Perkataan ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhu : “Tidak Ada ‘Udzur Bagi Seseorang untuk Melakukan Kesesatan......”


Maksudnya adalah perkataan ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhu yang dinukil oleh Al-Barbahaariy dalam Syarhus-Sunnah (hal. 36, tahqiq : ‘Abdurrahmaan bin Ahmad Al-Jumaiziy, Maktabah Daaril-Minhaaj, Cet. 1/1426):
لا عذر لأحد في ضلاله ركبها حسبها هدى ولا في هدى تركه حسبه ضلاله فقد بينت الأمور وثبتت الحجة وانقطع العذر
“Tidak ada ‘udzur bagi seseorang dalam kesesatan yang dilakukan karena ia sangka sebagai petunjuk. Tidak pula ada ‘udzur bagi seseorang dalam petunjuk yang ditinggalkan karena ia sangka sebagai kesesatan. Sungguh perkara-perkara telah dijelaskan, hujjah telah ditegakkan, dan telah terputus ‘udzur” [selesai].
Atsar ‘Umar bin Al-Khaththaab ini diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam Al-Ibaanatul-Kubraa no. 127, Ibnu Syabbah dalam Taariikh Madiinah no. 1362, dan Al-Khathiib dalam Al-Faqiih wal-Mutafaqqih hal. 148; semuanya dari jalan Al-Auzaa’iy dari ‘Umar.
Atsar ini lemah karena keterputusan antara Al-Auzaa’iy (lahir tahun 88 H) dengan ‘Umar radliyallaahu ‘anhu (wafat tahun 23 H).
Diriwayatkan juga Ibnul-Jauziy dalam Al-Muntadham 4/225 dari jalan Muusaa bin ‘Uqbah, dari ‘Umar.
Atsar ini juga lemah karena keterputusan antara Muusaa bin ‘Uqbah dengan ‘Umar radliyallaahu ‘anhu.
Diriwayatkan juga oleh Abu Yuusuf dalam Al-Kharaaj hal. 13 : Telah menceritakan kepadaku sebagian guru-guru kami, dari ‘Abdul-Malik bin Muslim, dari ‘Utsmaan bin ‘Athaa’ Al-Kilaa’iy, dari ayahnya, dari ‘Umar.
Atsar ini lemah karena mubham-nya guru Abu Yuusuf, kelemahan ‘Utsmaan bin ‘Athaa’, serta keterputusan antara ‘Athaa’ dengan ‘Umar.
Yang shahih, perkataan ini berasal dari ‘Umar bin ‘Abdil-‘Aziiz rahimahullah:
حَدَّثَنَا أَبُو حَفْصٍ الْبَاهِلِيُّ، ثنا شُرَيْحُ بْنُ النُّعْمَانِ، ثنا الْمُعَافَى، ثنا الأَوْزَاعِيُّ، قَالَ: قَالَ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ: " لا عُذْرَ لأَحَدٍ بَعْدَ السُّنَّةِ فِي ضَلالَةٍ رَكِبَهَا يَحْسَبُ أَنَّهَا هُدًى
Telah menceritakan kepada kami Abu Hafsh Al-Baahiliy : Telah menceritakan kepada kami Syuraih bin An-Nu’maan : Telah menceritakan kepada kami Al-Mu’aafaa : Telah menceritakan kepada kami Al-Auzaa’iy, ia berkata : Telah berkata ‘Umar bin ‘Abdil-‘Aziiz : “Tidak ada ‘udzur bagi seseorang setelah tetapnya sunnah, dalam kesesatan yang dilakukan karena ia sangka sebagai petunjuk” [Ta’dhiimu Qadrish-Shalaah no. 97; sanadnya shahih].
Wallaahu a’lam, semoga ada manfaatnya.

[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas permai – 21022015 – 22:03].

Comments

fajar nohir mengatakan...

Itu di akhir tulisan, yg mengatakan sanadnya shahih siapa? Antum atau penulis kitabnya?