Takhrij Hadits “Berlindung dari Istri yang Cerewet” (?)


Dalam sebuah hadits disebutkan doa berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَارِ السُّوءِ، وَمِنْ زَوْجٍ تُشَيِّبُنِي قَبْلَ الْمَشِيبِ، وَمِنْ وَلَدٍ يَكُونُ عَلَيَّ رِبًا، وَمِنْ مَالٍ يَكُونُ عَلَيَّ عَذَابًا، وَمِنْ خَلِيلٍ مَاكِرٍ عَيْنَهُ تَرَانِي، وَقَلْبُهُ تَرْعَانِي، إِنْ رَأَى حَسَنَةً دَفَنَهَا، وَإِذَا رَأَى سَيِّئَةً أَذَاعَهَا
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tetangga yang jahat; dari pasangan yang menjadikanku tua (beruban) sebelum waktunya; dari anak (keturunan) yang berkuasa kepadaku; dari harta yang menjadi siksa (kelak) bagiku; dan dari teman dekat yang berbuat makar kepadaku, matanya melihat dan hatinya terus mengawasi, yang apabila kebaikanku ia menutupinya, namun apabila ia melihat kejelekanku ia menyebarkannya”.

Doa ini diriwayatkan secara marfuu’ oleh Ath-Thabaraaniy dalam Ad-Du’aa’ hal. 1425 no. 1339 : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal : Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Hammaad Al-Hadlramiy : Telah menceritakan kepada kami Abu Khaalid Al-Ahmar, dari Muhammad bin ‘Ajlaan, dari Sa’iid Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Termasuk doa yang biasa diucapkan Rasulullah : “……… (al-hadits)……”.
Al-Hasan bin Ahmad Al-Hadlramiy[1] dalam periwayatannya dari Muhammad bin ‘Ajlaan diselisihi oleh:
1.    Abu Sa’iid Al-Asyajj[2] sebagaimana diriwayatkan oleh Aslam bin Sahl dalam Taarikh Waasith hal. 130 no. 112;
2.    Hannaad bin As-Sariy[3] dalam Az-Zuhd hal. 505 no. 1038
yang meriwayatkan dari perkataan Sa’iid Al-Maqburiy (maqthuu’), ia berkata:
كَانَ مِنْ دُعَاءِ دَاوُدَ النَّبِيِّ ﷺ: " اللَّهُمَّ، إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَارِ السُّوءِ، وَمِنْ زَوْجٍ تُشَيِّبُنِي قَبْلَ الْمَشِيبِ، وَمِنْ وَلَدٍ يَكُونُ عَلَيَّ وَبَالا، وَمِنْ مَالٍ يَكُونُ عَلَيَّ عَذَابًا، وَمِنْ خَلِيلٍ مَاكِرٍ عَيْنَاهُ تَرَانِي وَقَلْبُهُ يَرْعَانِي إِنْ رَأَى حَسَنَةً دَفَنَهَا وَإِنْ رَأَى سَيِّئَةً أَذَاعَهَا "
“Termasuk diantara doa yang diucapkan Nabi Dawud : “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tetangga yang jahat; dari pasangan yang menjadikanku tua (beruban) sebelum waktunya; dari anak yang menjadi bencana/kesusahan bagiku; dari harta yang menjadi adzab (kelak) bagiku; dari dari teman dekat yang berbuat makar kepadaku, matanya melihat dan hatinya terus mengawasi, yang apabila kebaikanku ia menutupinya, namun apabila ia melihat kejelekanku ia menyebarkannya”.
Jika kita tarjih, maka riwayat maqthu’ lebih kuat. Jika kita anggap dua jalan tersebut sama-sama kuat[4], maka di sini ada idlthiraab yang berasal dari Abu Khaalid Al-Ahmar. Ibnu Hajar menghukuminya sebagai perawi yang shaduuq, namun sering keliru (yukhthi’)’ [Taqriibut-Tahdziib, hal. 406 no. 2562]. Meskipun ia dipuji banyak ulama, namun ada diantara hadits-haditsnya yang perlu untuk diteliti. Ibnu ‘Adiy berkata : “Ia mempunyai hadits-hadits yang shaalihah (baik). Hanya saja, hapalannya yang jelek menyebabkan ia sering keliru. Ia pada asalnya adalah sebagaimana yang dikatakan Ibnu Ma’iin : ‘shaduuq, namun bukan sebagai hujjah” [lihat Tahdziibul-Kamaal, 11/394-398 no. 2504]. Ibnu Hajar dalam Muqaddimah Al-Fath (hal. 407) menyebutkan bahwa Abu Bakr Al-Bazzaar berkata : “Para ulama hadits sepakat bahwa ia bukan seorang yang haafidh. Ia meriwayatkan dari Al-A’masy dan yang lainnya hadits-hadits yang tidak ada mutaba’ah-nya” [Dinukil melalui perantaraan Kasyful-Iihaam, hal. 399 oleh Dr. Maahir Al-Fahl].
Kemungkinan, hadits ini adalah salah satu yang ia (Abu Khaalid Al-Ahmar) keliru dalam periwayatannya.
Kemungkinan lain kekeliruan ini berasal dari Muhammad bin ‘Ajlaan. Sebagian ulama mengkritik periwayatannya yang berasal dari Sa’iid Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu [lihat : Mausu’ah Aqwaal Al-Imaam Ahmad 3/293-295 no. 2387 dan Mausu’ah Aqwaal Ad-Daaraquthniy hal. 604 no. 3244].
Ada syahid dari Ibnu ‘Abbaas sebagaimana diriwayatkan oleh Aslam bin Sahl dalam Taariikh Waasith hal. 130, namun sanadnya sangat lemah karena Husain bin Qais, seorang yang matruuk.
Kesimpulannya, hadits ini dla’iif secara marfuu’, tidak boleh disandarkan pada Nabi . Yang shahih, ini hanya perkataan dari Sa’iid Al-Maqburiy. Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
Semoga ada manfaatnya.
[somewhere, 3 Dzulqa’dah 1437 selepas rapat].



[1]    Al-Hasan bin Hammaad bin Kusaib Al-Hadlramiy, Abu ‘Aliy Al-Baghdadiy, berlaqab sajjaadah; seorang yang tsiqah, shaahibus-sunnah. Dipakai oleh Abu Daawud, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Al-Kaasyif, 1/324 no. 1024].
[2]    Abu Sa’iid Al-Asyajj namanya ‘Abdullah bin Sa’iid bin Hushain Al-Kindiy, Abu Sa’iid Al-Asyajj Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-10, dan meninggal tahun 257 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 511 no. 3374].
[3]    Hannad bin As-Saariy, ia adalah Ibnu Mush’ab bin Abi Bakr At-Tamiimiy Ad-Daarimiy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-10, lahir tahun 152 H, dan meninggal tahun 243 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy dalam Khalqu Af’aalil-‘Ibaad, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1025 no. 7370].
[4]    Asy-Syaikh Al-Albaaniy rahimahullah menyebutkan mutaba’ah bagi Al-Hasan bin Hammaad, yaitu Al-Hasan bin Sahl. Beliau rahimahullah berkata:
الحديث أخرجه الديلمي في "مسند الفردوس " (1/1/183) من طريق أبي بكر بن أبي عاصم: حدثنا الحسن بن سهل: حدثنا أبو خالد الأحمر به مقتصراً على الشطر الثاني منه، بلفظ: "اللهم إني أعوذ بك من خليلٍ ماكرٍ... " إلخ
“Hadits tersebut diriwayatkan juga oleh Ad-Dailamiy dalam Musnad Al-Firdaus (1/1/8) dari jalan Abu Bakr bin Abi ‘Aashim : Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Sahl : Telah menceritakan kepada kami Abu Khaalid Al-Ahmar dengan sanad tersebut secara ringkas pada bagian kedua dari hadits, dengan lafadh : “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari teman yang jahat …..dst.”.
Al-Hasan bin Sahl ini adalah Al-Ju’fiy Al-Kuufiy. Abu Zur’ah meriwayatkan hadits darinya, dan ia (Abu Zur’ah) tidaklah meriwayatkan kecuali dari orang yang tsiqah [lihat : Silsilah Ash-Shahiihah, 7/377-378 no. 3137].
Hanya saja, Asy-Syaikh Al-Albaaniy tidak menyebutkan sanad sebelum Ibnu Abi ‘Aashim sehingga dapat dinilai apakah sanad tersebut shahih sampai Al-Hasan bin Sahl ataukah tidak. Hal ini dikarenakan beliau rahimahulah sendiri menjelaskan bahwa Ad-Dailamiy ini banyak mengumpulkan riwayat-riwayat yang dla’iif/palsu dari para perawi pendusta, pemalsu, dan matruk; sehingga Ad-Dailamiy disebut beliau sebagai haatibul-lail ! [Silsilah Adl-Dla’iifah, 12/565].

Comments

zjm mengatakan...

jadi boleh diamalkan tadz?

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Boleh mambaca apa saja, termasuk doa ini, karena isinya baik. Hanya saja tidak boleh meyakini dan disandarkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, karena haditsnya lemah.

wallaahu a'lam bish-shawwaab.

suhardi(Abu luqman Al-falimbany) mengatakan...

Tadz FBnya aktif lagi dong