Jika Ahlus-Sunnah Punya Madu dan Al-Habbatus-Saudaa’, Syi’ah Punya Tanah Kuburan Al-Husain untuk Dimakan (Sebagai Obat)


Di antara cara pengobatan ala Syi’ah yang sampai sekarang belum saya mengerti adalah pengobatan dengan memakan tanah kuburan Al-Husain radliyallaahu ‘anhu.
عَنْ سَعْدِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِي الْحَسَنِ ( عليه السلام ) قَالَ كُلُّ طِينٍ حَرَامٌ مِثْلُ الْمَيْتَةِ وَ الدَّمِ وَ لَحْمِ الْخِنْزِيرِ إِلَّا طِينَ قَبْرِ الْحُسَيْنِ ( عليه السلام ) فَإِنَّ فِيهِ شِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ وَ لَكِنْ لَا يُكْثَرُ مِنْهُ وَ فِيهِ أَمَانٌ مِنْ كُلِّ خَوْفٍ .
Dari Sa’d bin Sa’d, dari Abul-Hasan (‘alaihis-salaam), ia berkata : “Semua tanah/lumpur itu haram (dimakan) karena ia seperti bangkai, darah, dan daging babi; kecuali tanah/lumpur kuburan Al-Husain (‘alaihis-salaam). Karena padanya mengandung obat untuk setiap penyakit. Akan tetapi, jangan banyak-banyak memakannya. Padanya terdapat jaminan keamanan/perlindungan dari setiap kekhawatiran” [Diriwayatkan oleh Al-Kulainiy dalam Al-Kaafiy, 6/378].

قال الإمام الصادق عليه السلام: في طين قبر الحسين شفاء من كلّ داء وهو الدواء الأكبر
Telah berkata Al-Imaam Ash-Shaadiq ‘alaihis-salaam : “Pada tanah kuburan Al-Husain terdapat obat untuk segala macam penyakit. Dan ia adalah obat yang sangat berkhasiat (ad-dawaa’ul-akbar)”.
عن أبي عبد الله (الصادق) عليه السلام قال: إن عند رأس الحسين عليه السلام لتربة حمراء فيها شفاء من كل داء إلا السام
Dari Abu ‘Abdillah (Ash-Shaadiq) ‘alaihis-salaam, ia berkata : “Sesungguhnya di dekat kepala Al-Husain ‘alaihis-salaam terdapat tanah merah yang padanya mengandung obat untuk segala macam penyakit kecuali kematian”.
Keterangan : Dua riwayat di atas saya kutip dari website Syi’ah http://www.imamhussain.org/file926.html. Di sana masih ada beberapa riwayat lagi.
Dalam kitab Mafaatihul-Jinaan hal. 547 disebutkan :
لا يجوز مطلقا على المشهور بين العلماء أكل شيء من التراب أو الطين إلا تربة الحسين المقدسة استشفاء من دون قصد الإلتذاذ بها بقدر الحمصة. والأحوط أن لا يزيد قدرها على العدسة، ويحسن أن يضع التربة في فمه ثم يشرب جرعة من الماء ويقول: اللهم اجعله رزقا واسعا وعلما نافعا وشفاء من كل داء وسقم
“Tidak diperbolehkan secara mutlak memakan debu atau tanah menurut pendapat yang masyhur di kalangan ulama, kecuali kuburan Al-Husain yang disucikan; sebatas untuk pengobatan bukan untuk menikmati dan ini hanya sebatas ukuran humush. Yang lebih hati-hati, ukurannya tidak lebih dari sebutir adas. Lalu tanah itu diletakkan di mulutnya dan diminum dengan seteguk air sambil berdoa : ‘Ya Allah jadikanlah ia rizki yang luas, ilmu yang bermanfaat, dan obat bagi semua penyakit” [selesai].
As-Sistaaniy pernah ditanya sebagai berikut :
هل يجوز التداوي بالتربة الحسينية بقدر الحمصة أو أكثر؟
“Apakah diperbolehkan berobat dengan tanah kuburan Al-Husain (at-turbatul-husainiyyah) sebutir humush atau lebih banyak dari itu ?”.
Ia menjawab :
نعم يجوز أكل التربة الحسينية للتداوي بمقدار لا يزيد على الحمصة المتوسطة الحجم والأحوط وجوباً الاقتصار على تربة القبر الشريف وما يقرب منه على وجه يلحق به عرفاً
“Ya, diperbolehkan memakan tanah kuburan Al-Husain untuk berobat seukuran tidak melebihi sebutir humush ukuran sedang. Yang lebih hati-hati, wajib membatasinya hanya pada tanah kuburannya dan areal sekitarnya saja” [lihat :  http://www.sistani.org/local.php?modules=nav&nid=5&cid=1503].
Dan inilah siaran tv live-nya :
Point pokok ringkas dalam acara tersebut :
Orang yang pegang mikropon di awal acara menanyakan bahwa disebutkan dalam riwayat bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang memakan tanah/turaab, apakah itu mencakup tanah kuburan Al-Husain ‘alaihis-salaam juga ?
Kemudian si ulama Syi’ah menjawab bahwasannya telah ma’ruf dalam fiqh tidak boleh hukumnya memakan debu/turaab. Namun bersamaan dengan itu disukai untuk memakan sebutir kecil humush dengan niat berobat dengannya. Banyak hadits yang berkaitan dengan itu. Si ulama Syi’ah ini juga menyebutkan bahwa ada hadits tentang mencampur tanah kuburan Husain itu dengan air sungat Furat lalu menggosoknya di mulut bayi yang baru lahir[1]…..dst. Banyak ‘keajaiban’ yang disampaikan ulama Syi’ah tersebut.
Pembaca tidak akan merasa heran dengan sikap orang-orang Syi’ah terhadap tanah kuburan Al-Husain, karena yang lebih ‘parah’ dari itu ada :
ليس في بول الأئمة وغائطهم استخباث ولا نتن ولا قذارة بل هما كالمسك الأذفر، بل من شرب بولهم وغائطهم ودمهم يحرم الله عليه النار واستوجب دخول الجنة
“Kencing dan tinja para imam bukanlah sesuatu yg menjijikkan, tidak berbau busuk, tidak pula termasuk kotoran. Bahkan keduanya bagaikan misik yang sangat harum. Barangsiapa yang meminum kencing mereka, (memakan) tinja mereka, dan darah mereka, Allah akan haramkan padanya api neraka dan wajib baginya masuk surge” [Anwaarul-Wilaayah oleh Ayatullah Al-Aakhunid Mullaa Zainal-‘Aabidiin Al-Kalbaayakaaniy, hal. 440].

Anda ingin sehat ? makanlah tanah kuburan Al-Husain. Anda ingin masuk surga dan dijauhkan dari neraka ? maka minumlah kencing dan makanlah tinja para imam……
Ini bukan kata saya, tapi kata para ulama Syi’ah. Saya hanya menukil saja.
[abul-jauzaa’ – ngaglik, Yogyakarta].


[1]        Kalau dalam fiqh Ahlus-Sunnah, itu mirip tahnik. Namun tahnik yang diajarkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan kurma. Tapi kalau versi, Syi’ah, dengan tanah kuburan Al-Husain… wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah…….

Comments

Fahrie Sadah mengatakan...

Bagaimana kedudukan hadist2 tersebut ustaz, apakah shoheh? apa yang dimaksud dengan Tahnik dalam figh sunnah? Makasi ustaz...

Anonim mengatakan...

"Anda ingin masuk surga dan dijauhkan dari neraka ? maka minumlah kencing dan makanlah tinja para imam……"

Terima kasih deh ustadz, saya mendingan disuruh bersihin WC dalam sehari semalam dibanding harus meneguk kencing dan tinja para imam, hehehehe.....

Bayangan saya, seandainya para imam itu hidup lg di masa skrg, bgmn reaksi mereka ya gitu tau ada fatwa spt itu :))

Anonim mengatakan...

Pantas saja pemerintah kita mulai era soeharto sampai sekarang melarang syiah .

Parah , itu jelas bukan dari islam.

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaykum.

Saya seumur-umur tidak pernah menemukan agama segila dan sejorok Syi'ah.

Ary mengatakan...

Assalamu'alaykum

sekedar tambahan ustadz

http://catatanammah.blogspot.com/2010/07/inilah-syiahbagian-2.html

Syafiq Shalih mengatakan...

Barokaalloohu fiik Mas.

Lama tak jumpa.


Abu Muhammad dari Pagelaran.

Anonim mengatakan...

pak, tolong alamat bekam di jakarta yg manhaj salaf dong......terserah salafi versi mana, please.

pingin berbekam tapi ragu di : ustadz "azib susiyanto"

Anonim mengatakan...

artinya mulut orang syiah kayak WC dong yah... iss mulut kok kayak WC seeh..

Anonim mengatakan...

Barangsiapa yang meminum kencing mereka, (memakan) tinja mereka, dan DARAH mereka, Allah akan haramkan padanya api neraka dan wajib baginya masuk surge”

Waw.. tusuk aja, terus sedot darahnya.. masuk "surge" deh.. ga harus jadi syiah kan??

Anonim mengatakan...

"Ini bukan kata saya, tapi kata para ulama Syi’ah. Saya hanya menukil saja."

Ustadz bilang itu kata PARA ULAMA Syiah, sebutan PARA itu artinya banyak kan, padahal ustadz hanya mengutipnya dari Anwaarul-Wilaayah oleh Ayatullah Al-Aakhunid Mullaa Zainal-‘Aabidiin Al-Kalbaayakaaniy,apakah ustadz tahu bahwa yang dimaksudkan penulisnya adalah dalam makna kias, bahwa betapa pentingnya imamah dalam Islam, sementara sampai saat ini ahlus sunnah kesulitan membentuk imamah dalam jamaah kaum muslimin di seluruh dunia.

saya meduga bahwa ustadz tidak akan suka dengan tulisan saya ini dan mungkin tidak akan menampilkannya, tapi saya ucapkan terima kasih atas kesediaan untadz membaca komentar saya ini.

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Saya kira kita semua masih dapat membaca dengan baik siapa ulama Syi'ah yang tersebut dalam artikel di atas.