka ia menjawab : “(Al-Qur’an) bukanlah Khaaliq (Allah), bukan pula makhluk. Namun ia adalah kalaamullah” [As-Sunnah, 1/152 no. 134].
‘Abbaas bin ‘Abdil-‘Adhiim Al-‘Anbariy adalah seorang yang tsiqah lagi haafidh [At-Taqriib, hal. 487 no. 3193]. Ruwaim bin Yaziid Al-Muqri’, juga tsiqah [Mishbaahul-Ariib, 1/456 no. 9736]. Ma’bad bin Raasyid Al-Kuufiy, dikatakan oleh Ibnu Hajar seorang yang berpredikat maqbuul lagi faqiih [At-Taqriib, hal. 957 no. 6826]. Namun penghukuman ini perlu ditinjau kembali, sebab Ahmad bin Hanbal berkata : “Tidak mengapa dengannya”; sementara Al-Hasan bin Shabbaah dan Ibnu Hibbaan mentsiqahkannya. Adapun Yahyaa bin Ma’iin mendla’ifkannya, dimana diketahui ia adalah seorang yang sangat ketat dalam penghukuman para perawi. Selain itu, jarh Ibnu Ma’iin ini tergolong jarh mubham [lihat : Tahdziibut-Tahdziib, 10/223 no. 407]. Kesimpulan yang benar mengenai Ma’bad, ia adalah seorang yang shaduuq. Wallaahu a’lam. Mu’aawiyyah bin ‘Ammaar Ad-Duhniy, seorang yang shaduuq [At-Taqriib, hal. 955 no. 6814].
Ja’far bin Muhammad, ia adalah Ja’far Ash-Shaadiq, salah seorang ulama Ahlul-Bait yang dianggap imam oleh kalangan Syi’ah Raafidlah.
Riwayat ini hasan.
Apa yang dikatakan Ja’far bin Muhammad rahimahullah tersebut berkesesuaian dengan perkataan para shahabat, tabi’iin, dan atbaa’ut-taabi’iin sebagaimana tercantum dalam riwayat berikut :
سمعت إسحاق بن إبراهيم الحنظلي يقول : قال سفيان بن عيينة : قال عمرو بن دينار : أدركت أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم فمن دونهم، منذ سبعين سنة يقولون : الله الخالق وما سواه مخلوق، والقرآن كلام الله، منه خرج، وإليه يعود
Aku mendengar Ishaaq bin Ibraahiim Al-Handhaliy berkata : Telah berkata Sufyaan bin ‘Uyainah : Telah berkata ‘Amru bin Diinaar : “Aku bertemu dengan para shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan generasi setelahnya (taabi’iin)[2] sejak tujuhpuluh tahun, dimana mereka berkata : “Allah adalah Al-Khaaliq, dan apa-apa selain-Nya adalah makhluk. Dan Al-Qur’an adalah Kalaamullah, dari-Nya ia keluar, dan kepada-Nya akan kembali” [Diriwayatkan oleh Ad-Daarimiy dalam Ar-Radd ‘alal-Jahmiyyah, hal. 163 no. 344, tahqiq : Badr Al-Badr; Ad-Darus-Salafiyyah, Cet. 1/1405 H - shahih].
أخبرنا أبو عبد الله الحافظ قال : سمعتُ أبا زكريا يحيى بن محمد العنبري يقول : سمعت عمران بن موسى الجرجاني بنيسابور يقول : سمعت سويد بن سعيد يقول : سمعت مالك بن أنس وحماد بن زيد وسفيان بن عيينة والفضل بن عياض وشريك بن عبد الله ويحيى بن سليم ومسلم بن خالد وهشام بن سليمان المخزومي وجرير بن عبد الله الحميد وعلي بن مسهر وعبدة وعبد الله بن إدريس وحفص بن غياث ووكيع ومحمد بن فضيل وعبد الرحيم بن سليمان وعبد العزيز بن أبي حازم والدراوردي وإسماعيل بن جعفر وحاتم بن إسماعيل وعبد الله بن يزيد المقري وجميع من حملت عنهم العلم يقولون : الإيمان قول وعمل، ويزيد وينقص، والقرآن كلام الله تعالى، وصفة ذاته غير مخلوق، من قال : إنه مخلوق، فهو كافر بالله العظيم، وأفضل أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم أبو بكر وعمر وعثمان وعلي رضي الله عنهم. قال عمران : وبذلك ؤقول وبه أدين الله عز وجل، وما رأيت محمديا قط إلا وهو يقوله
Telah mengkhabarkan Abu ’Abdillah Al-Haafidh, ia berkata : Aku mendengar Abu Zakariyyaa Yahyaa bin Muhammad Al-’Anbariy berkata : Aku mendengar ’Imraan bin Muusaa Al-Jurjaaniy di Naisaabuur, ia berkata : Aku mendengar Suwaid bin Sa’iid berkata : Aku mendengar Maalik bin Anas, Hammaad bin Zaid, Sufyaan bin ’Uyainah, Al-Fadhl bin ’Iyaadl, Syariik bin ’Abdillah, Yahyaa bin Sulaim, Muslim bin Khaalid, Hisyaam bin Sulaimaan Al-Makhzumiy, Jariir bin ’Abdillah Al-Humaid, ’Aliy bin Mus-hir, ’Abdah, ’Abdullah bin Idriis, Hafsh bin Ghiyaats, Wakii’, Muhammad bin Fudlail, ’Abdurrahiim bin Sulaimaan, ’Abdul-’Aziiz bin Abi Haazim, Ad-Daraawardiy, Ismaa’iil bin Ja’far, Haatim bin Ismaa’iil, ’Abdullah bin Yaziid Al-Muqriy, dan seluruh ulama yang dikaruniai ilmu, mereka berkata : ”Iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang. Al-Qur’an adalah kalaamullah ta’ala, dan sifat Dzaat-Nya itu bukan termasuk makhluk. Barangsiapa yang mengatakan makhluk, maka ia kafir terhadap Allah Yang Maha Agung. Seutama-utama shahabat Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam adalah Abu Bakr, ’Umar, ’Utsmaan, dan ’Aliy radliyallaahu ’anhum”. ’Imraan berkata : ”Dan dengan hal itu aku berkata dan beragama dengan agama Allah ’azza wa jalla. Dan tidaklah aku melihat satupun kaum muslimin yang mengikuti ajaran Muhammad kecuali ia juga mengatakannya” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Al-Asmaa’ wash-Shifaat, 1/605-606 no. 542, tahqiq : ’Abdullah bin Muhammad Al-Haasyidiy; Maktabah As-Suwaadiy – shahih dari perkataan Suwaid[3]].
Abu ’Abdillah Al-Haafidh adalah Al-Haakim, penulis kitab Al-Mustadrak, tidak perlu ditanyakan lagi. Abu Zakariyyaa Yahyaa bin Muhammad Al-’Anbariy adalah seorang muhaddits dan mufassir yang tsiqah [As-Siyar, 15/533-534 no. 311]. ’Imraan bin Muusaa Al-Jurjaaniy, adalah seorang muhaddits yang tsabat lagi maqbuul, sebagaimana dikatakan oleh Al-Haakim [lihat biografi selengkapnya dalam As-Siyar, 14/136-137 no. 68].
I’tiqad Ja’far bin Muhammad, atbaa’ut-taabi’iin, taabi’iin, serta para shahabat tersebut didasarkan oleh ayat Al-Qur’an dan sabda Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam.
Allah ta’ala berfirman :
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لا يَعْلَمُونَ
“Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar ‘kalaamullah’ (firman Allah), kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui” [QS. At-Taubah : 6].
Kalimat ‘supaya ia sempat mendengar kalaamullah’ maksudnya adalah Al-Qur’an.
عن جابر بن عبد اللّه قال : قال رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم ..... فإِن قريشاً قد منعوني أن أبلغ كلام ربي".
Dari Jaabir bin ‘Abdillah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “….Sesungguhnya kaum Quraisy telah menghalangiku untuk menyampaikan kalam Rabb-ku [Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. no. 4734, At-Tirmidziy no. 2925, Ibnu Majah no. 197, Ad-Daarimi no. 3354, Ahmad no. 15229, dan Al-Haakim no. 4220; shahih. Lihat Silsilah Ash-Shahiihah no. 1947].
Maksud dari perkataan ‘kalaam Rabb-ku’ adalah Al-Qur’an.
‘Aqidah Ja’far Ash-Shaadiq rahimahullah (dan Ahlul-Bait yang shalih lainnya), atbaa’ut-taabi’iin, taabi’iin, dan para shahabat mempunyai sanad sampai Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sesuai dengan petunjuk dari Allah ta’ala.
Adapun Syi’ah – walau mereka (berpura-pura) mencintai Ahlul-Bait – menyatakan Al-Qur’an adalah makhluk.
Muhsin Al-Amiin – salah seorang ulama Syi’ah - menyatakan :
قالت الشيعة والمعتزلة القرآن مخلوق لأنه عندهم عبارة عن الألفاظ والحروف التي نزل بها جبرائيل على رسول الله ص........
“Berkata golongan Syi’ah dan Mu’tazillah : Al-Qur’an adalah makhluk karena menurut mereka Al-Qur’an itu merupakan ‘ibaarat dari lafadh-lafadh dan huruf-huruf yang diturunkan melalui Jibril kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam….” [A’yaanusy-Syii’ah, 1/461 - lihat : http://www.alamin-sy.com/sayed/?tag=عصمة-الأنبياء].
Salah satu alasannya adalah karena didapatkan ‘kalaam’ Allah ini dalam sebagian makhluk-Nya, seperti pohon ketika Ia berbicara kepada Musa, dan Jibriil ketika Allah menurunkan Al-Qur’an [idem, 1/453 – idem].
Dan inilah kesimpulan akhir jawaban dari website ilmiah Syi’ah : Markaaz Al-Abhaats Al-‘Aqaaidiyyah ketika ditanya apakah Al-Qur’an itu makhluk – dan jawabannya adalah makhluk :
إذ أن كلام الله معناه غير الله, وكل ما كان غير الله فهو حادث مخلوق
“Karena kalaamullah maknanya selain Allah. Dan segala sesuatu selain Allah, maka ia itu haadits (sesuatu yang baru) makhluk (yang diciptakan)” [lihat : http://www.ansarweb.net/artman2/publish/171/article_1425.php].
Jadi, jawaban Ash-Shaadiq di atas bahwasannya Al-Qur’an adalah Kalaamullah, menurut orang Syi’ah ini, maknanya adalah makhluk. Padahal jelas-jelas disebutkan dalam riwayat awal : ‘“(Al-Qur’an) bukanlah Khaaliq (Allah), bukan pula makhluk. Namun ia adalah kalaamullah’.
Dari sini, terjawablah keanehan kita pada Al-Majlisiy yang membuat Bab berjudul :
أن القرآن مخلوق
“Bahwasannya Al-Qur’an adalah makhluk”.
padahal Bab tersebut terdapat riwayat yang menetapkan bahwa Al-Qur’an adalah Kalaamullah, bukan makhluk [Bihaarul-Anwaar, 92/117-121 – lihat versi webnya : http://www.al-shia.org/html/ara/books/lib-hadis/behar89/112.htm].
Ujung-ujungnya adalah ta’wil baathil atau tahrif, kebiasaan khas Syi’ah.
Inilah realitas teologi Syi’ah tentang Al-Qur’an. Tidak mengikuti Ahlul-Bait, tidak pula mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Semoga tulisan ini dapat memberikan sedikit keterangan tentang keburaman agama Syi’ah.
Walaahul-musta’aan.
[abul-jauzaa’ – sidabowa, banyumas – 1432 H].


[2]      Dalam riwayat Al-Baihaqiy disebutkan :
أخبرناه أبو عبد الله الحافظ أنا أبو محمد الحسن بن حليم بن محمد ابن حليم بن إبراهيم بن ميمون الصائغ ثنا أبو الحسن محمد بن إسحاق بن راهويه القاضي بمرو، قال : سئل أبي وأنا أسمع عن القران وما حدث فيه من القول بالمخلوق، فقال : القران كلام الله وعلمه ووحيه ليس بمخلوق، ولقد ذكر سفيان بن عيينه عن عمرو بن دينار قال : أدركت مشيختنا منذ سبعين سنة، فذكر معنى هذه الحكاية، وزاد : ((فإنه منه خرج وإليه يعود)). قال أبي : وقد أدرك عمرو بن دينار أجلة أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم من البدريين والمهاجرين والأنصار مثل جابر بن عبد الله وأبي سعيد الخدري وعبد الله بن عمرو وعبد الله بن عباس وعبد الله بن الزبير رضي الله عنهم، وأجلة التابعين رحمة الله عليهم وعلى هذا مضى صدر هذه الأمة لم يختلفوا في ذلك
Telah mengkhabarkan kepada kami Abu ‘Abdillah Al-Hafidh : Telah memberitakan kepada kami Abu Muhammad Al-Hasan bin Haliim bin Muhammad bin Haliim bin Ibraahiim bin Maimuun Ash-Shaaigh : Telah menceritakan kepada kami Abul-Hasan Muhammad bin Ishaaq bin Rahawaih Al-Qaadliy di Marwi, ia berkata : Ayahku pernah ditanya dan aku saat itu mendengar, tentang Al-Qur’an dan apa-apa yang diada-adakan padanya tentang perkataan kemakhlukannya. Maka ayahku berkata : “Al-Qur’an adalah kalaamullah, ilmu-Nya, dan wahyu-Nya; bukan makhluk. Dan sungguh Sufyaan bin ‘Uyainah telah menyebutkan dari ‘Amru bin Diinaar, ia berkata : “Aku menjumpai para masyaikh kami sejak tujuhpuluh tahun”, lalu ia menyebutkan makna hikayat ini, dan terdapat tambahan : “Karena sesungguhnya Al-Qur’an itu keluar/berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya”. Ayahku berkata : “Sungguh, ‘Amru bin Diinaar telah menjumpai para shahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang paling mulia dari kalangan ahli Badr, Muhaajiriin, dan Anshaar seperti Jaabir bin ‘Abdillah, Abu Sa’iid Al-Khudriy, ‘Abdullah bin ‘Amru, ‘Abdulllah bin ‘Abbaas, ‘Abdullah bin Az-Zubair radliyallaahu ‘anhum, serta menjumpai taaabi’iin yang paling mulia rahmatullaahi ‘alaihim. Di atas perkataan inilah berlalu permulaan umat ini tanpa adanya perselisihan tentang hal itu” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Al-Asmaa’ wash-Shifaat, 1/598 no. 532, tahqiq : ’Abdullah bin Muhammad Al-Haasyidiy; Maktabah As-Suwaadiy – shahih].
[3]      Adapun perincian perkataan para masyaikh Suwaid, tersebar dalam banyak riwayat dalam kitab-kitab Ahlus-Sunnah, khususnya yang menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah Kalaamullah, bukan makhluk.

Comments

Anonim mengatakan...

Mantap, lengkap sekali. Artikel ini jg sayang bila ga dicopas, hehehe. Izin copas ya pak ustadz. Semoga pak ustadz selalu dalam lindungan Allah Azza wa Jalla. Amin.