Al-Aajuriiy rahimahullah berkata:
وَأَنْبَأَنَا أَبُو
الْقَاسِمِ أَيْضًا، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ،
قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمٍ الطَّائِفِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا
جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ
الطَّيَّارِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ قَالَ: وَلِيَنَا أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ فَخَيْرُ خَلِيفَةٍ أَرْحَمُهُ بِنَا وَأَحْنَاهُ عَلَيْنَا
Dan Telah memberitakan kepada kami Abul-Qaasim, ia
berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Khaitsamah Zuhair bin Harb, ia
berkata : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Sulaim Ath-Thaaifiy, ia
berkata Telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Muhammad, dari ayahnya, dari
‘Abdullah bin Ja’far Ath-Thayyaar radliyallaahu ‘anhum, ia berkata :
“Abu Bakr telah mengurus kami, ia adalah sebaik-baik Khaliifah, paling
mengasihi kami, dan paling penyayang terhadap kami” [Asy-Syarii’ah, 2/440
no. 1247].
Diriwayatkan juga oleh Ibnu ‘Asaakir dalam Taariikh
Dimasyq dari 30/386-387 jalan Abu Khaitsamah.
Abu
Khaitsamah mempunyai mutaba’aat dari:
1. Ibraahiim bin Mundzir Al-Hizaamiy; sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Haakim
dalam Al-Mustadrak 3/79
2. Asy-Syaafi’iy dalam Al-Umm 1/180; dan darinya Al-Muzanniy dalam As-Sunan
Al-Ma’tsuurah no. 468, Ad-Daaraquthniy dalam Fadlaailush-Shahaabah no.
26, dan Al-Baihaqiy dalam Al-Ma’rifah no. 85;
3. Muhammad bin ‘Abdirrahiim Asy-Syaruus; sebagaimana diriwayatkan oleh Khaitsamah
bin Sulaimaan dalam Hadiits-nya hal. 131 dan Ibnu ‘Asaakir dalam Taariikh
Dimasyq 30/386;
4. Al-Humaidiy; sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Laalikaa’iy dalam Syarh
Ushuulil-I’tiqaad no. 2459
5. Muhammad bin Qudaamah Al-Jauhaariy; sebagaimana diriwayatkan oleh
Al-Qathii’iy dalam Zawaaid Fadlaailish-Shahaabah no. 699.
6. Muhammad bin Ash-Shabbaah Al-Jarjaraaiy; sebagaimana diriwayatkan oleh Ad-Daaraquthniy
dalam Fadlaailush-Shahaabah no. 25.
7. Ismaa’iil bin Yaziid Al-Qaththaan; sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu
‘Asaakir dalam Taariikh Dimasyq dari 30/387.
8. Muhammad bin Ismaa’iil Al-Khusyuu’iy; sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu
‘Asaakir dalam Taariikh Dimasyq dari 30/387.
Riwayat
ini berporos pada Yahyaa bin Sulaim. Para ulama berselisih pendapat tentangnya.
Ada yang menta’dilnya, ada pula yang menjarhnya. Namun yang raajih – wallaahu
a’lam – haditsnya hasan, dan riwayatnya lemah jika ia meriwayatkan dari ‘Ubaidullah
bin ‘Umar[1].
Adapun
Ja’far bin Muhammad dan ayahnya (Muhammad Al-Baaqir) adalah dua orang ulama
Ahlul-Bait yang dianggap orang Syi’ah sebagai imam-imam mereka. ‘Abdullah bin
Ja’far adalah masih kerabat dekat dari Ahlul-Bait ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu
‘anhum.
Oleh
karena itu, sanad riwayat ini hasan.
Faedah
:
1.
Abu Bakr Ash-Shiddiq
adalah orang yang sangat penyayang dan memperhatikan para shahabat, terutama
Ahlul-Bait Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
2.
Abu Bakr Ash-Shiddiiq
dianggap ‘Abdullah bin Ja’far radliyallaahu ‘anhum sebagai sebaik-baik
khalifah sepeninggal Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
3.
Pujian terhadap Abu Bakr radliyallaahu
‘anhu tersebut tentunya terkait dengan baiknya muamalah terhadap sesama dan
baiknya ia menjalankan pemerintahan sepeninggal Nabi. Hal ini seperti perkataan
‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu
‘anhu:
ثُمَّ اسْتُخْلِفَ أَبُو
بَكْرٍ، فَعَمِلَ بِعَمَلِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبِسُنَّتِهِ،
ثُمَّ قُبِضَ أَبُو بَكْرٍ عَلَى خَيْرِ مَا قُبِضَ عَلَيْهِ أَحَدٌ، وَكَانَ خَيْرَ
هَذِهِ الْأُمَّةِ بَعْدَ نَبِيِّهَا، ثُمَّ اسْتُخْلِفَ عُمَرُ، فَعَمِلَ بِعَمَلِهِمَا
وَسُنَّتِهِمَا، ثُمَّ قُبِضَ عَلَى خَيْرِ مَا قُبِضَ عَلَيْهِ أَحَدٌ، وَكَانَ خَيْرَ
هَذِهِ الْأُمَّةِ بَعْدَ نَبِيِّهَا وَبَعْدَ أَبِي بَكْرٍ "
“.....Kemudian diangkatlah Abu Bakr menggantikan
beliau, lalu ia menjalankannya berdasarkan yang diperbuat oleh Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian Abu Bakr wafat dalam keadaan
sebaik-baik hamba yang diwafatkan. Ia adalah sebaik-baik umat setelah Nabinya.
Kemudian diangkatlah ‘Umar menggantikannya. Ia pun menjalankan berdasarkan yang
diperbuat dan sunnah mereka berdua (Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan Abu
Bakr). Kemudian ‘Umar pun wafat dalam keadaan sebaik-baik hamba diwafatkan. Ia
adalah sebaik-baik umat setelah Nabinya dan setelah Abu Bakr” [Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf no. 38050, dan darinya Ahmad
dalam Al-Musnad, 1/128 no. 1059 dan Adl-Dliyaa’ dalam Al-Mukhtarah no.
671; sanadnya hasan[2]].
Al-Husain bin ‘Aliy bin
Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhum berkata:
مَنْزِلَتُهُمَا السَّاعَةَ
“Kedudukan keduanya adalah
seperti kedudukan mereka berdua pada saat ini (yaitu sangat dekat dimana kedua
berdampingan dengan kubur Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam)”
[Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Ahmad dalam Zawaaid Al-Musnad, 4/77; shahih[3]].
4.
Seandainya yang dikatakan
oleh ‘Abdullah bin Ja’far tentang diri Abu Bakr adalah dusta, niscaya Ja’far
bin Muhammad dan ayahnya tidak akan meriwayatkannya tanpa ada pengingkaran.
Apalagi jika orang Syi’ah menganggap Abu Bakr dan ‘Umar adalah kafir hanya
karena perbedaan loyalitas dalam masalah khilaafah.
Wallaahu
a’lam, semoga ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’
– perumahan ciomas permai – 12042015- 01:43].
a.
Menta’dilnya:
Ibnu Ma’iin berkata : “Tsiqah”
[At-Taariikh lid-Daarimiy no. 859, Al-Jarh wat-Ta’diil 9/156 no.
647, dan Al-Kaamil, 9/63]. Di lain tempat ia berkata : “Tidak mengapa
dengannya, ditulis haditsnya” [Al-Kaamil, 9/62-63].
Ibnu Sa’d berkata : “Tsiqah,
banyak haditsnya”. Al-‘Ijliy berkata : “Tsiqah” [Tahdziibut-Tahdziib,
11/226-227].
Ibnu ‘Adiy berkata :
“Yahyaa bin Sulaim mempunyai hadits-hadits yang baik, ifraadaat, dan gharaaib
yang ia bersendirian dengannya; dari Ismaa’iil bin Umayyah dari ‘Ubaidullah bin
‘Amru bin Khutsaim, dan seluruh gurunya. Hadits-haditsnya berdekatan, dan ia
seorang yang shaduuq, tidak mengapa dengannya” [Al-Kaamil, 9/63].
Ibnu Hibbaan
menyebutkannya dalam Ats-Tsiqaat dan berkata : “Yukhthi’” –
sebagaimana dikatakn Al-Mizziy dalam Tahdziibul-Kamaal (31/368-369).
Akan tetapi dalam Ats-Tsiqaat (7/615) tidak terdapat kata ‘yuhkthi’’.
Ibnu Basykawal memasukkannya
ke jajaran syaikh Ibnu Wahb; lalu ia (Ibnu Basykawal) berkata : “Ath-Thaaifiy,
syaikh”.
Ibnu Khuzaimah dan
Al-Haakim menshahihkan haditsnya.
b.
Menjarhnya.
Abu Haatim berkata :
“Seorang syaikh yang shaalih, tempatnya kejujuran, namun tidak haafidh.
Ditulis haditsnya, namun tidak boleh berhujjah dengannya” [Al-Jarh
wat-Ta’diil 9/156 no. 647].
Al-Baihaqiy berkata :
“Jelek hapalannya dan banyak salahnya” [As-Sunan Al-Kubraa, 10/293].
Abu Bisyr Ad-Duulabiy
berkata : “Tidak kuat (laisa bil-qawiy)” [Tahdziibul-Kamaal,
31/368].
Ad-Daaraquthniy berkata :
“Jelek hapalannya” [Tahdziibut-Tahdziib, 11/27].
c.
Menjarhnya secara muqayyad.
Ahmad bin Hanbal
mengkritiknya. Akan tetapi beberapa riwayat yang ternukil darinya (Ahmad),
kritikannya tersebut tertuju pada riwayat Yahyaa dari ‘Ubaidullah bin ‘Umar [Suaalaat
Al-Marruudziy no. 259, Suaalaat Abi Daawud no. 238, dan Adl-Dlu’afaa
lil-‘Uqailiy hal. 1516-1517 no. 2034]. Di lain tempat ia (Ahmad) memujinya
dengan mengatakan: “Tsiqah” [Al-Kaamil, 9/62].
Di sini dapat dipahami
dengan memperhatikan seluruh perkataan Ahmad bahwa kritikannya terkait pada
riwayat Yahyaa dari ‘Ubaidullah bin ‘Umar, wallaahu a’lam.
Al-Bukhaariy berkata :
“Yahyaa bin Sulaim meriwayatkan hadits-hadits dari ‘Ubaidullah (bin ‘Umar), dan
ia sering mengalami keraguan padanya” [‘Ilal At-Tirmidziy hal. 192 no.
339]. Ibnu Hajar menukil perkataan Al-Bukhaariy dalam Taariikh-nya dalam
biografi ‘Abdurrahmaan bin Naafi’ : “Apa yang diriwayatkan Al-Humaidiy dari
Yahyaa bin Sulaim, maka shahih” [Tahdziibut-Tahdziib, 11/227].
Al-Bukhaariy berhujjah dengan hadits Yahyaa bin Sulaim dalam Shahiih-nya selain
dari haditsnya yang berasal dari ‘Ubaidullah bin ‘Umar.
An-Nasaa’iy berkata :
“Tidak kuat” [Al-Kaamil, 9/63]. Di lain tempat ia berkata : “Tidak
mengapa dengannya. Ia seorang yang munkarul-hadits dari ‘Ubaidullah bin
‘Umar” [Tahdziibul-Kamaal, 31/368].
As-Saajiy berkata : “Shaduuq,
sering ragu dalam hadits dan keliru dalam hadits-hadits yang ia riwayatkan dari
‘Ubaidullah bin ‘Umar” [Tahdziibut-Tahdziib, 11/227].
Sama seperti Ahmad, yang
nampak dari perkataan mereka (Al-Bukhaariy, An-Nasaa’iy, dan As-Saajiy)
kritikan mereka muqayyad pada riwayat dari ‘Ubaidullah bin ‘Umar.
Adapun Ya’quub bin Sufyaan
Al-Fasawiy berkata : “Sunniy, seorang yang shaalih. Tidak mengapa dengan
kitabnya. Apabila ia meriwayatkan dari kitabnya, haditsnya hasan. Dan apabila
ia meriwayatkan dari hapalannya, maka itu diketahui dan diingkari” [Al-Ma’rifah,
3/51].
Adz-Dzahabiy menyimpulkan
: “Tsiqah” [Al-Kaasyif, 2/367 no. 6180]. Ia pun memasukkan Yahyaa
dalam kitab Man Tukullimaa fiihi wa Huwa Muwatstsaq hal. 541-542 no.
371.
Ibnu Hajar menyimpulkan :
“Shaduuq, namun jelek hapalannya” [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1057
no. 7613]. Basyar ‘Awwaad Ma’ruuf memberikan sanggahan dengan mengatakan :
“Bahkan, ia shaduuq, hasan haditsnya. Ia dla’iif dalam riwayatnya
dari ‘Ubaidullah bin ‘Umar” [Tahriir At-Taqriib, 4/86-87 no. 7563].
[2] Sulakan baca pembahasannya di artikel : ‘Aliy bin Abi Thaalib : Abu
Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa Menjalankan Pemerintahan
Sesuai dengan Sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
[3] Silakan baca pembahasannya di artikel : Kedudukan
Abu Bakr dan ‘Umar di Sisi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
Menurut ‘Aliy bin Al-Husain bin 'Aliy bin Abi Thaalib.
Comments
ustadz fb antum ko hilang ya..
السلام عليكم.
Ustadz, bukannya gelar "the best of the best" itu terlarang yah? Kan itu hampir sejenis dengan "raja di antara para raja" dan "hakim di antara para hakim"
**Abu Bakar Ash Shiddiq radliyallaahu ‘anhu adalah khalil bagi Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam**
Imam Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Sa’id Al Khudri radliyallaahu ‘anhu, berkata:
ﺧﻄﺐ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﻗﺎﻝ : ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺧﻴﺮ ﻋﺒﺪﺍ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﺑﻴﻦ ﻣﺎ ﻋﻨﺪﻩ ﻓﺎﺧﺘﺎﺭ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﻣﺎ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ . ﻗﺎﻝ : ﻓﺒﻜﻰ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ، ﻓﻌﺠﺒﻨﺎ ﻟﺒﻜﺎﺋﻪ ﺃﻥ ﻳﺨﺒﺮ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺧﻴﺮ ، ﻓﻜﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻫﻮ ﺍﻟﻤﺨﻴﺮ ، ﻭﻛﺎﻥ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺃﻋﻠﻤﻨﺎ . ﻓﻘﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﺇﻥ ﻣِﻦ ﺃﻣَﻦّ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻠﻲّ ﻓﻲ ﺻﺤﺒﺘﻪ ﻭﻣﺎﻟﻪ ﺃﺑﺎ ﺑﻜﺮ ، ﻭﻟﻮ ﻛﻨﺖ ﻣﺘﺨﺬﺍً ﺧﻠﻴﻼً ﻏﻴﺮ ﺭﺑﻲ ﻻﺗﺨﺬﺕ ﺃﺑﺎ ﺑﻜﺮ ، ﻭﻟﻜﻦ ﺃﺧﻮﺓ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻭﻣﻮﺩﺗﻪ ، ﻻ ﻳﺒﻘﻴﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﺑﺎﺏ ﺇﻻ ﺳُـﺪّ ﺇﻻ ﺑﺎﺏ ﺃﺑﻲ ﺑﻜﺮ
“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam berkhutbah kepada manusia, beliau berkata: ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala memilih hamba di antara dunia dan apa yang ada di dalamnya. Namun hamba tersebut hanya dapat memilih apa yang Allah tentukan’. Lalu Abu Bakar menangis. Kami pun heran dengan tangisan beliau itu, hanya karena Rasulullah mengabarkan tentang hamba pilihan. Padahal Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam lah orangnya, dan Abu Bakar lebih paham dari kami. Lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya orang yang sangat besar jasanya padaku dalam kedekatan dan kerelaan mengeluarkan harta, ialah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan mengangkat seorang kekasihku selain Rabbku pastilah aku akan memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan se-Islam dan kecintaan karenanya. Maka jangan ditinggalkan pintu kecil di masjid selain pintu Abu Bakar saja’.”
Posting Komentar