“Sebagian
orang ketika berkata tentang faedah berbagai macam ibadah, mereka
mengalihkannya kepada faedah-faedah keduniaan.
Seperti
misal, (ketika) mereka berkata tentang faedah shalat adalah untuk olah raga dan
bermanfaat bagi kesehatan syaraf. Puasa memiliki faedah dalam hal menghilangkan
kelembaban dan mengatur berbagai kewajiban.
Padahal
yang seharusnya adalah kita tidak menjadikan faedah-faedah duniawi itu sebagai
pokok, karena Allah tidak menyebutkannya dalam Kitab-Nya. Yang Allah sebutkan
bahwasannya shalat mencegah perbuatan keji dan munkar. Ketika Allah menyebutkan
tentang puasa, maka hal itu menjadi sebab ketaqwaan. Oleh karenanya, faedah
secara agama (diiniyyah) menjadi pokok, sedangkan faedah duniawi sebagai
penyertanya (sekunder) saja. Akan tetapi, ketika kita berbicara kepada
khalayak manusia, kita berbicara kepada mereka dari sisi agama (diiniyyah);
sedangkan ketika kita berbicara kepada golongan orang yang tidak merasa puas
kecuali dengan sesuatu yang bersifat kongkrit/fisik, maka kita berbicara
kepadanya dari sisi agama (diiniyyah) dan duniawi sekaligus. Setiap tempat ada
perkataan yang sesuai”
[selesai]
Referensi
: Al-Qaulul-Mufiid 'alaa Kitaabit-Tauhiid oleh Muhammad bin Shaalih
Al-'Utsaimiin, 2/245.
Comments
Posting Komentar