Imam Lebih Tinggi Kedudukannya dari Para Nabi


Itu bukan perkataan saya, namun perkataan Ayatullah Al-‘Udhmaa Ar-Ruuhaaniy – semoga Allah mengembalikannya kepada kebenaran – . Bahkan, katanya, itu merupakan perkara yang qath’iy (pasti/aksiomatik) dalam agama Syi’ah. Ia pernah ditanya sebagai berikut :
هل تعتقدون أن علياً كرم الله وجهه أفضل من الأنبياء؟
“Apakah engkau meyakini bahwasannya ‘Aliy karamallaahu wajhah lebih utama daripada para Nabi ?”.
Ia (Ar-Ruuhaaniy) menjawab :

اسمه جلت اسمائه
هذا من الامور القطعية الواضحة
“Dengan menyebut nama-Nya yang Maha Agung,…. Ini termasuk perkara-perkara yang pasti lagi jelas (yaitu ‘Aliy lebih utama daripada para Nabi)”.

Sumber : http://www.istefta.com/ans.php?stfid=5354&subid=1 . Ini jelas keyakinan yang berlebih-lebihan dari orang-orang Syi'ah. Tidak salah kalau saya katakan bahwa keyakinan ini adalah keyakinan 'lebay' (http://kamusgaul.com/content/lebay) sebagaimana terekspresikan dalam logo awal artikel ini.

Comments

Anonim mengatakan...

Allah SWT lah yang menentukankan derajat Imam lebih tinggi dari nabi dan rasul, Lihat Surat AlBaqarah Ayat 124, Allah Swt telah menguji Nabi Ibrahim AS berkali-kali dan sehingga Allah meninggikan derajatnya menjadi Rasul dan terakhir Allah SWT meninggikan derajatnya menjadi Imam. Jadi jelas derajat Imam lebih tinggi dari nabi. Nabi Muhammad SAAW adalah seorang Nabi, Rasul dan Imam (Pemimpin). Imam di setiap zaman haruslah satu (tidak mungkin ada pilot atau supir 2 orang, yang ada copilot dan kodektur). Dan syarat imam adalah tidak pernah zalim. Para pemabuk dan orang yang pernah musriyk, walaupun sudah bertobat tidaklah layak menjadi imam kalau menurut Surat 2:124. Jadi pengganti Nabi\Rasul\Imam Muhammad SAAW sebagai imam(pemimipin) haruslah orang yang tidak pernah musriyk dan harus keturunan Nabi Ibrahim. Silahkan pikirkan siapakah sahabat yang tidak pernah musrik dan zalim dan keturunannnya jelas dari nabi Ibrahim AS. Siapakah sahabat yang Allah dan Rasul nya telah memberi gelar Karamullah Wajhah ...

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Terima kasih atas komentarnya.

Saya rasa, saya tidak perlu menambahkan bukti apapun atas kebenaran artikel di atas. Perkataan Anda dan orang-orang Syi'ah lain yang sepakat dengan Anda ketika menakwil QS. Al-Baqarah : 124 adalah bukti kongkrit.

Terima kasih sekali lagi.

Semoga Allah ta'ala memberi hidayah kepada Anda untuk bertaubat dari keyakinan bathil itu.

Anonim mengatakan...

sepertinya sumbernya sudah diubah lagi oleh syiah jadi (http://www.istefta.com/question/2778)