Ini adalah kelanjutan tulisan saya di : http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/04/apakah-adl-dlahhak-bin-muzaahim-bertemu.html. Tulisan ini saya tujukan sebagai komentar (sanggahan) terhadap artikel yang terpampang di : http://secondprince.wordpress.com/2007/10/11/jawaban-untuk-saudara-ja’far-tentang-imamah-ayat-al-wilayah/#comment-2034.
Dikatakan :
Dalam kitab Lubab Al Nuqul fi Asbabun Nuzul Jalaludin As Suyuthi hal. 93 beliau menjabarkan jalur-jalur dari hadis asbabun nuzul ayat ini, kemudian ia berkata ” Dan ini adalah bukti-bukti yang saling mendukung”. Atau dapat dilihat dalam Edisi terjemahannya dari Kitab As Suyuthi oleh A Mudjab Mahali dalam Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al Quran hal 326 menguatkan asbabun nuzul ayat ini untuk Imam Ali. Beliau membawakan hadis At Thabrani dalam Al Awsath dan mengkritiknya karena terdapat perawi yang majhul dalam sanadnya tetapi kemudian beliau melanjutkan keterangannya ”Sekalipun hadis ini ada rawi yang majhul(tidak dikenal) tetapi mempunyai beberapa hadis penguat di antaranya hadis yang diriwayatkan oleh Abdurrazaq dari Abdil Wahab bin Mujahid dari Ayahnya dari Ibnu Abbas. Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mardawih dari Ibnu Abbas dan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Mujahid dan Ibnu Abi Hatim dari Salamah bin Kuhail. Hadis ini satu sama lainnya saling kuat menguatkan”.
Mari kita lihat apa yang tercantum dalam kitab Lubaabun-Nuquul-nya As-Suyuthi rahimahullah :
قوله تعالى : (إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ).
٤٠٩ - أخرجه الطبراني في ((الأوسط)) بسندٍ فيه مجاهيل عن عمَّار بن ياسر قال : وقف بعلي بن طالب سائل، وهو راكع في صلاة تطوُّع فنزع ختمه فأعطاه السائل، فنزلت : (إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ) الآية وله شاهد.
٤١٠ - قال عبد الرزاق : حدَّثنا عبد الوهاب بن مجاهد، عن أبيه، عن ابن عباس في قوله : (إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ) الآية، قال : نزلت في عليِّ بن أَبي طالب.
٤١١ - وروى ابن مردويه من وجهٍ آخر عن ابن عباس مثله.
٤١٢ - وأخرج أيضًا عن علي مثله.
٤١٣ - وأخرج ابن جرير عن مجاهد.
٤١٤ - وابن أبي حاتم عن سلمة بن كهيل مثله.
فهذه شواهد يقوِّي بعضها بعضًا.
“Firman-Nya : “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)”.
409 – Dikeluarkan oleh Ath-Thabarani dalam Al-Ausath dengan sanad yang padanya terdapat orang yang majhul, dari ‘Ammaar bin Yaasir ia berkata : “Seorang peminta-minta berdiri di dekat ‘Ali bin Abi Thaalib dimana ia sedang dalam keadaan rukuk pada satu shalat sunnah (tathawwu’). Kemudian ia melepaskan cincinnya yang lalu diberikan kepada peminta-minta tersebut. Maka, turunlah ayat : “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah dan Rasul-Nya” – al-ayat – dan riwayat itu mempunyai syaahid :
410 – ‘Abdurrazzaq berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-Wahhaab bin Mujaahid, dari bapaknya, dari Ibnu ‘Abbas mengenai firman Allah ta’ala : “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah dan Rasul-Nya”, maka Ibnu ‘Abbas berkata : “Diturunkan pada ‘Ali”.
411 – Ibnu Marduyah meriwayatkan dari jalan yang lain dari Ibnu ‘Abbas seperti di atas.
412 – Dan ia meriwayatkan juga dari ‘Ali seperti di atas.
413 – Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir dari Mujaahid.
414 – Dan Ibnu Abi Haatim dari Salmah bin Kahiil seperti di atas.
(As-Suyuthi berkata) : “Beberapa syawaahid ini saling menguatkan satu dengan yang lainnya”.
[Lubaabun-Nuquul fii Asbaabin-Nuzuul hal. 97-98].
Perkataan As-Suyuthi rahimahullah ini layak diberikan kritikan. Berikut sedikit perinciannya :
Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraniy dalam Al-Ausath no. 6232 dari hadits ‘Ammaar (bin Yaasir). Padanya terdapat perawi yang bernama Khaalid bin Yaziid Al-‘Umariy, seorang pendusta (kadzdzaab). Ibnu Ma’in berkata : “Pendusta”. Abu Haatim berkata : “Pendusta, ditinggalkan haditsnya” (kadzdzaab, dzaahibul-hadiits)” [Al-Jarh wat-Ta’diil 3/360 dan Al-Miizaan 1/646 – melalui perantaraan Majma’ul-Bahrain 1/279 & 6/20 oleh Al-Haitsami]. Ishaq bin ‘Abdillah bin Muhammad bin ‘Aliy bin Husain, tidak ditemukan biografinya. Adapun Al-Hasan bin Zaid bin Al-Hasan bin ‘Aliy bin Abi Thaalib Abu Muhammad, ia seorang yang jujur, namun kadang melakukan kesalahan (shaduuq, yahimu) – sebagaimana dalam At-Taqrib.
Dikeluarkan oleh Al-Wahidiy (no. 397), dari Muhammad bin Marwaan, dari Muhammad bin Saaib, dari Abu Shaalih, dari Ibnu ‘Abbaas secara marfu’. Namun sanadnya tidak shahih sama sekali. Muhammad bin Marwaan, ia adalah As-Suddiy Ash-Shaghiir, seorang yang ditinggalkan haditsnya, dituduh berdusta (matruk, muttaham bil-kidzb). Ibnu Saaib, ia adalah Al-Kalbiy, seorang telah ditetapkan pada dirinya dengan kedustaan. Silakan merujuk pada Al-Miizaan. Adapun Abu Shaalih, namanya adalah Baadzaam; seorang perawi lemah. Ibnu Hibban mengatakan bahwa ia tidak pernah mendengar hadits dari Ibnu ‘Abbas [lihat selengkapnya pada Tahdziibut-Tahdziib, 1/416-417].
Dikeluarkan juga oleh ‘Abdurrazzaq sebagaimana dalam Tafsir Ibnu Katsiir (5/266), dari Ibnu ‘Abbas. Ibnu Katsir berkata : “Dalam sanadnya terdapat ‘Abdul-Wahhaab bin Mujaahid, seorang yang tidak boleh berhujjah dengannya”. Adz-Dzahabi berkata dalam Al-Miizaan (2/682) : “Yahya berkata : ‘Tidak ditulis haditsnya’. Ahmad berkata : ‘Tidak ada apa-apanya (laisa bi-syai’)’. Ibnu ‘Adiy berkata : ‘Secara umum apa-apa yang diriwayatkannya tidak ada yang mengikutinya (mutaba’ah)’. Al-Bukhari berkata : ‘Mereka (para ulama) berkata : Tidak pernah mendengar hadits dari bapaknya’ [selesai].
Dikeluarkan juga oleh Ath-Thabari (no. 12214) dari Mujaahid secara mursal, dalam sanadnya terdapat Ghaalib bin ‘Ubaidillah, seorang yang matruk (ditinggalkan haditsnya). Al-Bukhari berkata : “Munkarul-hadiits, mendengar hadits dari Mujaahid” [At-Taariikh Al-Kabiir 7/101 – melalui Tafsir Ibni Katsiir 5/265. Lihat juga catatan kaki Asy-Syaikh Ahmad Syaakir atas atsar ini dalam tafsir Ath-Thabariy 10/426]. Ia (Ath-Thabari – no. 12211) juga meriwayatkan dari jalan Abu Ja’far, namun riwayat ini mu’dlal.
Ibnu Katsir berkata (5/264-265I) : “Ibnu Marduyah (Mardawaih) meriwayatkan hadits ‘Ali bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu, ‘Ammaar bin Yaasir, dan Abu Raafi’; namun tidaklah shahih semua riwayat tersebut sama sekali karena kedla’ifan sanadnya dan kemajhulan para perawinya”.
Dikeluarkan juga oleh Ibnu Abi Haatim dari Salmah bin Kahiil (hal. 1162 no. 6551). Namun sanad hadits ini munqathi’ antara Salmah bin Kahiil dengan ‘Ali bin Abi Thaalib. Selain itu, Salmah ini – walaupun seorang yang tsiqah – mempunyai sedikit kecondongan terhadap Syi’ah [lihat At-Tahdziib 4/156-157].
Jika kita lihat keseluruhan sanadnya, maka tampak bagi kita bahwa riwayat tersebut berkualitas lemah, sangat lemah, bahkan palsu. Lantas, bagaimana bisa As-Suyuthi rahimahullah mengatakan bahwa hadits tersebut saling menguatkan ? Bahkan banyaknya jalur periwayatan sebagaimana terlihat di atas malah semakin menunjukkan ketidakshahihan riwayat, sebagaimana dikatakan oleh pentakhrij/penta’liq kitab Lubaabun-Nuquul (hal. 98).
Saya ingin sekali meminta kepada penulis tersebut siapa yang menyatakan hadis asbabun nuzul ayat ini untuk Imam Ali adalah dhaif atau maudhu’ setelah menganalisis semua jalur sanadnya. Sekedar pernyataan dari Ali As Salus dalam Imamah dan Khilafah atau Ibnu Taimiyyah dalam Minhaj As Sunnah jelas tidak kuat. Alasannya karena mereka yang saya sebutkan itu tidak menganalisis semua jalur sanad hadis asbabun nuzul ayat Al Wilayah. Mereka hanya mencacat sebagian hadisnya, seperti Ali As Salus yang hanya membahas hadis ini dalam Tafsir Ath Thabari kemudian langsung memutuskan bahwa riwayat tersebut dhaif tanpa melihat banyak sanad lainnya dari kitab lain. Apalagi Ibnu Taimiyyah yang melakukan banyak kekeliruan dalam Minhaj As Sunnah antara lain beliau mengatakan bahwa hadis asbabun nuzul ayat ini tidak ditemukan dalam Tafsir Ath Thabari dan Tafsir Al Baghawi padahal kenyataannya kedua kitab tafsir itu memuat hadis yang kita bicarakan ini.
Setidaknya, dengan menelusuri riwayat-riwayat yang disebutkan As-Suyuthi dalam Lubaabun-Nuquul di atas, dapat diketahui bahwa jalur-jalur periwayatan tersebut tidak ada yang shahih, dan tidak pula dapat disimpulkan shahih. Letak kelemahannya bukan hanya dari segi jahalah perawi saja sebagaimana disebutkan oleh As-Suyuthi rahimahullah.
Sedikit ulama yang saya ketahui yang mengatakan ketidakshahihan riwayat-riwayat di atas antara lain : Al-Haitsami, Ibnu Katsir, Ibnu Taimiyyah, Ahmad Syakir, dan sejumlah peneliti serta ahli hadits kontemporer. Minimal itu yang dapat disebutkan dengan bacaan saya yang serba terbatas.
Adapun tentang Ibnu Taimiyyah, maka beliau dalam kitabnya Minhaajus-Sunnah adalah sedang membantah seorang Raafidly, penulis kitab Minhaajul-Karaamah, yang mengklaim para ulama bersepakat bahwa QS. Al-Maaidah ayat 55 turun kepada ‘Ali radliyallaahu ‘anhu. Jelas ini merupakan satu kedustaan, sebagaimana biasa ia lakukan.
Mengenai perkataan Anda bahwa Ibnu Taimiyyah telah melakukan banyak kekeliruan (?!) yang salah satu atau duanya – kata Anda – bahwa beliau mengatakan asbabun-nuzul ayat ini tidak ditemukan dalam Tafsir Ath-Thabari dan Tafsir Al-Baghawi.
Benarkah beliau mengatakan itu ?
Tentang perkataan beliau sebagaimana yang Anda maksud, maka ini yang saya temukan dalam kitab Minhaajus-Sunnah (7/12) ketika beliau membicarakan Tafsir Al-Baghawiy :
ولهذا لما كان البغوي عالما بالحديث اعلم به من الثعلبي والواحدي وكان تفسيره مختصر تفسير الثعلبي لم يذكر في تفسيره شيئا من الأحاديث الموضوعة التي يرويها الثعلبي
Silakan baca sendiri….. Jadi yang dinafikkan Ibnu Taimiyyah dalam Tafsir Al-Baghawiy adalah hadits maudlu’ yang berkaitan dengan sebab turunnya ayat yang dibawakan oleh Ats-Tsa’labiy. Lantas, apa yang diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labiy (yang kemudian dibawakan oleh si Raafidliy dalam kitab Minhaajul-Karaamah) ? Kita buka halaman sebelumnya (7/5-7) :
قال الثعلبي في إسناده إلى أبي ذر قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم بهاتين وإلا صمتا ورايته بهاتين وإلا عميتا يقول علي قائد البررة وقاتل الكفرة فمنصور من نصره ومخذول من خذله أما أني صليت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم يوما صلاة الظهر فسال سائل في المسجد فلم يعطه أحد شيئا فرفع السائل يده إلى السماء وقال اللهم أنك تشهد أني سالت في مسجد رسول الله صلى الله عليه وسلم فلم يعطني أحد شيئا وكان علي راكعا فأومأ بخنصره اليمنى وكان متختما فيها فأقبل السائل حتى أخذ الخاتم وذلك بعين النبي صلى الله عليه وسلم فلما فرغ من صلاته رفع رأسه إلى السماء وقال اللهم أن موسى سألك وقال: {رب اشرح لي صدري ويسر لي أمري واحلل عقدة من لساني يفقهو ا قولي واجعل لي وزيرا من أهلي هارون أخي اشدد به أزري وأشركه في أمري} فأنزلت عليه قرأنا ناطقا {س نشد عضدك بأخيك ونجعل لكما سلطانا فلا يصلو ن إليكما بآياتنا} اللهم وأنا محمد نبيك وصفيك اللهم فاشرح لي صدري ويسر لي أمري واجعل لي وزيرا من أهلي عليا اشدد به ظهري قال أبو ذر فما استتم كلام رسول الله صلى الله عليه وسلم حتى نزل عليه جبريل من عند الله فقال يا محمد اقرأ قال وما أقرأ قال اقرأ: { إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ }
Pertanyaan saya kepada Anda : “Adakah hadits/riwayat tersebut dalam Tafsir Al-Baghawiy ?”. Saya bantu Anda untuk membacanya di sini (tafsir QS. Al-Maaidah : 55) :
{ إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا } [روي عن ابن عباس رضي الله عنهما أنها نزلت في عبادة بن الصامت وعبد الله بن أبي بن سلول حين تبرأ عبادة من اليهود، وقال: أتولى الله ورسوله والذين آمنوا، فنزل فيهم من قوله: "يا أيها الذين آمنوا لا تتخذوا اليهود والنصارى أولياء"، إلى قوله: "إنما وليكم الله ورسوله والذين آمنوا" (2) يعني عبادة بن الصامت وأصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم (3) . وقال جابر بن عبد الله: جاء عبد الله بن سلام إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: يا رسول الله إن قومنا قريظة والنضير قد هجرونا وفارقونا وأقسموا أن لا يجالسونا، فنزلت هذه الآية، فقرأها عليه رسول الله صلى الله عليه وسلم، فقال: "يا رسول الله رضينا بالله وبرسوله وبالمؤمنين أولياء" (4) . وعلى هذا التأويل أراد بقوله: { وَهُمْ رَاكِعُونَ } صلاة التطوع بالليل والنهار، قاله ابن عباس رضي الله عنهما.
وقال السدي: قوله: "والذين آمنوا الذين يقيمون الصلاة ويؤتون الزكاة وهم راكعون"، أراد به علي بن أبي طالب رضي الله عنه، مر به سائل وهو راكع في المسجد فأعطاه خاتمه (1) .
وقال جوبير عن الضحاك في قوله: { إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا } قال: هم المؤمنون بعضهم أولياء بعض، وقال أبو جعفر محمد بن علي الباقر: { إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا } نزلت في المؤمنين، فقيل له: إن أناسا يقولون إنها نزلت في علي رضي الله عنه، فقال: هو من المؤمنين (2) .
{ وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا } يعني: يتولى القيام بطاعة الله ونصرة رسوله والمؤمنين، قال ابن عباس رضي الله عنهما: يريد المهاجرين والأنصار، { فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ } يعني: أنصار دين الله، { هُمُ الْغَالِبُونَ }
[silakan baca sendiri, maaf catatan kakinya tidak saya ikutsertakan]
‘Perasaan’ saya sih mengatakan bahwa yang riwayat yang dibawakan oleh Ats-Tsa’labiy itu tidak ada. Entah, jika Anda mempunyai Tafsir Al-Baghawiy selain yang di atas…..
Nah, begitu pula hal yang dinafikkan Ibnu Taimiyyah dalam Tafsir Ath-Thabariy (lihat Minhajus-Sunnah 7/13) :
وأما أهل العلم الكبار أهل التفسير مثل تفسير محمد بن جرير الطبري وبقي بن مخلد وابن أبي حاتم وابن المنذر وعبد الرحمن بن إبراهيم دحيم وأمثالهم فلم يذكروا فيها مثل هذه الموضوعات.
Silakan periksa…. Mungkin Anda ketika berkata-kata tidak sedang membaca kitab Ibnu Taimiyyah, tapi membaca kitab yang lain.
Ini saja yang dapat saya tulis, semoga ada manfaatnya…….
Abul-Jauzaa’
Bahan bacaan :
1. Lubaabun-Nuquul fii Asbaabin-Nuzuul oleh As-Suyuthi, takhrij & ta’liq : ‘Abdurrazzaaq Mahdiy; Daarul-Kutub Al-‘Arabiy, Cet. Thn. 1426
2. Tafsir Ibnu Katsir, tahqiq : Mushthafa As-Sayyid Muhammad, Muhammad As-Sayyid Rasyaad, dll; Muassasah Qurthubah, Cet. 1/1421.
3. Al-Mu’jamul-Ausath oleh Ath-Thabaraniy, tahqiq : Thaariq bin ‘Awwadlillah Muhammad & ‘Abdul-Muhsin bin Ibrahim Al-Husainiy; Daarul-Haramain, Cet. Thn. 1410.
4. Tafsir Ath-Thabariy, tahqiq : Ahmad Syaakir; Muassasah Ar-Risalah, Cet. 1/1420].
5. Tafsir Al-Baghawiy, tahqiq & takhrij : Muhammad bin ‘Abdillah Al-Namr, dll; Daaruth-Thayyibah, Cet. 4/1417.
6. Minhaajus-Sunnah oleh Ibnu Taimiyyah, tahqiq : Dr. Muhammad Rasyaad Saalim; Univ. Muhammad bin Su’ud, Cet. 1/1406.
7. Majma’ul-Bahrain oleh Al-Haitsami, tahqiq/takhrij : ‘Abdul-Qudduus bin Muhammad Nadziir; Maktabah Ar-Rusyd, Cet. 1/1413.
8. Tafsir Ibni Abi Haatim, tahqiq : As’ad Muhammad Thayyib; Maktabah Nizaar Mushthafaa Al-Baaz, Cet. 1/1417.
9. Miizaanul-I’tidaal oleh Adz-Dzahabi, tahqiq : ‘Ali Muhammad Al-Bajaawiy; Daarul-Ma’rifah.
10. Tahdziibut-Tahdziib oleh Ibnu Hajar; Daairatul-Ma’aarif An-Nidhaamiyyah, Cet. 1/1326, India.
11. Dll.
Comments
Posting Komentar