Sebagaimana
kita ketahui bersama, belakangan berkembang isu ISIS di Timur Tengah yang
kemudian sangat diidentikkan dengan gerakan klasik Khawaarij. Banyak orang yang
menaruh simpati dengan kelompok ISIS ini, terutama yang sama-sama punya
ideologi takfiriy (mudah mengkafirkan) dan suka dengan suasana chaos.
Mereka akrab
dengan darah kaum muslimin dan slogan-slogan khas : ‘Kafir,.... murtad’.
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan kita akan keberadaan
mereka melalui sabdanya:
......يَقْتُلُونَ أَهْلَ الْإِسْلَامِ
وَيَدَعُونَ أَهْلَ الْأَوْثَانِ لَئِنْ أَنَا أَدْرَكْتُهُمْ لَأَقْتُلَنَّهُمْ
قَتْلَ عَادٍ
“.....Mereka
(Khawaarij) membunuh kaum muslimin dan membiarkan penyembah berhala. Apabila
aku mendapati mereka, sungguh akan aku bunuh mereka seperti pembunuhan terhadap
kaum ‘Aad” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3344].
دَعْهُ فَإِنَّ لَهُ أَصْحَابًا يَحْقِرُ
أَحَدُكُمْ صَلَاتَهُ مَعَ صَلَاتِهِ، وَصِيَامَهُ مَعَ صِيَامِهِ، يَمْرُقُونَ
مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ......
"Biarkan saja ia, sebab ia mempunyai beberapa teman yang
salah seorang diantara kalian akan menganggap remeh shalatnya dibanding dengan
shalat orang itu, menganggap remeh puasanya dengan puasa orang itu. (Akan tetapi)
mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya....”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6933].
عَنْ ابْنِ عُمَرَ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " يَنْشَأُ نَشْءٌ يَقْرَءُونَ
الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ، كُلَّمَا خَرَجَ قَرْنٌ قُطِعَ "،
قَالَ ابْنُ عُمَرَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: " كُلَّمَا خَرَجَ قَرْنٌ قُطِعَ " أَكْثَرَ مِنْ عِشْرِينَ
مَرَّةً، " حَتَّى يَخْرُجَ فِي عِرَاضِهِمُ الدَّجَّالُ
"
Dari
Ibnu ‘Umar : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda : “Akan tumbuh berkembang para pemuda yang membaca
Al-Qur’an, namun tidak sampai melewati tenggorokan mereka. Setiap muncul satu
generasi akan tertumpas”. Ibnu ‘Umar berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda : “Setiap muncul satu generasi akan tertumpas
– lebih dari duapuluh kali kemunculannya – hingga Dajjaal keluar bersama
pasukan mereka” [Diriwayatkan oleh Ibnu Maajah no. 174; dihasankan oleh
Al-Albaaniy dalam Silsilah Ash-Shahiihah 5/582-583 no. 2455].
عَنْ أَبِي
أُمَامَةَ، يَقُولُ: " شَرُّ قَتْلَى قُتِلُوا تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ،
وَخَيْرُ قَتْلَى مَنْ قَتَلُوا كِلَابُ أَهْلِ النَّارِ، قَدْ كَانَ هَؤُلَاءِ
مُسْلِمِينَ فَصَارُوا كُفَّارًا "، قُلْتُ يَا أَبَا أُمَامَةَ: هَذَا
شَيْءٌ تَقُولُهُ، قَالَ: بَلْ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Abu Umaamah, ia berkata :
“Sejelek-jelek orang yang terbunuh di bawah kolong langit dan sebaik-baik orang
yang terbunuh adalah orang yang mereka bunuh; mereka itu adalah anjing-anjing
penghuni neraka. Sungguh, mereka itu dulunya muslim, namun berubah menjadi
kafir”. Aku (Abu Ghaalib) berkata : “Wahai Abu Umaamah, apakah ini sekedar
perkataanmu saja ?”. Ia menjawab : “Bahkan, itu adalah yang aku dengar dari
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam” [Diriwayatkan oleh Ibnu
Maajah no. 176; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih Ibni Maajah 1/76].
Meskipun sesat dan berbahaya
atas dasar nash-nash yang shahih dan sharih (jelas) dari Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam, ternyata ada yang lebih sesat dan bahaya dibandingkan
mereka. Ya, mereka adalah Syi’ah Raafidlah dimana di negeri ini mereka sedang menyusun
gerakan senyap dengan membonceng kendaraan organisasi besar Nahdlatul-‘Ulamaa’ (NU)
yang kebetulan Ketua Umumnya saat ini, Sa’id Aqil Siradj, punya ideologi
bunglon taqiyyah yang membela habis-habisan kelompok itu[1].
Sungguh, ini musibah besar yang sedang diderita oleh NU dan warga NU.
Syaikhul-Islaam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
menjelaskan beberapa alasan mengapa Syi’ah Raafidlah lebih sesat, lebih
jelek, dan lebih berbahaya bagi Islam dan kaum muslimin dibandingkan Khawaarij.
Beliau rahimahullah berkata:
وحال الجهمية
والرافضة شر من حال الخوارج فإن الخوارج كانوا يقاتلون المسلمين ويدعون قتال
الكفار وهؤلاء أعانوا الكفار على قتال المسلمين وذلوا للكفار فصاروا معاونين
للكفار أذلاء لهم معادين للمؤمنين أعزاء عليهم كما قد وجد مثل ذلك في طوائف
القرامطة والرافضة والجهمية النفاة والحلولية ومن استقرأ أحوال العالم رأى من ذلك
عبرا وصار في هؤلاء شبه من الذين قال الله تعالى فيهم : { ألم تر إلى الذين أوتوا
نصيبا من الكتاب يؤمنون بالجبت والطاغوت ويقولون للذين كفروا هؤلاء أهدى من الذين
آمنوا سبيلا * أولئك الذين لعنهم الله ومن يلعن الله فلن تجد له نصيرا } [ النساء
: 51 - 52 ]
“Keadaan Jahmiyyah dan
Raafidlah yang lebih jelek/buruk dibandingkan keadaan Khawaarij, dikarenakan
Khawaarij memerangi kaum muslimin dan meninggalkan peperangan terhadap orang
kafir. Adapun mereka (Jahmiyyah dan Raafidlah) menolong orang-orang kafir untuk
memerangi kaum muslimin dan tunduk kepada orang-orang kafir. Mereka menjadi
penolong bagi orang-orang kafir dan sangat tunduk kepada mereka untuk memusuhi orang-orang
beriman dan bersikap keras terhadap mereka. Hal itu seperti itu didapati pada
kelompok Qaraamithah, Raafidlah, dan Jahmiyyah yang menafikkan sifat-sifat
Allah dan mempunyai keyakinan huluuliyyah (bersatunya Allah dengan
hamba-Nya). Barangsiapa yang memperhatikan keadaan-keadaan dunia niscaya akan
melihat hal tersebut sebagai pelajaran. Oleh karenanya, keadaan mereka
(Jahmiyyah dan Raafidlah) menyerupai orang yang difirmankan Allah ta’ala
tentangnya: ‘Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi
bahagian dari Al Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan
kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya
dari orang-orang yang beriman. Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barang
siapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh
penolong baginya’ (QS. An-Nisaa’ : 51-52)” [Dar’ut-Ta’aarudl,
3/364].
وهؤلاء الرافضة
ان لم يكونوا شرا من الخوارج المنصوصين فليسوا دونهم فان اولئك انما كفروا عثمان
وعليا واتباع عثمان وعلي فقط دون من قعد عن القتال او مات قبل ذلك
والرافضة كفرت ابا بكر وعمر وعثمان وعامة
المهاجرين والأنصار والذين اتبعوهم باحسان الذين رضى الله عنهم ورضوا عنه وكفروا
جماهير امة محمد من المتقدمين والمتاخرين
فيكفرون كل من اعتقد فى ابى بكر وعمر والمهاجرين
والأنصار العدالة او ترضى عنهم كما رضىالله عنهم او يستغفر لهم كما أمر الله
بالاستغفار لهم ولهذا يكفرون اعلام الملة مثل سعيد بن المسيب وابى مسلم الخولانى
وأوبس القرنى وعطاء بن ابى رباح وابراهيم النخعى ومثل مالك والأوزاعى وابى حنيفة
وحماد بن زيد وحماد ابن سلمة والثورى والشافعى واحمد بن حنبل وفضيل بن عياض وأبى
سليمان الدارانى ومعروف الكرخى والحنيد بن محمد وسهل ابن عبد الله التسترى وغير
هؤلاء ويستحلون دماء من خرج عنهم ويسمون مذهبهم مذهب الجمهور كما يسميه المتفلسفة
ونحوهم بذلك
“Seandainya orang-orang
Raafidlah (dianggap) tidak lebih jahat daripada Khawaarij yang kejelekannya
berdasarkan nash, maka mereka (Raafidlah) tidaklah lebih rendah daripada
Khawaarij. Hal itu dikarenakan Khawaarij hanya mengkafirkan ‘Utsmaan, ‘Aliy,
serta pengikut ‘Utsmaan dan ‘Aliy saja; tidak termasuk orang-orang yang duduk
tidak turut berperang atau yang meninggal sebelum itu. Adapun Raafidlah mengkafirkan
Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsmaan, mayoritas kaum Muhaajiriin dan Anshaar, serta
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik yang telah Allah ridlai[2]. Mereka
mengkafirkan mayoritas umat Muhammad dari kalangan terdahulu dan kemudian.
Mereka mengkafirkan setiap orang
yang meyakini keadilan Abu Bakr, ‘Umar, kaum Muhaajiriin, dan kaum Anshaar,
atau orang yang mendoakan keridlaan kepada mereka sebagaimana Allah telah
meridlai mereka, atau orang yang memohonkan ampunan kepada mereka sebagaimana
yang Allah perintahkan untuk memohonkan ampunan kepada mereka. Oleh karena itu,
Raafidlah mengkafirkan para ulama yang terkemuka dalam agama Islam seperti
Sa’iid bin Al-Musayyib, Abu Muslim Al-Khaulaaniy, Uwais Al-Qarniy, ‘Athaa’ bin
Abi Rabbaah, Ibraahiim An-Nakha’iy; juga orang seperti Maalik, Al-Auzaa’iy, Abu
Haniifah, Hammaad bin Zaid, Hammaad bin Salamah, Ats-Tsauriy, Asy-Syaafi’iy,
Ahmad bin Hanbal, Fudlail bin ‘Iyaadl, Abu Sulaimaan Ad-Daaraaniy, Ma’ruuf
Al-Karkhiy, Al-Junaid bin Muhammad, Sahl bin ‘Abdillah At-Tustariy, dan yang
lainnya. Mereka menghalalkan darah orang yang keluar dari kelompok mereka, dan
menamakan madzhab mereka sebagai madzhba ‘jumhur’ seperti halnya orang-orang
filsafat dan yang semisalnya juga menamakannya demikian” [Majmuu’
Al-Fataawaa, 28/477].
ويرون أن حج هذه
المشاهد المكذوبة وغير المكذوبة من أعظم العبادات حتى أن من مشائخهم من يفضلها على
حج البيت الذى أمر الله به ورسوله ووصف حالهم يطول
فبهذا يتبين أنهم شر من عامة أهل الأهواء وأحق
بالقتال من الخوارج وهذا هو السبب فيما شاع فى العرف العام أن أهل البدع هم
الرافضة فالعامة شاع عندها أن ضد السنى هو الرافضى فقط لأنهم أظهر معاندة لسنة
رسول الله صلى الله عليه و سلم وشرائع دينه من سائر أهل الأهواء
“Dan mereka (Raafidlah)
berpandangan bahwa berziarah ke kuburan palsu ataupun asli
termasuk ibadah yang paling agung, hingga ada diantara tokoh-tokoh mereka lebih mengutamakannya dibandingkan
haji ke Baitullah yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Menyebutkan
keadaan mereka tentu akan panjang.
Dengan demikian, jelaslah bahwa
mereka lebih jelek daripada umumnya pengikut hawa nafsu dan lebih berhak untuk
diperangi dibandingkan Khawaarij. Inilah sebabnya yang tersiar dalam kebiasaan masyarakat
umum bahwa yang disebut ahlul-bid’ah adalah Raafidlah. Begitu pula yang tersiar
di masyarakat umum bahwa kebalikan dari Sunniy adalah Raafidliy saja, karena mereka
adalah orang yang paling nampak penentangannya terhadap sunnah Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam dan syari’at-syari’at agama-Nya dibandingkan seluruh pengikut
hawa nafsu lainnya” [idem, 28/482].
وأيضا فالخوارج
كانوا يتبعون القرآن بمقتضى فهمهم وهؤلاء إنما يتبعون الإمام المعصوم عندهم الذى
لا وجود له فمستند الخوارج خير من مستندهم
وأيضا فالخوارج لم يكن منهم زنديق ولا غال
وهؤلاء فيهم من الزندقة والغالية من لا يحصيه إلا الله وقد ذكر اهل العلم أن مبدأ
الرفض إنما كان من الزنديق عبد الله بن سبأ فإنه أظهر الإسلام وأبطن اليهودية وطلب
أن يفسد الإسلام كما فعل بولص النصرانى الذى كان يهوديا فى إفساد دين النصارى
“Dan juga, orang-orang Khawaarij
masih mengikuti Al-Qur’an berdasarkan pemahaman mereka, sedangkan orang-orang Raafidlah
hanyalah mengikuti imam yang ma’shuum menurut mereka yang tidak ada
wujudnya. Maka dalam hal ini, sandaran Khawaarij lebih baik daripada sandaran
mereka (Raafidlah).
Orang-orang Khawaarij tidak ada
yang zindiq dan kultus individu, sedangkan mereka (Raafidlah) terdapat orang
zindiq dan berlebihan dalam kultus individu dalam jumlah yang tak terhitung.
Para ulama telah menyebutkan bahwa asas ajaran Raafidlah berasal dari orang
zindiq ‘Abdullah bin Saba’[3]. Ia
menampakkan keislaman dan menyembunyikan keyahudiyahannya, yang berusaha
merusak agama Islam sebagaimana yang dilakukan Paulus, orang Nashraaniy, yang
notabene orang Yahudi yang berusaha merusak agama Nashaaraa” [idem,
28/483].
وإنما كان هؤلاء
شرا من الخوارج الحرورية وغيرهم من أهل الأهواء لإشتمال مذاهبهم على شر مما إشتملت
عليه مذاهب الخوارج وذلك لأن الخوارج الحرورية كانوا أول أهل الأهواء خروجا عن
السنة والجماعة
“Orang-orang Raafidlah lebih
jelek daripada orang-orang Khawaarij Haruuriyyah dan yang lainnya dari kalangan
pengikut hawa nafsu, hanyalah karena madzahab mereka memuat kejelekan yang
lebih parah dibandingkan madzhab Khawaarij. Hal itu dikarenakan, Khawaarij
Haruuriyyah adalah kelompok pengikut hawa nafsu yang pertama kali keluar dari
Sunnah dan Jama’ah (Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah)” [idem, 28/489].
وأيضا فإن
الخوارج الحرورية كانوا ينتحلون إتباع القرآن بآرائهم ويدعون إتباع السنن التى
يزعمون أنها تخالف القرآن والرافضة تنتحل إتباع أهل البيت وتزعم أن فيهم المعصوم
الذى لا يخفى عليه شىء من العلم ولا يخطىء لا عمدا ولا سهوا ولا رشدا
“Orang-orang Khawaarij
Haruuriyyah masih mengaku mengikuti Al-Qur’an berdasarkan pendapat-pendapat
mereka, serta meninggalkan mengikuti sunnah-sunnah yang mereka sangka menyelisihi
Al-Qur’an. Adapun Raafidlah mengaku mengikuti Ahlul-Bait dan menyangkanya
berpredikat ma’shuum yang tidak ada suatu ilmu pun tersembunyi atas
mereka, serta tidak pernah keliru baik dengan sengaja ataupun lupa/tidak
sengaja, atau dalam keadaan sadar” [idem, 28/491].
والرافضة أشد
بدعة من الخوارج وهم يكفرون من لم تكن الخوارج تكفره كأبى بكر وعمر ويكذبون على
النبي صلى الله عليه و سلم والصحابة كذبا ما كذب أحد مثله والخوارج لا يكذبون لكن
الخوارج كانوا أصدق وأشجع منهم وأوفى بالعهد منهم فكانوا أكثر قتالا منهم وهؤلاء
أكذب وأجبن وأغدر وأذل
“Dan bid’ah
Raafidlah lebih parah dibandingkan Khawaarij. Mereka (Raafidlah) mengkafirkan
orang-orang yang tidak dikafirkan oleh Khawaarij, seperti Abu Bakr dan ‘Umar.
Raafidlah juga melakukan kedustaan terhadap Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam dan para shahabat dengan kedustaan yang tidak seorang pun akan
berdusta semisalnya. Adapun Khawaarij tidaklah berdusta, akan tetapi Khawaarij lebih
jujur dan lebih ‘gentle’ (berani) dibandingkan mereka (Raafidlah), serta
lebih menepati janji dibandingkan mereka. Maka, Khawaarij lebih banyak
aktivitas peperangannya dibandingkan mereka, karena mereka lebih dusta, lebih
pengecut/penakut, lebih khianat, dan lebih hina dibandingkan Khawaarij” [Minhaajus-Sunnah,
5/154].
Apa yang dikatakan oleh
Syaikhul-Islaam Ibnu Taimiyyah rahimahullah di atas adalah benar, sesuai
realitas.
Menjadi kewajiban bagi kita
untuk waspada terhadap kelompok Khawaarij dan pemikirannya seperti ISIS dan
jama’ah-jama’ah takfiriy kontemporer. Begitu pula menjadi kewajiban bagi
kita untuk lebih mewaspadai serigala berbulu domba, Syi’ah Raafidlah, yang saat
ini berusaha membuat kerusakan dengan slogan-slogan ‘anti-wahabi’ dengan
membonceng kendaraan ‘Aswaja’ dan/atau organisasi Nahdlatul-Ulamaa (NU).
Wallaahul-musta’aan.
[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas
permai – 16032015 – 20:54].
[1] Ini adalah
perkataan Sa’id Aqil Siradj saat memberikan sambutan pada acara keagamaan orang
Syi’ah:
Ini adalah ‘sindiran’ Habiib Ahmad Zain Al-Kaff, tokoh
ulama NU Jawa Timur, saat dipertemukan dengan Sa’id Aqil Siradj:
Sa’id Aqil Siradj dan orang-orang semacamnya adalah
pengkhianat NU, sebab KH. Hasyim Asy’ariy, pendiri NU, sangat tegas terhadap
kelompok Syi’ah Raafidlah (Imaamiyyah). Ia berkata (dikutip dari islampos):
المقالة
الأولى: فصل في
بيان تمسك أهل جاوى بمذهب أهل السنة والجماعة، وبيان ابتداء ظهور البدع وانتشارها
في أرض جاوى، وبيان أنواع المبتدعين في هذا الزمان. قد كان مسلموا الأقطار الجاوية
في الأزمان السالفة الخالية متفقي الآراء والمذهب ومتحدي المأخذ والمشرب، فكلهم في
الفقه على المذهب النفيس مذهب الإمام محمد بن إدريس، وفي أصول الدين على مذهب
الإمام أبي الحسن الأشعري، وفي التصوف على مذهب الإمام الغزالي والإمام أبي الحسن
الشاذلي رضي الله عنهم أجمعين. ثم إنه حدث في عام الف وثلاثمائة وثلاثين أحزاب
متنوعة وآراء متدافعة وأقوال متضاربة، ورجال متجاذبة، فمنهم سلفيون قائمون على ما
عليه أسلافهم من التمذهب بالمذهب المعين والتمسك بالكتب المعتبرة المتداولة، ومحبة
أهل البيت والأولياء والصالحين، والتبرك بهم أحياء وأمواتا، وزيارة القبور وتلقين
الميت والصدقة عنه واعتقاد الشفاعة ونفع الدعاء والتوسل وغير ذلك…ومنهم رافضيون
يسبون سيدنا أبا بكر وعمر رضي الله عنهما ويكرهون الصحابة رضي الله عنهم، ويبالغون
هوى سيدنا علي وأهل بيته رضوان الله عليهم أجميعن، قال السيد محمد في شرح القاموس:
وبعضهم يرتقي إلى الكفر والزندقة أعاذنا الله والمسلمين منها. قال القاضي عياض في
الشفا: عن عبد الله بن مغفل قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم (الله الله في
أصحابي لا تتخذوهم غرضا بعدى فمن أحبهم فبحبي أحبهم ومن أبغضهم فببغضي أبغضهم ومن
آذاهم فقد آذانى ومن آذانى فقد آذى الله ومن آذى الله يوشك أن يأخذه) وقال رسول
الله صلى الله عليه وسلم (لا تسبوا أصحابي فمن سبهم فعليه لعنة الله والملائكة
والناس أجمعين لا يقبل الله منه صرفا ولا عدلا) وقال صلى الله عليه وسلم (لا تسبوا
أصحابي فإنه يجئ قوم في آخر الزمان يسبون أصحابي فلا تصلوا عليهم ولا تصلوا معهم
ولا تناكحوهم ولا تجالسوهم وإن مرضوا فلا تعودوهم) وعنه صلى الله عليه وسلم (من سب
أصحابي فاضربوه) وقد أعلم النبي صلى الله عليه وسلم أن سبهم وآذاهم يؤذيه وأذى
النبي صلى الله عليه وسلم حرام فقال (لا تؤذوني في أصحابي ومن آذاهم فقد آذانى)
وقال (لا تؤذوني في عائشة) وقال في فاطمة (بضعة منى يؤذيني ما آذاها). اهـ (الشيخ
محمد هاشم أشعري، رسالة أهل السنة والجماعة، ص 9-10).
Maqaalah Pertama
Pasal untuk menjelaskan penduduk Jawi berpegang kepada
madzhab Ahlusunnah wal Jama’ah, dan awal kemunculan bid’ah dan meluasnya di
Jawa, serta macam-macam ahli bid’ah di zaman ini. Umat Islam yang mendiami
wilayah Jawa sejak zaman dahulu telah bersepakat dan menyatu dalam pandangan
keagamaannya.
Di bidang fikih, mereka berpegang kepada mazhab Imam
Syafi’i, di bidang ushuluddin berpegang kepada mazhab Abu Al-Hasan Al-Asy’ari,
dan di bidang tasawuf berpegang kepada mazhab Abu Hamid Al-Ghazali dan Abu
Al-Hasan Al-Syadzili, semoga Allah meridhoi mereka semua. Kemudian pada tahun
1330 H muncul kelompok, pandangan, ucapan dan tokoh-tokoh yang saling
berseberangan dan beraneka ragam.
Di antara mereka adalah kaum Salaf yang memegang teguh
tradisi para tokoh pendahulu mereka dengan bermazhab dengan satu mazhab dan
kitab-kitab mu’tabar, kecintaan terhadap Ahlul Bait Nabi, para wali dan
orang-orang salih, selain itu juga tabarruk dengan mereka baik ketika masih
hidup atau setelah wafat, ziarah kubur, mentalqin mayit, bersedekah untuk
mayit, meyakini syafaat, manfaat doa dan tawassul serta lain sebagainya.
Di antara mereka juga ada golongan rofidhoh yang suka
mencaci Sayidina Abu Bakr dan ‘Umar radhiallahu anhum, membenci para sahabat
nabi dan berlebihan dalam mencintai Sayidina ‘Ali dan anggota keluarganya,
semoga Allah meridhoi mereka semua.
Berkata Sayyid Muhammad dalam Syarah Qamus, sebagian
mereka bahkan sampai pada tingkatan kafir dan zindiq, semoga Allah melindungi
kita dan umat Islam dari aliran ini.
Berkata Al-Qadhi ‘Iyadh dalam kitab As-Syifa bi Ta’rif
Huquq Al-Musthafa, dari Abdillah ibn Mughafal, Rasulullah sallallahu alayhi
wasallam bersabda:
“Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah
mengenai sahabat-sahabatku. Janganlah kamu menjadikan mereka sebagai sasaran
caci-maki sesudah aku tiada. Barangsiapa mencintai mereka, maka semata-mata
karena mencintaiku. Dan barang siapa membenci mereka, maka berarti semata-mata
karena membenciku. Dan barangsiapa menyakiti mereka berarti dia telah menyakiti
aku, dan barangsiapa menyakiti aku berarti dia telah menyakiti Allah. Dan
barangsiapa telah menyakiti Allah dikhawatirkan Allah akan menghukumnya”
(HR. al-Tirmidzi dalam Sunan al-Tirmidzi Juz V/hal. 696 hadits No. 3762).
Rasulullah sallallahu alayhi wasallam bersabda:
“Janganlah kamu mencela para sahabatku, Maka siapa
yang mencela mereka, atasnya laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh
manusia. Allah Ta’ala tidak akan menerima amal darinya pada hari kiamat, baik
yang wajib maupun yang sunnah” (HR. Abu Nu’aim, Al-Thabrani dan Al-Hakim).
Rasulullah sallallahu alayhi wasallam bersabda:
“Janganlah kamu mencaci para sahabatku, sebab di
akhir zaman nanti akan datang suatu kaum yang mencela para sahabatku, maka
jangan kamu menyolati atas mereka dan shalat bersama mereka, jangan kamu
menikahkan mereka dan jangan duduk-duduk bersama mereka, jika sakit jangan kamu
jenguk mereka.”
Nabi sallallahu alayhi wasallam telah kabarkan bahwa
mencela dan menyakiti mereka adalah juga menyakiti Nabi, sedangkan menyakiti
Nabi haram hukumnya.
Rasul sallallahu alayhi wasallam bersabda:
“Jangan kamu sakiti aku dalam perkara sahabatku,
dan siapa yang menyakiti mereka berarti menyakiti aku.” Beliau bersabda,
“Jangan kamu menyakiti aku dengan cara menyakiti Fatimah. Sebab Fatimah adalah
darah dagingku, apa saja yang menyakitinya berarti telah menyakiti aku”
(Risalat Ahli Sunnah wal Jama’ah, h.9-10)
المقالة
الثانية: وليس مذهب في هذه الأزمنة المتأخرة بهذه الصفة إلا المذاهب الأربعة،
اللهم إلا مذهب الإمامية والزيدية وهم أهل البدعة لا يجوز الاعتماد على أقاويلهم.
اهـ (الشيخ محمد هاشم أشعري، رسالة في تأكد الأخذ بمذاهب الأئمة الأربعة، ص 29).
Maqaalah Kedua
Bukanlah yang disebut mazhab pada masa-masa sekarang
ini dengan sifat yang demikian itu kecuali Mazahib Arba’ah (Imam Abu Hanifah,
Imam Malik, Imam Syafi’I dan Imam Ahmad).
Selain dari pada itu, seperti mazhab Syiah Imamiyah
dan Syiah Zaidiyah, mereka adalah ahul bid’ah yang tidak boleh berpegang kepada
pandangan-pandangan mereka. (Risalah fi Ta’akkud Al-Akhdzi bi Al-Madzahib
Al-Arba’ah, h.29)
المقالة
الثالثة: أما أهل السنة فهم أهل التفسير والحديث والفقه، فإنهم المهتدون المتمسكون
بسنة النبي صلى الله عليه وسلم والخلفاء بعده الراشدين، وهم الطائفة الناجية،
قالوا وقد اجتمعت اليوم في مذاهب أربعة الحنفيون والشافعيون والمالكيون
والحنبليون، ومن كان خارجا عن هذه الأربعة في هذا الزمان فهو من المبتدعة. اهـ اهـ
(الشيخ محمد هاشم أشعري، زيادة تعليقات، ص 24-25).
Maqaalah Ketiga
Adapun Ahlusunnah mereka adalah para Ahli Tafsir,
Hadits dan Fiqih. Sungguh merekalah yang mendapat petunjuk dan berpegang teguh
dengan sunnah Nabi Muhammad sallallahu alayhi wasallam dan para khalifah yang
rasyid setelah beliau.
Mereka adalah ‘kelompok yang selamat’ (thaifah
najiyah).
Para ulama berkata, pada saat ini kelompok yang
selamat itu terhimpun dalam mazhab yang empat; Hanafi, Maliki, Syafi’I dan
Hanbali. Maka siapa saja yang keluar atau di luar empat mazhab itu adalah ahlul
bid’ah di masa ini. (Ziyadat Ta’liqat, h. 24-25)
المقالة الرابعة
وَاصْدَعْ بِمَاتُؤْمَرُ لِتَنْقَمِعَ الْبِدَعُ عَنْ اَهْلِ
اْلمَدَرِوَالْحَجَرِ. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم “اِذَاظَهَرَتِ الْفِتَنُ
اَوِالْبِدَعُ وسُبَّ اَصْحَابِيْ فَلْيُظْهِرِالْعَالِمُ عِلْمَهُ فَمَنْ لَمْ
يَفْعَلْ ذَلِكَ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ
اَجْمَعِيْنَ
Sampaikan secara terang-terangan apa yang
diperintahkan Allah kepadamu, agar bid’ah-bid’ah terberantas dari semua orang.
Rasulullah sallallahu alayhi wasallam bersabda:
“Apabila fitnah-fitnah dan bid’ah-bid’ah muncul dan sahabat-sahabatku di
caci maki, maka hendaklah orang-orang alim menampilkan ilmunya. Barang siapa
tidak berbuat begitu, maka dia akan terkena laknat Allah, laknat Malaikat dan
semua orang” (Muqadimah Qanun Asasi Nahdlatul ulama).
وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ
وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ
وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama
(masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allah ridla kepada mereka dan mereka pun ridla
kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah
kemenangan yang besar” [QS. At-Taubah : 100].
لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ
وَالأنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا
كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ إِنَّهُ بِهِمْ
رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi,
orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar, yang mengikuti Nabi dalam masa
kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah
menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang kepada mereka”
[QS. At-Taubah : 117].
Comments
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
Ustadz, mohon maaf, tidak nyambung. Pertanyaan saya: gimana kalau ada orang yang lupa berwudhu sebelum shalat ashar dan baru ingat keesokan harinya? Apakah ia wajib meng-qodho shalat seluruh shalatnya setelah ashar (ashar,maghrib,isya,subuh) atau cukup shalat ahsar saja. Syukron
Subhanallaah ...
Allaahu Akbar ...
Semoga bisana orang-orang yang mendustakan ...
"Meskipun sesat dan berbahaya atas dasar nash-nash yang shahih dan sharih (jelas) dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ternyata ada yang lebih sesat dan bahaya dibandingkan mereka. Ya, mereka adalah Syi’ah Raafidlah dimana di negeri ini mereka sedang menyusun gerakan senyap dengan membonceng kendaraan organisasi besar Nahdlatul-‘Ulamaa’ (NU) yang kebetulan Ketua Umumnya saat ini, Sa’id Aqil Siradj, punya ideologi bunglon taqiyyah yang membela habis-habisan kelompok itu. Sungguh, ini musibah besar yang sedang diderita oleh NU dan warga NU."
Posting Komentar