Tampilkan postingan dengan label Manhaj. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Manhaj. Tampilkan semua postingan

Adab Bro....

0 komentar


Allah berfirman:
لا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا
"Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain)" [QS. An-Nuur : 63].
Melalui ayat ini, Allah telah mengkhususkan penyebutan Nabi dalam pembicaraan sehingga Allah melarang para shahabat (dan kita) memanggil beliau : 'Ya Muhammad, Ya Ahmad, Ya Abal-Qaasim' - sebagaimana panggilan sebagian mereka terhadap sebagian yang lain. Hendaklah mereka memanggil beliau dengan : 'Ya Nabiyallah, Ya Rasulallah', karena Allah sendiri tidak memanggil beliau dalam Al-Qur'an hanya dengan namanya saja:

Hukum Asal Muslim

0 komentar


Ringkasan poin-poinnya adalah sebagai berikut:
1.    Asal seorang muslim adalah selamat dari celaan dan kefasikan
Asy-Syaikh Shaalih bin 'Abdil-Aziiz Aalusy-Syaikh hafidhahullah berkata:
الأصل في المسلم السلامة، ليس الأصل في المسلم الشك، ليس الأصل في المسلم ظن السوء الأصل في المسلم، ولو كان عنده ما لا ينبغي من الأعمال والأقوال؛ لكن الأصل فيه السلامة
"Asal seorang muslim adalah selamat. Asal seorang muslim bukan keragu-raguan, bukan pula prasangka jelek. Meskipun padanya terdapat beberapa perkataan dan perbuatan yang tak pantas, namun asal dari seorang muslim adalah selamat...." [Transkrip kaset Al-Wasathiyyah wal-I’tidaal].

Mendekati Pintu Penguasa Terlarang ?

0 komentar


Az-Zuhriy rahimahullah adalah salah satu ulama yang mendatangi pintu sulthan (penguasa) untuk memberikan nasihat dan peringatan kepadanya sebagai bentuk pengamalan dari sabda Nabi :
الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
Agama adalah nasihat”. Kami berkata : “Untuk siapa (wahai Rasulullah)?”. Beliau bersabda : “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, imam/pemimpin kaum muslimin, dan orang-orang kebanyakan” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 55, At-Tirmidziy no. 1926, dan yang lainnya].

Menyikapi Perbedaan Pendapat di Kalangan Ulama

0 komentar


Para ulama ahli ushul fiqh berbeda pandangan tentang bagaimana penyikapan seorang awam terhadap perbedaan pendapat di kalangan ulama. Ada yang mengatakan bahwa awam mengambil pendapat ulama yang ia pandang paling berilmu dan paling wara'. Ini adalah satu riwayat yang ternukil dari Ahmad bin Hanbal, Ibnus-Suraij dari kalangan Syaafi'iyyah, dan mayoritas ulama ushul rahimahumullah. Ada yang mengatakan bahwa orang awam bebas memilih ulama siapa saja yang ia pandang pendapatnya sesuai dengan kebenaran; dan ini adalah pendapat sebagian Syaafi'iyyah dan Hanaabilah. Ada yang mengatakan hendaknya mengambil pendapat yang paling berat; ini adalah pendapat yang dihikayatkan dari Dhaahiriyyah. Sebaliknya, ada yang berpendapat agar mengambil pendapat paling mudah dan ringan. Dan ada pula yang berpendapat orang awam bertanya kepada setiap mujtahid/ulama dalil yang mereka pakai, lalu ia berusaha/berijtihad darinya dan beramal dengan pendapat yang rajih menurut penilaiannya. Ini adalah pendapat Ibnul-Qayyim dalam I'laamul-Muwaqqi'iin.

Pemimpin yang Baik

0 komentar


Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman” [QS. Al-Maaidah : 57].
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?” [QS. An-Nisaa’ : 144].

Mendoakan Keburukan terhadap Penguasa ?

0 komentar


Diantara pokok ‘aqidah Ahlus-Sunnah wal-Jamaa’ah yang dijelaskan para ulama kita semenjak dahulu hingga sekarang adalah mendengar dan taat kepada penguasa muslim, baik yang ‘adil maupun yang faajir (jahat/dhalim), tidak melakukan pemberontakan terhadap mereka, dan senantiasa mendoakan kebaikan bagi mereka (penguasa) agar dapat mengemban urusan umat, karena kebaikan mereka adalah kebaikan bagi rakyatnya dan keburukan mereka pun menjadi keburukan bagi rakyatnya. Nabi bersabda:
الدِّينُ النَّصِيحَةُ، قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: لِلَّهِ، وَلِكِتَابِهِ، وَلِرَسُولِهِ، وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ، وَعَامَّتِهِمْ
Agama adalah nasihat”. Kami (para sahabat) bertanya : “Untuk siapa ?”. Beliau menjawab : “(Nasihat) kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin kaum muslimin, dan seluruh kaum muslimin” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 55, Abu Daawud no. 4944, Ahmad 4/102, An-Nasaa’iy no. 4197-4198, Ibnu Hibbaan no. 4574, dan yang lainnya].

Pemimpin adalah Cerminan dari (Mayoritas) Rakyatnya

3 komentar


Allah berfirman:
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang yang dhalim sebagai pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan amal yang mereka lakukan” [QS. Al-An’aam: 129].
Dalam ayat ini Allah menjelaskan tentang sebab dan akibat. Yaitu bahwa diberikannya pemimpin yang dhalim kepada satu kaum adalah disebabkan karena kedhaliman yang mereka lakukan.

Pukulan Telak

3 komentar


Begitulah omongan bombastis si badut medsos. Hadits yang dimaksudkan olehnya diriwayatkan oleh Al-Imaam Muslim rahimahullah sebagai berikut:
حَدَّثَنَا هَدَّابُ بْنُ خَالِدٍ الْأَزْدِيُّ، حَدَّثَنَا هَمَّامُ بْنُ يَحْيَي، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنْ الْحَسَنِ، عَنْ ضَبَّةَ بْنِ مِحْصَنٍ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: " سَتَكُونُ أُمَرَاءُ فَتَعْرِفُونَ وَتُنْكِرُونَ، فَمَنْ عَرَفَ بَرِئَ وَمَنْ أَنْكَرَ سَلِمَ وَلَكِنْ مَنْ رَضِيَ، وَتَابَعَ، قَالُوا: أَفَلَا نُقَاتِلُهُمْ، قَالَ: لَا مَا صَلَّوْا
Telah menceritakan kepada kami Haddaab bin Khaalid Al-Azdiy : Telah menceritakan kepada kami Hammaam bin Yahyaa : Telah menceritakan kepada kami Qataadah, dari Al-Hasan, dari Dlabbah bin Mihshan, dari Ummu Salamah : Bahwasannya Rasulullah pernah bersabda : “Akan datang para penguasa, lalu kalian mengenal mereka namun kalian mengingkari (perbuatan mereka). Barangsiapa yang mengetahui (kemunkarannya), hendaklah ia berlepas diri; dan barangsiapa yang mengingkarinya, maka ia telah selamat. Akan tetapi, barangsiapa yang ridla (dengan perbuatannya) dan mengikutinya, (maka ia berdosa/celaka)”. Para shahabat berkata : “Tidakkah kita perangi saja mereka ?”. Beliau menjawab : “Tidak, selama mereka masih shalat” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1855].

Jangan Mendahului Allah dan Rasul-Nya

0 komentar


Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" [QS. Al-Hujuraat : 1].
Ayat ini merupakan pokok dalam agama kita yang mengandung adab terhadap Allah dan Rasul-Nya . Membangun manhaj ‘aqidah dan cara pandang seorang muslim dalam menyikapi nash Al-Qur’an dan As-Sunnah, mengagungkannya, mengutamakannya, tunduk kepadanya, dan tidak pernah menomorduakannya di bawah perkataan/pendapat selainnya.

Ambil yang Baik, Buang yang Buruk

11 komentar


Muhammad bin Siiriin rahimahullah berkata:
إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ، فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ
“Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa kalian mengambil agama kalian”.
Diriwayatkan oleh Muslim dalam muqaddimah Shahiih-nya hal. 24, Ad-Daarimiy no. 433 & 438, Ibnu Abi Syaibah 8/617 no. 27047, Al-‘Uqaliliy dalam Adl-Dlu’afaa’ hal. 24, Ibnu ‘Adiy dalam Al-Kaamil 1/253 & 5/287-288, Ibnu Abi Haatim dalam Al-Jarh wat-Ta’diil 2/15, Ibnul-A’raabiy dalam Mu’jam-nya no. 1613, Ibnul-Muqri’ dalam Mu’jam-nya no. 107 & 179 & 511, Khaitsamah bin Sulaimaan dalam Hadiits-nya no. 167, ‘Affaan bin Muslim dalam Hadiits-nya no. 235, Ibnu Sa’d dalam Ath-Thabaqaat 7/100, Ibnu Hibbaan dalam Al-Majruuhiin 1/21, Abu Nu’aim dalam Hilyatul-Auliyaa’ 2/278, Al-Khathiib dalam Al-Jaami’ li-Akhlaaqir-Raawiy 1/195 no. 141, dan yang lainnya.

Tashniifun-Naas

2 komentar


Tashniifun-Naas yang dimaksudkan di sini adalah pengklasifikasian manusia dengan menisbatkan seorang pelaku bid’ah kepada kebid’ahannya, menisbatkan pendusta kepada kedustaannya, dan yang semisalnya. Bab ini sangat terkait dengan al-jarh wat-ta’diil yang diamalkan para ulama dari generasi ke generasi tanpa ada pengingkaran. Tashniif merupakan bagian dari agama yang kita beragama di atasnya.
Barangsiapa dikenal dengan bid’ah qadar, maka dikatakan kepadanya ‘qadariy. Barangsiapa dikenal dengan bid’ah Khaawarij, maka dikatakan kepadanya Khaarijiy; Murji’ah dikatakan Murji’; Raafidlah dikatakan Raafidliy, Mu’tazilah dikatakan Mu’taziliy, Asy’ariyyah dikatakan Asy’ariy, dan seterusnya. Nabi telah bersabda:

Mencontoh Semangat Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa dalam Mengamalkan Sunnah

1 komentar


Disebutkan dalam riwayat:
عَنْ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ، أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يُزَاحِمُ عَلَى الرُّكْنَيْنِ زِحَامًا مَا رَأَيْتُ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ﷺ يَفْعَلُهُ. فَقُلْتُ: يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ إِنَّكَ تُزَاحِمُ عَلَى الرُّكْنَيْنِ زِحَامًا مَا رَأَيْتُ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ﷺ يُزَاحِمُ عَلَيْهِ، فَقَالَ: إِنْ أَفْعَلْ، فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: " إِنَّ مَسْحَهُمَا كَفَّارَةٌ لِلْخَطَايَا "، وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: " مَنْ طَافَ بِهَذَا الْبَيْتِ أُسْبُوعًا فَأَحْصَاهُ، كَانَ كَعِتْقِ رَقَبَةٍ "، وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: لَا يَضَعُ قَدَمًا وَلَا يَرْفَعُ أُخْرَى إِلَّا حَطَّ اللَّهُ عَنْهُ خَطِيئَةً، وَكَتَبَ لَهُ بِهَا حَسَنَةً
Dari ‘Ubaid bin ‘Umair : Bahwasannya Ibnu ‘Umar berdesak-desakan untuk mencapai dua rukun (Hajar Aswad dan Rukun Yamani), sesuatu yang tidak aku lihat seorang sahabat Nabi pun melakukannya (seperti dirinya). Aku katakan : “Wahai Abu ‘Abdirrahmaan, sesungguhnya engkau rela berdesak-desakan untuk mencapai dua rukun. Aku tidak melihat seorang sahabat Nabi pun berdesak-desakan untuk mencapainya (seperti dirimu)”. Maka ia (Ibnu ‘Umar) berkata : “Jika itu aku lakukan, maka aku tidak dicela karena aku mendengar Rasulullah bersabda : ‘Sesungguhnya mengusap keduanya dapat menjadi penghapus dosa-dosa’. Aku juga mendengar beliau bersabda : ‘Barangsiapa yang melakukan thawaf di Ka’bah sebanyak tujuh kali dan menyempurnakannya, nilainya seperti membebaskan budak’. Dan akupun mendengar beliau bersabda : ‘Tidaklah seseorang melangkahkan kakinya (untuk melaksanakan thawaf), melainkan Allah akan hapus dosanya dan akan ditulis baginya kebaikan” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 959; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan At-Tirmidziy 1/491].

Waspadai Syubuhaat

0 komentar


Dari Jaabir bin 'Abdillah radliyallaahu ‘anhu:
أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ أَتَى النَّبِيَّ ﷺ بِكِتَابٍ أَصَابَهُ مِنْ بَعْضِ أَهْلِ الْكُتُبِ، فَقَرَأَهُ عَلَّى النَّبِيُّ ﷺ فَغَضِبَ، وَقَالَ: أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً، لَا تَسْأَلُوهُمْ عَنْ شَيْءٍ فَيُخْبِرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوا بِهِ، أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوا بِهِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ أَنَّ مُوسَى كَانَ حَيًّا، مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي
Bahwasannya Umar bin Khaththaab pernah mendatangi Nabi sambil membawa kitab yang ia dapatkan dari sebagian Ahli Kitab. Kemudian ia membacakan kepada Nabi kitab tersebut. Nabi pun marah dan bersabda : “Apakah engkau merasa bingung dengan apa yang ada di dalamnya, wahai Ibnul-Khaththaab?. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Sungguh aku telah datang kepada kalian dengan membawa sesuatu putih lagi bersih (jelas). Janganlah kalian bertanya kepada Ahli Kitab tentang satu hal, karena mungkin mereka akan memberitahu kalian satu kebenaran namun kalian mendustakannya. Atau mereka menkhabarkan satu kebatilan, akan tetapi kalian membenarkannya. Demi Dzat, yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya Muusaa masih hidup, maka wajib baginya untuk mengikutiku” [Diriwayatkan oleh Ahmad 3/387; dihasankan oleh Al-Albaaniy dalam Irwaaul-Ghaliil no. 1589].

Tauhid, Pokok Dakwah Para Nabi dan Rasul

0 komentar


Allah ta’ala telah menciptakan langit-langit dan bumi, serta apa-apa yang ada diantaranya dan apa-apa yang ada di dalamnya. Allah ta’ala telah menciptakan yang nyata (syahadah) dan yang tidak nyata (ghoib). Allah ta’ala telah menciptakan manusia dan jin, maka tidaklah Allah membiarkan mereka begitu saja dengan sia-sia. Tetapi Allah telah mengutus para nabi dan rasul (al-anbiya wal-mursalin), dengan membawa Kitab yang diwahyukan oleh Allah ta’ala kepada mereka. Bagi yang menaati nabi/Rasul akan menjumpai nikmat dan rahmat Allah, yaitu surga. Sebaliknya, bagi yang durhaka akan menjumpai kemurkaan dan siksa Allah, yaitu neraka. Demikianlah keberadaan anbiya dan mursalin.
Maka sesungguhnya perjalanan dakwah para nabi dan rasul dari masa ke masa dan di manapun mereka diutus di muka bumi ini dan kepada ummat siapapun, mereka mengawali dan memulai dengan ilmu “Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah”, dengan Tauhid. Perjalanan dakwah tersebut dinyatakan pada beberapa ayat Al-Qur'an.

Casing Boleh Sama, Isinya Beda

1 komentar


Allah ta'ala berfirman:
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ * وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
"Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan" [QS. Ar-Rahmaan : 26-27].
Al-Imaam Ibnu Khuzaimah rahimahullah dalam kitab At-Tauhiid (1/51-52) mengatakan bahwa sebagian orang bodoh dari kalangan JAHMIYYAH menyangka bahwa Allah ta'ala menyifati keagungan Diri-Nya dengan ayat ini. Mereka mengatakan Allah lah yang mempunyai kebesaran/keagungan dan kemuliaan, bukan wajah-Nya, sebagaimana ayat (lain) :

Hati-Hati Menuduh Hizbiy karena Perkara Organisasi

2 komentar

Tidak setiap orang yang mendirikan atau bergabung pada organisasi, yayasan, atau perkumpulan tertentu boleh dicap seenaknya dengan hizbiy dan tahazzub.
"Menurut pengamatan saya, biasanya kan jadi tahazzub"
Hati-hati kisanak dengan perkataan Anda. Tidak semua orang seperti yang Anda pikirkan. Jika suatu organisasi, yayasan, atau perkumpulan didirikan dengan tujuan untuk berdakwah kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah serta tidak mengikatkan walaa' dan baraa'-nya kepadanya; maka justru ini merupakan kebaikan. Jangan asal bicara:

Jelas dan Samar

0 komentar

Sebagian orang belakangan memiliki teori dalam masalah pemberian udzur kejahilan, khususnya dalam perkara yang dianggap jelas (yang tidak menerima udzur kejahilan) dan tidak jelas (menerima udzur kejahilan). Mereka katakan perkara tawassul (syirkiy), tabarruk (syirkiy), dan istighatsah (syirkiy) adalah perkara yang jelas; sedangkan perlara bid’ah penyimpangan dalam al-asmaa’ wash-shifaat adalah perkara yang samar. Cukup ‘dimaklumi’, karena banyak ulama terdahulu memberikan udzur dalam masalah asmaa’ wa shifaat saat merebak bid’ah Jahmiyyah.

Persatuan (Lagi)

2 komentar

Nabi bersabda:
لاَ يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنِّى رَسُولُ اللَّهِ إِلاَّ بِإِحْدَى ثَلاَثٍ الثَّيِّبُ الزَّانِ وَالنَّفْسُ بِالنَّفْسِ وَالتَّارِكُ لِدِينِهِ الْمُفَارِقُ لِلْجَمَاعَةِ
Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi bahwasannya tidak ada tuhan yang berhak untuk diibadai melainkan Allah dan bersaksi bahwasannya aku adalah utusan Allah; kecuali dengan dengan satu diantara tiga perkara : (1) orang yang pernah menikah lalu berzina; (2) jiwa dibalas dengan jiwa, dan (3) orang yang meninggalkan agamanya (murtad), yang memisahkan diri dari jama’ah” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1676].

Persatuan

1 komentar

Seandainya kita mengaji dan mendakwahkan tauhid yang 3 (Rubuubiyyah, Uluuhiyyah, dan Asmaa wa Shifaat), mengatakan sebagian amalan tawassul dan istighatsah termasuk bid'ah bahkan syirik, ritual tahlilan dan perayaan maulid bid'ah, Syaikhul-Islaam Ibnu Taimiyyah adalah salah satu ulama besar Islam; apakah itu akan membuat umumnya orang-orang Asw*j* tenang dan suka cita ? Tidak, bahkan mereka terusik serta akan senantiasa menggembosi dan memprovokasi sebagaimana terekam dalam sejarah bapak dan kakek-kakek kita.

Penegakan Hujjah dalam Tabdii’

0 komentar

Pertanyaan :
هل يشترط في تبديع من وقع في بدعة أو بدع أن تقام عليه الحجة لكي يبدع أو لا يشترط ذلك؟
“Apakah dipersyaratkan penegakan hujjah dalam tabdii’ terhadap orang yang terjatuh dalam kebid’ahan ketika membid’ahkannya?”
Jawab :
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن اتبع هداه أما بعد:
فالمشهور عن أهل السنة أنه من وقع في أمر مكفر لا يكفر حتى تقام عليه الحجة، أما من وقع في بدعة فعلى أقسام:
القسم الأول:أهل البدع كالروافض والخوارج والجهمية والقدرية والمعتزلة والصوفية القبورية والمرجئة ومن يلحق بهم كالإخوان والتبليغ وأمثالهم فهؤلاء لم يشترط السلف إقامة الحجة من أجل الحكم عليهم بالبدعة فالرافضي يقال عنه: مبتدع والخارجي يقال عنه: مبتدع وهكذا، سواء أقيمت عليهم الحجة أم لا.