Allah ta’ala berfirman :
وَإِذْ بَوَّأْنَا لإبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لا تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
“Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): "Janganlah kamu memperserikatkan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang tawaf, dan orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang rukuk dan sujud” [QS. Al-Hajj : 26].
Masjid adalah tempat yang dimuliakan bagi kaum muslimin. Ada beberapa hal yang termasuk larangan dilakukan di masjid sebagai satu adab penghormatan kepadanya, misalnya : larangan melakukan jual beli, mencari barang yang hilang, buang hajat, termasuk meludah.
حَدَّثَنَا آدَمُ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، قَالَ: سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " الْبُزَاقُ فِي الْمَسْجِدِ خَطِيئَةٌ وَكَفَّارَتُهَا دَفْنُهَا "
Telah menceritakan kepada kami Aadam, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Syu’bah, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Qataadah, ia berkata : Aku mendengar Anas bin Maalik berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Meludah di dalam masjid merupakan satu kesalahan, dan kaffarahnya (penghapus dosanya) adalah menguburnya/menimbunnya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 415].
Ini adalah adab-adab yang berlaku bagi kaum muslimin, khususnya Ahlus-Sunnah.
Tapi,… imam Syi’ah berlaku lain. Perhatikan riwayat berikut :
محمد بن يعقوب ، عن الحسين بن محمد ، عن عبد الله بن عامر ، عن علي بن مهزيار قال : رأيت أبا جعفر الثاني (عليه السلام) يتفل في المسجد الحرام فيما بين الركن اليماني والحجر الاسود ، ولم يدفنه.
Muhammad bin Ya’quub, dari Al-Husain bin Muhammad, dari ‘Abdullah bin ‘Aamir, dari ‘Aliy bin Mahziyaar, ia berkata : “Aku pernah melihat Abu Ja’far Ats-Tsaaniy (‘alaihis-salaam) meludah di Al-Masjidil-Haraam di tempat antara Ar-Rukn Al-Yamaaniy dan Al-Hajar Al-Aswad tanpa menguburnya/menimbunnya” [Wasaailusy-Syii’ah no. 6384. Juga dalam Al-Kaafiy 3/370].
Sanad riwayat di atas dikatakan shahih oleh Al-Majlisiy dalam Mir’atul-‘Uquul 15/249 dan Bahbuudiy 1/300. Muhammad Taqiy Al-Majlisiy dalam Raudlatul-Muttaqiin fii Syarh Man Laa Yahdluruhul-Faqiih lish-Shaduuq, 2/203 berkata :
الظاهر أنه لبيان الجواز (أو يقال) إنه من خصائصهم ( ع ) لأنه ليس في بصاقهم خباثة بل يتشرف المسجد به.
“Yang nampak bahwa riwayat tersebut sebagai penjelasan bolehnya meludah di dalam masjid; (atau dikatakan), sesungguhnya ia termasuk kekhususan para imam (‘alaihis-salaam), karena ludah mereka adalah suci, dan bahkan masjid menjadi mulia dengannya[1]” [selesai].
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam saja tidak pernah melakukan seperti yang dilakukan imam…. Dan rekan-rekan janganlah heran jika satu ketika Anda shalat di masjidnya orang Syi’ah, tiba-tiba ada ludah atau dahak di dekat Anda (karena perilaku jama’ah yang mencontoh imamnya).
Wallaahul-musta’aan.
[abul-jauzaa’ – ngaglik, Yogyakarta – 1432 H]. 
[1]     Jangankan ludah, kencing dan tinja para imam pun termasuk !!. Baca : http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/02/jika-ahlus-sunnah-punya-madu-dan.html. 

 
 
 
 
 
 
 
 
 










 Hak Cipta Hanyalah Milik Allah Semata. Kaum Muslimin Berhak Memanfaatkan Semua Artikel di Blog Ini untuk Tujuan Kemaslahatan Kaum Muslimin Tanpa Maksud Kormersial. SHARE YOUR KNOWLEDGE FOR FREE!!
Hak Cipta Hanyalah Milik Allah Semata. Kaum Muslimin Berhak Memanfaatkan Semua Artikel di Blog Ini untuk Tujuan Kemaslahatan Kaum Muslimin Tanpa Maksud Kormersial. SHARE YOUR KNOWLEDGE FOR FREE!!
Comments
ust bgmn kedudukan hadits ini:
doa yang diawali dengan Bismillahir Rahmanir Rahim tidak akan ditolak"
syukran....,
Posting Komentar