Sifat Dzaatiyyah : Tangan Kiri



Telah berkata Al-Imaam Muslim rahimahullah :
وحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنْ عُمَرَ بْنِ حَمْزَةَ، عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " يَطْوِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ السَّمَاوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِيَدِهِ الْيُمْنَى، ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ، ثُمَّ يَطْوِي الْأَرَضِينَ بِشِمَالِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ "
Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah : Telah menceritakan kepada kami Abu Usaamah, dari ‘Umar bin Hamzah, dari Saalim bin ‘Abdillah : Telah mengkhabarkan kepadaku ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Allah ‘Azza wa Jalla akan menggulung langit-langit kelak di hari kiamat, kemudian Ia mengambilnya dengan tangan kanan-Nya dan berfirman : ‘Akulah Raja. Dimanakah orang-orang yang selalu bertindak sewenang-wenang ?. Dimanakah orang-orang yang selalu menyombongkan diri ?’. Kemudian Allah menggulung bumi-bumi dengan tangan kiri-Nya, dan berfirman : ‘Akulah Raja. Dimanakah orang-orang yang selalu bertindak sewenang-wenang ?. Dimanakah orang-orang yang selalu menyombongkan diri ?” [Shahiih Muslim no. 2788].

‘Umar bin Hamzah dalam sanad di atas adalah seorang yang dla’iif[1] [At-Taqriib, hal. 716 no. 4918]. Adapun perawi lainnya tsiqaat.
Saalim dalam periwayatan dengan lafadh ini mempunyai mutaba’ah dari Naafi’, sebagaimana diriwayatkan oleh Ath-Thabaraaniy :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ، قَالَ: نا مُقَدَّمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ عَطَاءِ بْنِ مُقدَّمٍ، قَالَ: نا عَمِّي الْقَاسِمُ بْنُ يَحْيَى، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقْبِضُ الأَرْضَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِشِمَالِهِ، وَتَكُونُ السَّمَاوَاتُ بِيَمِينِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ
Telah menceritakan kepada kami Ahmad, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Muqaddam  bin Yahyaa bin ‘Athaa’ bin Muqaddam, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami pamanku Al-Qaasim bin Yahyaa, dari ‘Ubaidullah bin ‘Umar, dari Naafi’, dari Ibnu ‘Umar, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah ta’ala akan menggenggam bumi dengan tangan kiri-Nya dan menggenggam langit-langit dengan tangan kanan-Nya. Lalu Ia berfirman : ‘Akulah Raja” [Al-Mu’jamul-Ausath, 2/86 no. 1331; sanadnya shahih].
Keterangan perawi :
1.    Ahmad (syaikh dari Ath-Thabaraaniy), ia bernama : Ahmad bin Muhammad bin ‘Abdillah bin Shadaqah Abu Bakr Al-Haafidh Al-Baghdaadiy; seorang yang tsiqatun tsiqah (sangat tsiqah). Wafat tahun 293 H [Irsyaadul-Qaadliy, hal. 169 no. 195].
2.    Al-Muqaddam bin Muhammad bin Yahyaa bin ‘Athaa’ bin Muqaddam Al-Hilaaliy Al-Muqaddamiy Al-Waasithiy; dikatakan Ibnu Hajar seorang yang shaduuq, namun kadang ragu. Akan tetapi penghukuman ini perlu diteliti kembali. Ad-Daaruquthniy berkata : “Tsiqah”. Al-Bazzaar berkata : “Tsiqah, ma’ruuf”. Ibnu Hibbaan memasukkannya dalam Ats-Tsiqaat seraya berkata : “Yughrib wa yukhaalif”. Oleh karena itu, kesimpulan yang benar – wallaahu a’lam – adalah : Ia seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-10. Dipakai Al-Bukhaariy dalam Shahiih-nya [Tahdziibul-Kamaal 28/460-461 no. 6165, Tahdziibut-Tahdziib 10/288 no. 506, At-Taqriib hal. 969 no. 6920, dan Tahriirut-Taqriib 3/414 no. 6872].
3.    Al-Qaasim bin Yahyaa bin ‘Athaa’ bin Muqaddam bin Muthii’ Al-Hilaaliy Al-Muqaddamiy, Abu Muhammad Al-Waasithiy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-9, wafat tahun 197 H. Dipakai Al-Bukhaariy dalam Shahiih-nya [At-Taqriib, hal. 796 no. 5539].
4.    ‘Ubaidullah bin ‘Umar bin Hafsh bin ‘Aashim bin ‘Umar bin Al-Khaththaab Al-Qurasyiy Al-‘Adawiy Al-‘Umariy Al-Madaniy, Abu ‘Utsmaan; seorang yang tsiqah lagi tsabat. Termasuk thabaqah ke-5, wafat tahun 140-an H. Dipakai Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [At-Taqriib, hal. 643 no. 4353].
5.    Naafi’ Abu ‘Abdillah Al-Madaniy; seorang yang tsiqah, tsabat, faqiih, lagi masyhuur. Termasuk thabaqah ke-3, wafat tahun 117 H atau dikatakan setelah itu. Dipakai Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [At-Taqriib, hal. 996 no. 7136].
Lantas bagaimana dengan hadits :
إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا "
“Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil di sisi Allah berada di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya, di sebelah kanan Ar-Rahmaan ‘Azza wa Jalla – dan kedua tangan-Nya adalah kanan –. Yaitu orang-orang yang berlaku adil dalam hukum mereka, keluarga mereka, dan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1827, An-Nasaa’iy no. 5379, dan yang lainnya].
? ? ?.
Asy-Syaikh ‘Abdul-‘Aziiz Ar-Raajihiy hafidhahullah menjelaskan sebagai berikut :
هذا ثابت في الأحاديث الصحيحة وغيرها قال: يقبض السماوات بيمينه وكلتا يديه يمين وفي اللفظ: وكلتا يدي ربي يمين مباركة يعني كلتا يديه يمين في الشرف والفضل وعدم النقص، وجاء في صحيح مسلم … الشمال، لكن بعضهم طعن فيها، قال: انفرد بها أحد الرواة، والصواب أنها أن لله يمينا وشمالا، لكن كلاهما يمين في الشرف والفضل وعدم النقص، بخلاف الآدمي الشمال تكون ضعيفة أضعف. أما الرب -سبحانه وتعالى- فكلتا يديه يمين في القوة والشرف والفضل وعدم النقص
“Hal ini ini (sifat kedua tangan Allah kanan) tsaabit dalam hadits-hadits shahih dan yang lainnya. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Allah menggenggam langit-langit dengan tangan kanan-Nya, dan kedua tangan-Nya adalah kanan’. Dalam lafadh yang lain : ‘dan kedua tangan Rabb-ku adalah kanan yang penuh barakah’, yaitu : kedua tangan-Nya adalah kanan dalam keagungan/kemuliaan, keutamaan, dan peniadaan adanya aib/kekurangan. Dan telah ada hadits dalam Shahiih Muslim (lafadh) : tangan kiri (asy-syimaal). Akan tetapi sebagian ulama mengkritiknya. Mereka berkata : ‘Salah seorang rawi bersendirian dalam periwayatan lafadh tersebut’.[2] Yang benar, bahwasannya Allah mempunyai tangan kanan dan kiri, akan tetapi keduanya adalah kanan dalam hal keagungan/kemuliaan, keutamaan, dan peniadaan aib/kekurangan. Berbeda halnya dengan anak Adam dimana tangan kiri sebagai satu kelemahan. Adapun Rabb/Allah – subhaanahu wa ta’ala - , maka kedua tangan-Nya adalah kanan dalam kekuatan, keagungan/kemuliaan, keutamaan, dan peniadaan aib/kekurangan” [sumber : sini].
Semoga penjelasan singkat ini ada manfaatnya.
Wallaahu a’lam.
[abul-jauzaa’ – sardonoharjo, ngaglik, sleman, yk].


[1]     Nama lengkapnya : ‘Umar bin Hamzah bin ‘Abdillah bin ‘Umar bin Al-Khaththaab Al-Qurasyiy Al-‘Adawiy Al-‘Umariy Al-Madaniy. Termasuk thabaqah ke-6. Dipakai Al-Bukhaariy dalam riwayat mu’allaq, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, dan Ibnu Maajah.
Ahmad bin Hanbal berkata : “Hadits-haditsnya munkar”. Yahyaa bin Ma’iin berkata : “Ia lebih dla’iif daripada ‘Umar bin Muhammad bin Zaid”. An-Nasaa’iy berkata : “Dla’iif”. Di lain tempat ia berkata : “Laisa bil-qawiy (tidak kuat)”. Ibnu Hibbaan menyebutkannya dalam Ats-Tsiqaat dan berkata : “Ia termasuk orang yang sering melakukan kekeliruan”. Ibnu ‘Adiy berkata : “Ia termasuk orang yang ditulis haditsnya”. Al-Haakim berkata : “Seluruh haditsnya lurus (mustaqiimah)”. Abu Zur’ah berkata : “Laisa bi-dzaaka khair” [Lihat : Tahdziibul-Kamaal 21/311-312 no. 4221, Tahdziibut-Tahdziib 7/437 no. 718, dan Al-Jaami’ fil-Jarh wat-Ta’diil 2/255 no. 3120].
[2]     Hal ini tidak benar sebagaimana telah dituliskan di atas, karena lafadh ‘syimaal’ telah diriwayatkan melalui dua jalan dari Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa. Wallaahu a’lam.

Comments

Abu Fathimah mengatakan...

Syaikh,.. tolong jelaskan jg mengenai tahrif (memalingkan makna)..
Terjemahin jg sumbernya tsb, saya masih awam, Jazakallahu khoiron.

Anonim mengatakan...

Bismillah
ana dukung penjelasan antum
karena dalam Al qur'an juga sudah diisyaratkan bahwa Alloh memiliki dua tangan sesuai dengan keagungan dan kebesarannya, yaitu surat shod ayat 75
مَا مَنَعَكَ أَن تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ

75. Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku.

barangkali tolong antum carikan juga qoul Aimah yang menjadi pijakan syaikh Abdul Aziz.
Jazakalloh khoir


Abu Nayif

Anonim mengatakan...

apakah penjelasan anda bersumber dari kalam Sahabat, atau Tabi'in atau Salafus-Sholih s/d abad 3H?

memang ulama ada yg itsbat Sifat Yadd, dgn versi Itsbat Salafi (Ibnu Taimiyyah) mau pun versi Itsbat Lafdzhi + Tafwidh Ma'naa + Bilaa Kaifa.

namun setahu saya, tidak ada ulama salafus-sholih s/d abad 3H yg merinci penjelasan seperti artikel anda.

mereka berdiam diri dari merinci sifat Yadd.

mohon penjelasan dan referensinya.

Wassalam - Sudin

Anonim mengatakan...

saya copas dari blog ghuroba
tulisan Ust. Muhammad Sewwed
didalam penjelasan beliau, lafadz mutabi dari Nafi dan Ubaidillah ibnu Muqsim dari Ibnu Umar tidak menyebutkan tangan kiri yang benar yang mana Ust? (afwan ana belum sempat mengecek haditsnya langsung)
ini copasannya :
KEDUA TANGAN ALLAH ITU KANAN

Allah سبحانه وتعالى berfirman (yang artinya):Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Rabb dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.(az-Zumar: 67)

Demikian pula dalam firmanNya (yang artinya):Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia dengan tangan kanan. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. (al-Haaqqah: 44-46)

Pada kedua ayat di atas Allah سبحانه وتعالى menyebutkan tangan dengan tangan kanan. Pada surat Az-Zumar Allah berfirman (yang artinya): “Dan langit digulung dengan Tangan Kanan-Nya”. Sedangkan dalam surat al-Haqqah dikatakan (yang artinya): “Aku ambil dengan dengan tangan kanan”.

Dalam tafsir ayat az-Zumar ayat 67 ini, disebutkan hadits yang shahih dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda (yang artinya): "Allah Tabaraka wa ta’ala menggenggam bumi pada hari kiamat dan melipat langit dengan tangan kanannya, kemudian berkata “Aku adalah Raja, mana raja-raja dunia?" (HR. Bukhari-Muslim).

Diriwayatkan pula dari Abdullah bin Umar رضي الله عنه bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda (yang artinya): Allah Azza wa Jalla menggulung langit pada hari kiamat dan menggenggam-nya dengan tangan kanan-Nya seraya berkata: “Aku adalah Raja, mana orang-orang yang sombong?” Kemudian menggulung bumi-bumi dan menggenggamnya dengan tangannya yang lain seraya berkata: “Aku adalah Raja, mana raja-raja dunia, mana orang-orang yang sombong?” (HR. Bukhari Muslim)

Perlu diketahui, dalam hadits yang kedua ini disebutkan “tangan yang lain”, ini yang lebih shahih, sedangkan dalam lafadh lainnya disebutkan “dengan tangan kirinya”. Berkata Baihaqi dalam Asma’ wa Sifat: “Demikianlah diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Bakar ibnu Abi Syaibah, sedangkan sebutan “tangan kiri” disebutkan secara menyendiri oleh Umar Ibnu Hamzah dari Salim. Padahal telah diriwayatkan hadits yang sama oleh Nafi’ dan Ubaidullah Ibnu Muqsim dari Ibnu Umar, keduanya tidak menyebutkan kalimat “kiri”. Demikian pula telah diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan lain-lainnya dari Nabi صلى الله عليه وسلم, semuanya tidak ada yang menyebutkan “tangan kiri”. (Lihat Asma’ wa Sifat, Baihaqi, hal. 139-140)

Apalagi telah diriwayatkan dengan shahih bahwa kedua tangan Allah adalah kanan, sebagaimana dalam sabdanya (yang artinya):Sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil di sisi Allah (mereka berada) di atas mimbar dari cahaya dari sisi kanan Allah Azza wa Jalla. Dan Kedua Tangan Allah adalah Kanan … (HR. Muslim)


Yang demikian karena tangan Allah keduanya Maha Sempurna, tidak sama dengan tangan mahlukNya. Sedangkan istilah kiri mengandung makna kekurangan dan kelemahan pada mahluk, maka tidak layak disebutkan untuk tangan Allah yang Maha Sempurna.

Abu Nayif

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Aqwaal aimmah mengenai sifat dzaatiyyah tangan kiri, di antaranya sebagai berikut :

Abu Sa'iid Ad-Daarimiy (w. 280 H) :

ويلك أيها المعارض! إنما عنى رسول الله صلى الله عليه وسلم ما قد أطلق على التي في مقابلة اليَمِين الشِّمال، ولكن تأويله: ((وكلتا يديه يَمِين))؛ أي: مُنَزَّه على النقص والضعف؛ كما في أيدينا الشِّمال من النقص وعدم البطش، فقال: ((كِلتا يدي الرحمن يَمِين))؛ إجلالاً لله، وتعظيماً أن يوصف بالشِّمال، وقد وصفت يداه بالشِّمال واليسار، وكذلك لو لم يجز إطلاق الشِّمال واليسار؛ لما أطلق رسول الله صلى الله عليه وسلم، ولو لم يجز أن يُقال: كلتا يدي الرحمن يَمِين؛ لم يقله رسول الله صلى الله عليه وسلم، وهذا قد جوزه الناس في الخلق؛ فكيف لا يجوز ابن الثلجي في يدي الله أنهما جميعاً يَمِينان، وقد سُمِّي من الناس ذا الشِّمالين، فجاز نفي دعوى ابن الثلجي أيضاً، ويخرج ذو الشِّمالين من معنى أصحاب الأيدي

[Ar-Radd 'alaa Bisyr Al-Maarisiy, hal. 155].

Abu Ya'laa Al-Farraa' (w. 458 H) :

واعلم أنَّ هذا الخبر يفيد جواز إطلاق القبضة عليه، واليَمِين واليسار والمسح، وذلك غير ممتنع؛ لما بيَّنا فيما قبل من أنَّهُ لا يحيل صفاته؛ فهو بمثابة اليدين والوَجْه وغيرهما

[Ibthaalut-Ta'wiilaat; lihat : sini].

dan yang lainnya....

****

Tentang hadits Ibnu 'Umar, memang dalam riwayat lain disebutkan dengan lafadh : 'tangan yang lain' (yaitu ketika menggenggam bumi di hari kiamat) sebagaimana disebutkan Ustadz Muhammad. Namun lafadh 'tangan kiri' itu shahih sebagaimana antum lihat. Benar kata Al-Baihaqiy, bahwa sanad yang dibawakan Al-Imaam Muslim ada kelemahan, dan itu telah saya sebutkan. Namun ia mempunyai penguat dengan sanad shahih dari Ath-Thabaraaniy.

Oleh karena itu, di sini kita tempuh metode penjamakan. Dan lafadh 'tangan yang lain' itu tidak bertentangan dengan 'tangan kiri'. Bukankah itu bisa ditafsirkan bahwa tangan yang lain itu adalah tangan kiri ?.

wallaahu a'lam.

Anonim mengatakan...

Jazakalloh khoir atas penjelasan
antum.
dengan adanya ucapan dari para Imam salaf kita tentang penetapan keshohihan hadits dalam shohih Muslim maka hal ini yaitu penetapan tangan kiri bagi Alloh sesuai dengan kebesaran dan keagunga- Nya dapat diamalkan.
akan tetapi disana juga ada perselisihan tentang hal ini sebagaimana ana nukilkan salah satunya dari Ucapan Imam Ibnu Khuzaimah dalam kitab Tauhid (H. 170 cet. Dar Rusyd Riyadh) :
kurang lebih terjemahannya :
Bab Tamjiidi Robbi Azza wa jalla nafsahu
Ketika Alloh menggengam bumi dengan salah satu tangannya (dalam naskah lain dengan salah satu tangan kananNya-pentahqiq)dan menggulung lagit dengan tangan lainnya, dan keduanya kanan semuanya bagi Robbuna, tidak ada tangan kiri bagiNya, maha tinggi Robbuna dari pensifatan makhluk2nya....selasai penterjemahan

dan jika hadits tentang penetapan tangan kiri bagi Alloh shohih (sekali lagi), maka apa yang dikatakan oleh Syaikh Abdul Aziz tentang pengkompromian dari hadits2 yang ada sangat tepat, sebagaimana antum nukilkan

Jazakalloh khoir atas faedahnya

Abu Nayif

Anonim mengatakan...

Asyhadu an Laa Ilaha Illallah

Anonim mengatakan...

Bismillah,
ana tambahkan ucapan Ulama besar kita zaman ini yaitu syaikh Utsaimin tentang masalah ini, ada juga ucapan dari Kibar ulama kita juga yaitu Syaikh Bin Baz, tapi belum ada waktu untuk nerjemahinnya :
Syaikh Muhammad bin Sholeh Utsaimin berkata dalam Majmu Rosailnya, ketika mengomentari hadits tersebut :
Sabda Nabi Sholollahu alaihi wa Salam (kemudian Alloh menggenggam bumu dengan tangan kirinya), kata “tangan kiri” berbeda padanya para rowi, diantara mereka ada yang menetapkannya, diantara mereka ada yang menggugurkannya. Sebagian ulama menghukumi penetapan ini adalah Syadz (menyimpang), disebabkan Ia menyelisihi rowi-rowi yang tsiqoh dalam riwayatnya dari Ibnu Umar. Diantara para ulama ada yang mengatakan : sesungguhnya yang menukilnya adalah tsiqoh, akan tetapi telah mengatakannya orang yang mentashoruf. Dan asal dari kesalahan ini adalah apa yang tetap dalam Shohih Muslim bahwa Nabi Sholollahu alaihi wa Salam bersabda : Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil di sisi Allah berada di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya, di sebelah kanan Ar-Rahmaan ‘Azza wa Jalla – dan kedua tangan-Nya adalah kanan –.
Maka disini berkonsekuensi tidak ada penetapan tangan kanan dan tangan kiri. Akan tetapi jika kalimat “tangan kiri” terjaga (lawan dari Syadz, baca shohih), maka menurut saya tidak menafikan perkataan “kedua tanganNya kanan” dikarenakan makna “tangan yang lain” bukan tangan kiri dinisbahkan kepada makhluq yang tidak sempurna dibandingkan dengan tangan, maka sabda Nabi Sholollahu alaihi wa Salam “kedua tanganNya kanan” yakni tidak ada padanya cacat, dan yang menguatkan hal ini adalah sabda Nabi Sholollahu alaihi wa Salam dalam hadits Adam اخترت يمين ربي وكلتا يديه يمين مباركة
Terjemahannya +- : saya memilih tangan kanan Robbku dan kedua tanganNya kanan yang penuh berkah.
Maka ketika terjadi Wahm (kebimbangan) yang dapat menghilangkan penetapan tangan kiri, yakni kekurangan pada tangan ini tanpa yang lain, maka Ia berkata “kedua tanganNya kanan” dan yang menguatkan juga hadits Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil di sisi Allah berada di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya, di sebelah kanan Ar-Rahmaan. Karena maksudnya adalah penjelasan kedudukan mereka dan sesungguhnya mereka disebelah kanan Ar Rohman. Dan kesimpulannya bahwa tangan Alloh dua tanpa keraguan lagi, dan setiap satunya bukan yang lain, dan jika kita sifati tangan yang lain tadi adalah kiri, maka bukan maksudnya bahwa ia tidak lebih kuat dari tangan yang kananm bahkan kedua tangannya adalah kanan, dan wajib bagi kita untuk mengatakan : ‘Sesungguhnya apa yang telah tetap dari Rosululloh Sholollahu alaihi wa Salam maka kita mengimaninya dan tidak bertentangan antara ia dengan ucapan “kedua tanganNya kanan” sebagaimana terdahulu, dan jika tidak tetap (maksudnya tangan kiri-pent) maka kita tidak mengucapkannya (menetapkannya).

Abu Nayif

Anonim mengatakan...

@Abul Jauza
mohon ente itu jangan mengigau, cukup syiah saja yang suka mengigau hadis Nabi. lafal syimal pada dua hadis di atas adalah arah kiri bukan tangan kiri. terjemahan ente itu nguaawur buaaangeeet. Ente ini bisa bahasa arab ngga sih?

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Gitu ya... Jadi dalam lafadh hadits di atas, Allah memegang langit dengan tangan kanan-Nya, dan memegang bumi dengan arah kiri-Nya. Begitu ?.

Silakan Anda renungi dulu...

Anonim mengatakan...

Alhamdulillah sempat nerjemahin lagi, ini ana ambil dari Majmu Fatawa Syaikh Bin Baz :
Soal : Bagaimana mengkompromikan Hadits Ibnu Umar yang Mauquf dalam riwayat Muslim bahwa Rosululloh Sholollahu alaihi wa Salam bersabda : Kemudian Allah menggulung bumi-bumi dengan tangan kiri-Nya, dan berfirman : ‘Akulah Raja. Dimanakah orang-orang yang selalu bertindak sewenang-wenang ?. Dimanakah orang-orang yang selalu menyombongkan diri ?” dan Hadits Rosululloh Sholollahu alaihi wa Salam : Sesungguhnya kedua tangan Alloh itu kanan ?
Jawab : Semua hadits tersebut shohih menurut ulama sunnah, hadits Ibnu Umar Marfu Shohih, bukan mauquf dan tidak ada pertentangan diantara (yang disebutkan tadi-pent) Bihamdillah. Alloh Subhana wa Ta’ala mensifati TanganNya dengan kanan dan kiri dari sisi nama, sebagaimana tersebut dalam hadits Ibnu Umar dan mensifati keduanya kanan yang penuh berkah dari sisi pemulian dan fadhilahnya sebagaimana tercantum dalam hadits shohih yang lainnya. Dalil dari hal ini adalah firman Alloh Subhana wa Ta’ala dalam surat Az Zumar ayat 67

وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ
Terjemahan : dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya
Dan sabda Nabi Sholollahu alaihi wa Salam :
يمين الله ملآى لا تغيضها نفقة
Dan kanan lawannya adalah kiri dengan Nash hadits. Maka maksud dari ayat dan hadits tersebut adalah menjelaskan bahwa Alloh Subhana wa Ta’ala memiliki tangan kanan dan tangan kiri dari sisi nama, adapun dari sisi keutamaan maka keduanya kanan yang penuh berkah, tidak ada didalamnya kekurangan dari sisi manapun, bahkan bagi Alloh adalah kesempurnaan yang mutlaq pada segala sesuatunya berdasarkan Ijma Ahlus Sunnah wal Jamaah yaitu para Sahabat Nabi Sholollahu alaihi wa Salam dan pengikut mereka yang baik. Sebagaimana Alloh Subhana wa Ta’ala berfirman dalam surat Al Maidah ayat 64 :
بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ
Terjemah : (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki.


Abu Nayif

Anonim mengatakan...

ya abul jauza, yang luaacu (lucu) dan pualos (polos) cecali...

bi-syimali-hi itu asalnya adalah syimalan-lahu. artinya posisinya berada di arah kiri.
btw, ente ini belajar bahasa arab ada gurunya atau otodidak?
kalau ada gurunya maka ana ingin ketemu guru ente, biar ana omelin tuh guru ente, karna ngga becus ngajarin bahasa arab. dan sangat bloeh jadi jg dia sndri yang emang ngga bisa bahasa arab.
salam hangat

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Bung,... pemaknaan Anda itu keliru, soalnya kata bi-syimaalihi itu didahului dengan kalimat ; يَقْبِضُ الأَرْضَ (menggenggam bumi), sehingga syimaal di situ maknanya al-yaddusy-syimaal.

Bung,... pingin tahu penggunaan lain dari kata bi-syimaalihi ?. Ini bung contohnya :

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ، وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ

"Apabila salah seorang dari kalian makan, hendaklah ia makan dengan tangan kanannya (bi-yamiinihi). Dan apabila minum, hendaklah ia minum dengan tangan kanannya (bi-yamiinihi). Karena syaithan itu makan dengan tangan kirinya (bi-syimaalihi) dan minum dengan tangan kirinya (bi-syimaalihi) pula" [Diriwayatkan oleh Muslim].

Anonim mengatakan...

to anonym yg mengkritik penerjemahan Abul Jauzaa, mohon lebih santun. Mengkritik boleh keras, tetapi kalimat harus tetap santun.

utk Abul Jauzaa, anda belum menjawab pertanyaan saya, siapa ulama dari era sahabat s/d tabi'ut-tabi'un ... atau minimal s/d Abad 3H....yg menjelaskan sifat khobariyah Yadd serinci seperti artikel yg anda posting di sini.

itsbat versi Tafwidh atau versi Salafi (Ibnu Taimiyyah) sama-sama menetapkan sifat Khobariyah Yadd....namun setahu saya, sepertinya belum ada yg merinci sedetail artikel ini, sampai membahas pertentangan hadits dgn lafadz tangan kiri dan tangan kanan.

mohon dijawab. agar saya lebih paham dan dapat tambahan ilmu.
Wassalam - Sudin

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Terima kasih mas Sudin. Di atas telah saya sebutkan, yaitu Ad-Daarimiy (w. 280 H).

Anonim mengatakan...

afwan Mas Abul Jauzaa, saya kurang teliti membaca tanggapan anda sebelumnya.

selain Ad-Daarimiy, apakah ada lagi ulama salafus-sholih dari era sahabat s/d abad 3H yang merincinya?

Wassalam - Sudin

Anonim mengatakan...

O ana keliru ya.........
aduhhh maaf deh pak ustadz.....

huff, pak ustad...pak ustad..
ente mau maen hadis-hadisan ama ane, ati2 ente! coz ana ini jagonya begituan

woii orang lucu, kalau cuma sekedar hadis-hadisan begitu ane juga bisa:

Nih baca di shahih bukhari no: 5826
رَأَيْتُ بِشِمَالِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَمِينِهِ رَجُلَيْنِ، عَلَيْهِمَا ثِيَابٌ بِيضٌ يَوْمَ أُحُدٍ، مَا رَأَيْتُهُمَا قَبْلُ وَلاَ بَعْدُ
Aku lihat di samping (arah) kiri Nabi saw dan samping (arah) kanannya dua orang laki-laki, mereka mengenakan..........bla-bla...

Hadis tangan Allah di atas itu korelasinya lebih tepat dengan hadis yang ana bawa ini dibanding hadis yang ente bawa itu.
Ente mau ngomong apa lagi...?

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

@Mas Sudin, untuk sementara, saya hanya mengetahui Ad-Daarimiy saja. By the way, adakah hitungan minimal jumlah ulama yang antum maksudkan ?.

***

@Anonim,... katanya ngajar bahasa Arab. Adakah sama antara bentuk kalimat :

Raitu bi-syimaalin-Nabiy wa yamiinihi rajulaini......

dengan :

Innallaaha ta'ala yaqbidlul-ardla yaumal-qiyaamati bi-syimaalihi...

?????.

Anda tidak tahu arti yaqbidlul-ardla bi-syimaalihi ?. Dan pura-pura tidak tahu bahwa bentuk itu sama dengan kalimat ya'kulu bi-syimaalihi wa yasyrabu bisyimaalihi ?. Lantas, fi'il yaqbidlu dan ya'kulu itu gunanya apa untuk menerangkan bisyaamilihi ?. Bukankah dua hal tersebut (yaqbidlu dan ya'kulu) merupakan aktifitas/perbuatan yang dilakukan oleh tangan ?.

Innalillaahi wa innaailaihi raaji'uun.....

Berhubung komentar Anda mulai ngelantur dan tidak ilmiah, mohon maaf kiranya jika komentar Anda yang semisal tidak saya tampilkan.

Anonim mengatakan...

bapak abul jauza

coba ente perhatikan dengan baik hadis shahih muslim yang ente kutip di atas.

hadis tersebut kaidahnya tidak sama dengan hadis makan yang ente kutip barusan.

hadis muslim secara sharih menyebut biyadihil yumna, (tangan kanan). namun tidak secara jelas menyebut tangan kiri (sebagaimana persangkaan ente), hadis tersebut malah keluar dari konteks yang ente maukan seperi hadis makan pakai tangan kanan, yaitu hadis muslim menggunakan lafaz bi-syimalihi (arah kiri) bukan biyadihi yusra (tangan kiri).
Ini artinya jelaslah bahwa bi-syimalihi (arah kiri) bukanlah bi-yadihil yusra (tangan kiri).
kalau mau memiliki makna yang sama harusnya kosakatanya juga sama....
tapi sayangnya kenyataannya berbeda bro!!

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Bapak yang baik,.... sebagai orang yang - taruhlah - tidak bisa berbahasa Arab dengan lancar sebagaimana kata Anda, saya secara sangat-sangat gampang mengetahui kesalahan mendasar apologi Anda.

Kata bisyimaalihi itu kan dinisbahkan kepada kalimat yaqbidlul-ardla (menggenggam bumi). Memangnya menggenggam di situ biasanya pake apa ?. Tangan bukan ?.

Sama halnya jika dikatakan ya'kulu (ath-tha'aam) bisyimaalihi, maka tidak bisa tidak bahwa maknanya makan (makanan) dengan tangan kirinya.

Jika Anda mengatakan beda, tolong deh dijelaskan perbedaannya. Saya akan sangat menikmati kepincangan deduksi yang saya perkirakan timbul dari penjelasan Anda.

Lagi pula, itu para ulama yang telah terkutip di atas memahami bahwa lafadh bisyimaalihi itu maknanya : 'dengan tangan kiri-Nya'. Mereka itu orang Arab pak, bukan orang Rembang.

Dan..... bagi orang yang sering ndengar omongan bahasa Arab pun tahu kok, jika misalnya ada orang yang berkata :

"Inna Ja'far yaqbidlu asy-syai' bi-syimaalihi".

itu artinya ya si ja'far menggenggam sesuatu dengan tangan kirinya. Ndak ada pengartian lain selain dari ini.

Tapi ndak tahu ya,... kok jadi susah diomongin oleh Anda. Coba deh direnung-renung dulu dan dibanding-bandingkan antara :

إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقْبِضُ الأَرْضَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِشِمَالِهِ، وَتَكُونُ السَّمَاوَاتُ بِيَمِينِهِ

Innallaaha ta'ala yaqbidlul-ardla yaumal-qiyaamati bisyimaalihi, watakuunus-samaawaatu biyamiinihi.

[ini yang lafadh ath-thabaraaniy]

dengan :

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ، وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ

Idza akala ahadukum fal-ya'kul biyamiinihi, wa idzaa syariba falyasyrab biyamiinihi, fainnaa asy-syaithaan ya'kulu bisyimaalihi wa yasyrabu bisyimaalihi.

Anonim mengatakan...

he he he he

ustadz abul jauzaa jadi ngajarin bahasa arab deh ke org yg ga mengerti makna perkataan yg simpel sekali, gpp tadz, itung2 antum dpt pahala tuh, semoga mata hati anonim itu bisa terbuka :p :p

Udh saya bilang kemaren, begitulah akibat keseringan memakan perkataan2 yg ribet made by asyaa'iroh, tangan kiri kok diartikan arah kiri???????? ta'wil yg sungguh jauuuuuuh.

Anonim mengatakan...

OOT dikit

pak ustadz, apakah keimanan kpd sifat tangan Alloh harud diperinci lagi atau cukup 'Alloh memiliki 2 tangan'
trims

Anonim mengatakan...

Abul Jauza Al Jahil alladzi saufa la ya'lam bi jahalatihi abadan!

kalau memang begitu keadaannya, maka perhatikan baik-baik lafaz ini:

MUslim:
يَطْوِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ السَّمَاوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
di sini dijelaskan Allah menggulung langit. (Tanpa tangan!)

"Kaif"-nya ngga ada! non tafsir! dan please jangan giring ente anda di sini!

lalu selanjutnya dijelaskan:

ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِيَدِهِ الْيُمْنَى

lalu mengambil/menarik langit2 tersebut dengan "tangan kanannya."

Nah baru di sini jelas sekali bung! baru pake tangan!

Kalau memang dari awal:
يَطْوِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ السَّمَاوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
harus pake tangan! harusnya kata: بِيَدِهِ الْيُمْنَى
sudah ditaruh dan diucapkan di awal-awal utuk menjelaskan "kaif" yang terjadi selanjutnya, tapi ini kan tidak!!!!

yang pake tangan itu baru muncul ketika Allah mengambil langit tersebut.

Ini yang menurut ana ente tersesat di dalamnya. sampai2 mengambil hadis makan tangan kanan untuk membenarkan logika nyeleneh ente tsb.

selanjutnya Allah berfirman:
ثُمَّ يَطْوِي الْأَرَضِينَ بِشِمَالِهِ
Allah menggulung bumi bi-syimalihi (di arah kirinya) tanpa tangan!!!!!.
maksud lafaz يَطْوِي di sini harus dikembalikan lagi pada kaedah awalnya:

يَطْوِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ السَّمَاوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

yang tak menggunkan tangan!

Jadi jelaslah menggulung itu bukan dengan tangan!!!!!

dan syimalan dalam hadis muslim dan thabrani ini tidak bisa disamakan dengan hadis makan tangan kanan untuk membenarkan logika sakit ente.

Hanya orang berakallah yang bisa mengambil pelajaran!

Anonim mengatakan...

Ustadz Abul Jauza,

Mungkin agak OOT, berkaitan dengan Shahih Muslim bagaimana dengan artikel di web ini : http://umarmnoor.blogspot.com/2011/03/artikel-ini-bukan-ingin-menghalangi.html

P/s : komen saya ini tidak perlu dipublish, saya hanya ingin menunjukkan link tersebut saja. Mungkin ada yang bermanfaat pada link tersebut untuk kajian ustadz abul jauza.

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Bung Anonim,... Anda tidak perlu mencak-mencak begitu. Malu atuh. Kalau merasa kedodoran, jangan ditutupi dengan makian.

Anda ini di awal kan hendak mengkritik pengartian syimaal. Bukan begitu ?. Hadits yang saya sebutkan itu ada dua. Satu riwayat Muslim, satunya lagi riwayat Ath-Thabaraaniy. Oke ?. Ini biar Anda fokus dan tidak usah muter-muter gak karu-karuan seperti di atas.

Anda katakan bahwa saya salah ketika menterjemahkan syimaal itu dengan tangan kiri. Justru Anda lah yang salah dan takalluf, memperumit diri. Ini riwayat Muslim :

ثُمَّ يَطْوِي الْأَرَضِينَ بِشِمَالِهِ

"Kemudian Allah menggulung bumi-bumi dengan syimaal-Nya".

Apa arti syimaal dalam lafadh hadits di atas ?. Jawabnya al-yaddusy-syimaal, karena kata kerja menggulung itu hanyalah dilakukan melalui tangan. Inilah yang dipahami oleh lisan orang Arab, bukan lisan orang Rembang. Ini sudah sangat jelas. Apalagi diriwayat lain disebutkan :

ثُمَّ يَطْوِي الْأَرَضِينَ ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ، قَالَ ابْنُ الْعَلَاءِ: بِيَدِهِ الْأُخْرَى

"Kemudian Allah menggulung, lalu mengambilnya - Al-'Alaa' (perawi) berkata : 'Dengan tangan-Nya yang lain" [Riwayat Abu Daawud].

يَأْخُذُ اللَّهُ سَمَاوَاتِهِ وَأَرَضِيهِ بِيَدِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا اللَّهُ، وَيَقْبِضُ أَصَابِعَهُ، وَيَبْسُطُهَا، أَنَا الرَّحْمَنُ، أَنَا الْمَلِكُ

"Allah mengambil langit-langit dan bumi-bumi dengan tangan-Nya...dst" [Riwayat Ibnu Hibbaan].

وَيَطْوِي الأَرْضَ فَيَأْخُذُهَا بِيَدِهِ الأُخْرَى

"Dan Allah menggulung bumi, lalu mengambil-Nya dengan tangan-Nya yang lain" [Riwayat Ibnu Hibbaan].

ثُمَّ يَطْوِي الأَرَضِينَ، ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِشِمَالِهِ

"Kemudian Allah menggulung bumi-bumi, lalu mengambilnya dengan 'syimaal-Nya' [Riwayat Abu Ya'laa].

Sebagai orang yang jujur, ngerti bahasa Arab, ngerti bahasa Indonesia, dan punya logika yang jalan; sudah sangat jelas bahwa yang dimaksud syimaal di situ adalah tangan kiri.

Apalagi dengan riwayat Ath-Thabaraaniy yang saya sebutkan. Apalagi ditambah dengan hadits makan yang saya komparasikan dengan lafadh Ath-Thabaraaniy. Jelas.

Ringkasnya, lafadh :

ثُمَّ يَطْوِي الْأَرَضِينَ بِشِمَالِهِ

Terjemahan yang tepat adalah :

"Kemudian Allah menggulung bumi-bumi dengan tangan kiri-Nya".

Ini sama dengan firman Allah ta'ala :

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

"Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan" [QS. Az-Zumar : 67].

Was-samaawaatu mathwiyyaatun biyamiinih dalam ayat di atas diterjemahkan oleh tim penerjemah Al-Qur'an dengan : dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Ndak ada beda dengan terjemahan hadits di atas, bisyimaalihi = dengan tangan kiri-Nya.

Paham ?.

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

@Anonim 13 Oktober 2011 08:21,

Kita mengimani apa saja yang difirmankan Allah dalam Al-Qur'an dan disabdakan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dalam sunnahnya yang shahihah. Bila kita telah mengetahui, maka kita imani.

-----

Anonim 13 Oktober 2011 10:42,

Mohon maaf, komentar Anda saya tampilkan karena link tersebut dapat menambah khazanah keilmuan kita.

Anonim mengatakan...

afwan kalo ikut nimbrung,
saya ingin nanggapin yang di OOT tentang shohih Muslim, penulis blog tersebut mengalami kontradiksi dalam tulisan2nya. dalam tulisan masalah manhaj mutaqodimin dan mutaakhirin, bahwa mutaakhirin tidak boleh menyalahi pen-tashihan atau pen-dhoifan hadits atau rowi yang telah diberikan oleh mutaqodimin, tapi anehnya dalam artikel tentang shohih Muslim, menyuruh ulama setelahnya mengkritisi sanad yang ada didalamnya, nanti kalo ada ulama yang mengkritisi sanad dalam shohih muslim atau mendoifkan hadits shohih Muslim, mereka akan teriak lagi.
kalo artikel beliau (tentang shohih Muslim) untuk menolak tambahan lafadz 'tangan kiri' maka telah ada sebelumnya para ulama yang meragukan keshohihan tambahan ini. akan tetapi tulisan abul jauza bukan dari ijtihad pribadinya sendiri, buktinya telah ada qoul dari Imam Darimi dan juga ulama zaman ini Syeh Bin Baz dan Syeh Utsaimin yang cocok dengan tulisan ini. wallohu a'lam

Abu Nayif

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Tafriq mutaqaddimiin dan muta'khkhiriin yang diserukan belakang ini memang menimbulkan polemik tersendiri. Lebih khusus lagi, mereka (orang yang menyerukan seruan ini) banyak sekali mengkritik Al-Imaam Muslim dalam kitab Shahiih-nya.

Perkataan mereka tidaklah bisa disalahkan 100% sebagaimana tidak bisa dibenarkan 100%. Jika antum ingin baca-baca tentang bahasan yang mencoba mengkritisi 'mereka', silakan antum buka :

http://ahlalisnad.com/vb/forumdisplay.php?s=721f628ecf3640b1c8d9fff51cc8e289&f=22.

Ada pemakaian bahasa-bahasa agak keras di situ (sebagaimana juga bahasa-bahasa keras itu juga dipakai oleh 'lawan'-nya). Namun harapan saya, kita dapat mengambil faedah penjelasan dalam situs yang saya link-an di atas. Banyak sekali faedah yang saya dapatkan.

Anonim mengatakan...

@abul
Bantahan ente ini ngga nyambung dengan bantahan ane.
ana ngga menolak dalil yang ente bawa, tapi pengambilan kesimpulan ente itu yang super keliru!
percuma bro, mau ente bawa dalil segunung juga kalau pengambilan kesimpulan ente error maka tetap saja salah.

perhatikan sekali lagi:
” يَطْوِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ السَّمَاوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ،
“Allah ‘Azza wa Jalla akan menggulung langit-langit kelak di hari kiamat,
Perhatikan dengan seksama: Munggulung di sini (يَطْوِي) nihil “kaif” (hanya Allah yang tahu). Dan tanpa tangan!!!!! Karena memang tidak ada penjelasannya. Dan kita dilarang keras bermain logika di sini,
Nah baru setelah itu tangan Allah beraksi :
ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِيَدِهِ الْيُمْنَى
“kemudian Ia mengambilnya dengan tangan kanan-Nya.”
Nah kalau yang ini baru jelas! dengan kaif, yaitu pake tangan dan tangannya kanan!!!
dan kalau memang menggulungnya “pake tangan” harusnya, kata tangan kanan itu sudah disebut di awal-awal kalimat sehingga menjadi:
يَطْوِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ السَّمَاوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِيَدِهِ الْيُمْنَى
“Allah ‘Azza wa Jalla akan menggulung langit-langit kelak di hari kiamat dengan tangan kanannya
ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ
kemudian mengambilnya
Tapi kenyataannya kan tidak!
Ingat bro hati-hati ente, jangan sampai berpikir Allah menggulung dan mengambilnya itu pake tangan kanan… tidak bro,,
Itu sama sekali ngga bisa sebab ada jeda, pada lafaz (ثُمَّ): “kemudian” yang menunjukan adanya dua kondisi yang berbeda. seperti dalam kata: saya makan kemudian minum. bukan saya makan kemudia saya makan. logika bahasa ini ngga ada dalam logika bahasa arab, tidak bahasa arab di jaman Nabi ataupun di jaman jahiliyah.
Nah mengenai ayat di atas,


وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

"Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan" [QS. Az-Zumar : 67].

Rinciannya ada pada shahih muslim.
وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ
dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya
perhatikan sekali lagi:
” يَطْوِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ السَّمَاوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ،
“Allah ‘Azza wa Jalla akan menggulung langit-langit kelak di hari kiamat,
Perhatikan dengan seksama: Munggulung di sini (يَطْوِي) nihil “kaif” (hanya Allah yang tahu). Dan tanpa tangan!!!!! Karena memang tidak ada penjelasannya. Dan kita dilarang keras bermain logika di sini,
Nah baru setelah itu tangan Allah beraksi :
ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِيَدِهِ الْيُمْنَى
“kemudian Ia mengambilnya dengan tangan kanan-Nya.”
Nah kalau yang ini baru jelas! dengan kaif, yaitu pake tangan dan tangannya kanan!!!
Dan setelah diambil dengan tangan kanannya tentu saja posisinya berada di sebelah kanan.
Jadi, terjemahn yang benar ayat itu adalah:

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

"Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung di arah kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan" [QS. Az-Zumar : 67].

Ngerti?

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Cyclic saja, dan tidak ada artinya.

Anda enggan ya mengkaitkan dengan lafadh Ath-Thabaraaniy ?. Lafadh-lafadh lain yang saya sebut di atas sudah cukup untuk memberi penjelasan. Tidak ada tambahan penjelasan dari saya. Hanya saja saya bertanya :

Seandainya bisyimaalihi dalam riwayat Muslim dan Ath-Thabaraaniy itu tidak boleh diartikan 'dengan tangan kiri-Nya' dengan alasan tidak disebutkan kaifiyyahnya dalam hadits (ini kata Anda); lantas hadits yang berbunyi ya'kulu bisyimaalihi wa yasyrabu bisyimaalihi itu diartikan apa ?. Kan sama-sama gak disebutkan kaifiyyahnya ?. Uji konsistensi.

Tentang QS. Az-Zumar ayat 67, saran saya, kapan-kapan Anda ndaftar ya jadi tim penerjemah Al-Qur'an di Depag. Barangkali diterima dengan bekal penguasaan bahasa Arab Anda yang kata Anda 'hebat' ini (Sorry, I'm kiddin', 'cause you're not great).

Anyway, seandainya saya menterjemahkan bisyimaalihi dengan : 'dengan tangan kiri-Nya', saya rasa terjemahan ini sesuai dengan cara penterjemahan orang-orang Depag (ketika menterjemahkan QS. Az-Zumar : 67) yang saya yakin bukan termasuk orang-orang bodoh dalam bahasa Arab. Kalaupun mereka dianggap bodoh bahasa Arab, saya rasa, Anda pun tidak sepintar mereka.

NB : Jika komentar Anda selanjutnya hanya cyclic saja, mohon maaf tidak akan saya tampilkan.

Anonim mengatakan...

ente ini (maaf) bisa diskusi ngga?

sudah saya bilang saya tidak menolak dalil yang anda bawa, tapi pemahaman anda terhadap dalil tersebut yang sedikit error.

hadis makan itu benar adanya. bahwa biyamini itu artinya makan dngn tangan kanan dan bi-syimalihi itu artinya makan dgn tangan kiri.

dalm hal ini hadis tersebut tiada tafsir karena sdh menjadi bahasa masyarakat. akala+yamin/syimal=makan pake tangan. semua orang sudah tahu makna kosakata ini. dan sekali lagi tiada penafsiran atas hal ini.

hanya saja di riwayat muslim tersebut tidak ada lafal biyamini dan bisyimalhi ketika Allah menggulung langit.
dan itu berbeda dengan hadis makan dan minum, yang ada kata bisyimalihi dan biyaminihi nya itu.

Nah mengenai lafaz Allah menggulung bumi biyaminihi maka itupun tidak bisa diartikan tangan kanan, sebab ketika Allah menggulung langit, Allah tidak menggunakan apa-apa (duna kaifa). dan ini harus dikembalikan kemaknanya semula, yaitu memang tidak pake tangan.

adapun ketika mengambilnya nah ini baru pake tangan, itu yang harus ente sadari!

dan mengenai korelasinya (menggulung bumi dengan tagnan kanan) dengan hadis makan dengan tangan kanan maka ana katakan bahwa itu berbeda karena hal tersebut masuk dalam bab "kebiasaan bahasa" artinya ketika orang berbicara akala biyaminihi, maka semua orang pun tahu artinya makan dengan tangan kanan karena sudah biasa dan sudah ghalib diketahui banyak oarng.
Namun ketika dikatakan:
يَطْوِي الْأَرَضِينَ بِشِمَالِهِ
Allah menggulung bumi dengan syimalnya. maka syimal di sini perlu dicari tahu benar apa maknanya.
apakah tangan atau arah kiri. sebab hal semcam ini adalah perkara ghaib dan tidak ada yang tahu dan tidak banyak diketahui orang karena memeang manusia tidak mendengar adn menyaksikannya.

Jadi satu-satu langkah aman adalah melakukan tafsir ayat dengan ayat atau hadis dengan hadis, atau kalimat dengan kalimat.

dan lafaz Allah menggulung bumi bi-yaminihi itu ana artikan/tafsirkan kepada Allah menggulung langit (duna kaif; tanpa tangan).
adapun bisymilihi di sini bila ana artikan tangan maka itu artinya sama saja ana mengatakan (tahrif) bahwa sebelumnya Allah telah menggulung langit dengan tangan kirinya, padahal tidak ada makna/redaksi ini, yang ada juga adalah baru setelah itu yakni Allah mengambil/menyeret langit-langit dengan tangan kanannnya.

Nah pertanyaannya adalah:
Apakah perawi-perawi ini tidak bisa bahasa arab sehingga tidak mengenal kaedah bahasa arab yang benar, bagaimana bisa mereka katakan, bahwa
Allah menggulung langit dengan tangan kanannya namun tidak menyebutkan tangan kanannya terlebih dahulu dan baru menyebutkannya setelah lafaz ini

ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِيَدِهِ الْيُمْنَى

kemudian Ia mengambilnya dengan tangan kanan-Nya

biar sedikit dipahami oleh anda yang agak lamban itu;

contoh kalimat:
saya menggulung tikar kemudian tikar itu saya ambil dengan tangan kanan saya.

coba gunakan akal sehat anda.

dari tadi saya itu menggulung tikar, itu artinya apa. tikar itu sudah ada di tangan saya.

kemudian saya katakan kemudian tikar itu saya ambil dengan tangan kanan saya.

menurut anda masuk akal lah bahasa semacam itu, bagaimana tikar itu bisa saya ambil semetara tidar itu sudah ada di tangan saya dari tadi. bukan kah ini ketotolaln dalam berpikir?!

tentu saja lafaz mengambil tikar menunjukan tikar itu berada bukan pada tangan saya sebelum saya ambil. dan ketika saya ambil dengan tangan kanan saya baru tikar itu berada di arah kanan saya.

singakt kata:
saya menggulung tikar, tidak harus saya sendiri yang melakukannya. seperti seorang insiyur yang mengatakan:
saya merobohkan bangunan itu lalu saya mengambil salah satu kepingannya dengan tangan kanan saya.
maknanya adalah bahwa si insinyur cuma memberi aba-aba/perintah untuk merobohkan bagunan tersebut kepada anak buahnya, baru setelah hancur ia ambil kepingan bangunan tsb dengan tangan kanannya sendiri.

bagaimana apa akal anda ini belum bisa juga mencerna maksud saya?

kalau ngga kebangetan?

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Maaf, cyclic. Dan ini terakhir saya tampilkan komentar Anda di kolom ini. Tidak ada tambahan berarti.

Kata Anda, ya'kulu biyamiinihi/syimaalihi itu sudah dapat dipahami bahwa memang konsekuensi dari kalimat itu pake tangan. Kata Anda : karena sdh menjadi bahasa masyarakat. Justru, itulah dhahir perkataan yang dipahami dalam bahasa Arab.

Jadi, kalau ada yang berkata : yaqbidlu biyamiinihi/bisyimaalihi, maka pemahamannya adalah : Menggenggam dengan tangan kanan-Nya/kiri-Nya. Begitu pula yahthwiy al-araadliin bisyimaalihi, maka artinya : Menggulung bumi-bumi dengan tangan kiri-Nya. Ini pulalah yang mafhum dalam perkataan bahasa Arab.

Sudah selesai.

NB : Saran saya agar Anda mendaftar jadi tim penerjemah Depag masih berlaku loh.

Anonim mengatakan...

Hmmm..sepertinya terjemahan Depag berantakan dan agak Pro Wahabi nih.

Alhamdulillah ya...Terjemahan DEPAG itu sesuatu banget!!!

Anonim mengatakan...

Quote : "huff, pak ustad...pak ustad..
ente mau maen hadis-hadisan ama ane, ati2 ente! coz ana ini jagonya begituan."

Suatu contoh kalimat yg menandakan kesombongan. Dari intensitas kalimatnya aja udh ketahuan pengen ngajak jidal dan ga berniat mencari kebenaran, tp hanya untuk menjatuhkan lawan debatnya.

Andaikan saya jadi Abul Jauzaa', saya ga akan ladeni karena percuma, ga ada faidah ilmu yg didapat tp malah kebencian dan nafsu saling menjatuhkan.

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Benar, biasanya Depag anti Wahabi, tapi untuk terjemahan QS. Az-Zumar : 67 jadi pro Wahabi. Mungkin yang menterjemahkan itu bukan lulusan pesantren, tidak mahir bahasa Arab. Cuma lulusan i'dad lughawiy saja. Begitu ya ?.

Anonim mengatakan...

Ini Sudin.

Maaf Mas Abul Jauzaa, saya hanya ingin tahu seberapa banyak ulama salaf yg merinci penjelasan sifat Yadd.

Karena setahu saya hanya menyatakan ada sifat Yadd, ada ket Yadain. itu saja.

Berbeda dgn Sifat Istawa, penjelasannya banyak dan rinci. ramai ulama membahasnya.

Wassalam.

Ibnu Abi Irfan mengatakan...

anonim yang ngeyel di atas kenapa yah kok muter2 cuma dengan riwayat Muslim tapi tidak mau studi silang dengan riwayat lain? bukankah memahami riwayat Muslim dengan pemahaman terhadap riwayat lain itu sudah bisa menyelesaikan persoalan?

Anonim mengatakan...

Cukup sudah perdebatan ini , nggak ada manfaatnya bahkan menimbulkan kebencian diantara saudaranya.

Kita semua sesaudara , maka tidak pantaslah merendahkan martabat saudaranya .

Untuk akhi Abul Jauzaa mohon menseleksi komentar yang menambah khasanah ilmu sehingga kita-kita ini bisa mengambil manfaatnya.

Ibn Rasi

herizal alwi mengatakan...

Jadi pemerhati saja ach