Telah
banyak kita dengar orang-orang Syi’ah menggelari Ahlus-Sunnah (baca :
Wahabiy/Salafiy) dengan gelaran-gelaran buruk. Salah satu diantaranya adalah Mujassimah.
Ahlus-Sunnah yang telah menetapkan sifat-sifat Allah ta’ala yang tertera
dalam nash sebagaimana dhahirnya/hakekatnya, mereka anggap sebagai mujassimah,
menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Dalam kesempatan ini saya tidak akan
membahas bagaimana salahnya pemahaman itu. Saya di sini – untuk kesekian
kalinya – hanya akan mengajak Pembaca sekalian untuk berwisata sejenak pada
sedikit diantara banyak teks Syi’ah yang tertera dalam kitab-kitab mereka.
زيد عن عبد الله بن سنان قال
سمعت ابا عبد الله (ع) يقول ان الله ليخاصر العبد المؤمن يوم القيامة والمؤمن
يخاصر ربه يذكره ذنوبه قلت وما يخاصر قال فوضع يده على خاصرتي فقال هكذا كما يناجى
الرجل منا اخاه في الامر يسره إليه
Zaid,
dari ‘Abdullah bin Sinaan, ia berkata : Aku mendengar Abu ‘Abdillah (‘alaihis-salaam)
berkata : “Sesungguhnya Allah yukhaashir hamba-Nya yang beriman di hari
kiamat. Dan hamba-Nya yang beriman pun akan ‘yukhaashir’ Rabb-Nya seraya
menyebutkan dosa-dosanya”. Aku (‘Abdullah bin Sinaan) berkata : “Apa makna yukhaashir
?”. Ia (Ibnu Sinaan) berkata : “Lalu Abu ‘Abdillah meletakkan tangannya di
pinggangku, lalu berkata : “Seperti inilah sebagaimana seorang laki-laki
membisiki saudaranya dalam perkara yang ia rahasiakan kepadanya” [Al-Ushuulus-Sittah,
hal. 54 – lihat sumber Syi’ah : http://www.rafed.net/books/hadith/usul-16/04.html].
عن علي بن إبراهيم ، عن أبيه ، عن ابن أبي
عمير ، عمن ذكر ، عن أبي حمزة الثمالي قال : رأيت علي بن الحسين (عليهما السلام)
قاعدا واضعا إحدى رجليه على فخذه ، فقلت : إن الناس يكرهون هذه الجلسة ويقولون :
إنها جلسة الرب ، فقال : إني إنما جلست هذه الجلسة للملالة ، والرب لا يمل ولا
تأخذه سنة ولا نوم
Dari
‘Aliy bin Ibraahiim, dari ayahnya, dari Ibnu Abi ‘Umair, dari seseorang yang
menyebutkan dari Hamzah Ats-Tsamaaliy, ia berkata : “Aku melihat ‘Aliy bin
Al-Husain (‘alaihimas-salaam) duduk dengan meletakkan salah satu
kakinya di atas pahanya. Lalu aku berkata : “Sesungguhnya orang-orang
membenci cara duduk seperti ini. Mereka berkata : ‘Sesungguhnya ia adalah cara
duduknya Rabb (Allah)”. ‘Aliy bin Al-Husain berkata : “Sesungguhnya aku duduk
seperti ini karena aku capek. Adapun Rabb tidaklah capek, merasa ngantuk, dan
tidur” [Wasaailusy-Syii’ah, no. 15774].
‘Aliy
bin Al-Husain tidak mengingkari apa yang dikatakan Hamzah. Ia hanya menjelaskan
alasan mengapa dirinya duduk seperti itu dan perbedaan antara duduknya dengan Allah ta’ala.
حدثني ابي رحمه الله ، عن سعد بن عبد الله
، عن محمد بن عيسى بن عبيد اليقطيني ، عن محمد بن سنان ، عن ابي سعيد القماط ، عن
ابن ابي يعفور ، عن ابي عبد الله ( عليه السلام ) ، قال : بينما رسول الله ( صلى
الله عليه وآله ) في منزل فاطمة ( عليها السلام ) والحسين في حجره إذ بكى وخر
ساجدا ثم قال : يا فاطمة يا بنت محمد ان العلي الاعلى تراءى لي في بيتك هذا في
ساعتي هذه في أحسن صورة وأهيا هيئة ، وقال لي : يا محمد أتحب الحسين ( عليه السلام
) ، فقلت : نعم قرة عيني وريحانتي وثمرة فؤادي وجلدة ما بين عيني ، فقال لي : يا
محمد – ووضع يده على رأس الحسين ( عليه السلام ) – بورك من مولود عليه بركاتي
وصلواتي ورحمتي ورضواني ، ولعنتي وسخطي وعذابي وخزيي ونكالي على من قتله وناصبه
وناواه ونازعه ، اما انه سيد الشهداء من الاولين والاخرين في الدنيا والاخرة
Telah
menceritakan ayahku rahimahullah, dari Sa’d bin ‘Abdillah, dari Muhammad
bin ‘Iisaa bin ‘Ubaid Al-Yaqthiiniy, dari Muhammad bin Sinaan, dari Abu Sa’iid
Al-Qamaath, dari Ibnu Abi Ya’fuur, dari Abu ‘Abdillah (‘alaihis-salaam),
ia berkata : Ketika Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi di rumah
Faathimah ‘alaihas-salaam, sedangkan Al-Husain di dalam kamarnya,
tiba-tiba beliau menangis dan bersungkur sujud, lalu berkata : “Wahai
Faathimah, wahai anak wanita Muhammad. Sesungguhnya Dzat yang Maha Tinggi
melihatku di rumahmu ini, di waktu ini, dalam sebaik-baik bentuk, dan
berkata kepadaku : ‘Wahai Muhammad, apakah engkau senang Al-Husain ‘alaihis-salaam
?’. Aku menjawab : ‘Ya, ia adalah penyejuk pandanganku, raihanah-ku,
buah hatiku, dan kulit di antara dua mataku’. Lalu Ia (Allah) berkata kepadaku
: ‘Wahai Muhammad – lalu Ia meletakkan tangan-Nya di atas kepala Al-Husain ‘alaihis-salaam
– ia telah diberikan barakah dengan keberkahan-Ku, shalawat-Ku, rahmat-Ku, dan
keridlaan-Ku. Dan laknat-Ku, kemarahan-Ku, ‘adzab-Ku, kerendahan-Ku, dan
hukuman-Ku atas orang yang membunuhnya, membencinya, memusuhinya, dan
menyelisihinya. Sesungguhnya ia adalah sayyidusy-syuhadaa’ dari kalangan
orang-orang terdahulu dan kemudian di dunia dan akhirat” [Al-Kaamil
Az-Ziyaaraat oleh Ja’far bin Muhammad Al-Kuluwaih, hal. 141-142].
Dan
yang lainnya.
Saya
tahu sebagian orang syi’ah ada yang berusaha melemahkannya dan menakwilkannya
dengan ta’wil macam-macam agar tak dianggap mujassimah. Namun
dengan melihat jalan pikir (sebagian) mereka ketika melihat riwayat
Ahlus-Sunnah yang dengan tergopoh-gopoh langsung dicap sebagai riwayat tajsim;
maka saya persilakan mereka katakan pada riwayat mereka sendiri hal yang
semisal. Semoga bergembira……
[abul-jauzaa’
– rnn – 02011439].
Comments
Posting Komentar