Ini merupakan salah satu
prinsip penting yang mesti diketahui dalam pemberian ‘udzur terhadap
kesalahan. Penyamaan antara muslim dan kafir merupakan satu bentuk kedhaliman
sehingga seorang muslim dapat dihukumi dengan sesuatu yang sebenarnya hanya
layak dikenakan kepada orang kafir.
Dalil yang menunjukkan adanya
tuntutan pembedaan antara muslim dengan kafir adalah firman Allah ta’ala:
أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ
“Maka apakah patut Kami
menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang
kafir)?” [QS. Al-Qalam : 35].
Dhahir ayat menunjukkan
peniadaan kesamaan antara muslim dengan kafir.
Ibnu Hazm rahimahullah mengomentari:
فَوَجَبَ يَقِينًا أَنَّ الْمُسْلِمَ
لَيْسَ كَالْكَافِرِ فِي شَيْءٍ أَصْلا، وَلا يُسَاوِيهِ فِي شَيْءٍ،
“Wajib berkeyakinan bahwa
muslim tidak seperti kafir dalam segala hal, tidak boleh menyamakannya.…..” [Al-Muhallaa,
10/227].
Seorang muslim yang melakukan
kemaksiatan tetap lebih baik daripada orang kafir dengan kekufurannya. Ibnu
Taimiyyah rahimahullah berkata:
ما تركه المسلم من واجب، أو فعله من محرم
بتأويل اجتهاد أو تقليد، واضح عندي، وحاله فيه أحسن من حال الكافر المتأول
“Apapun
kewajiban yang ditinggalkan seorang muslim atau keharaman yang dilakukannya karena
ta’wil, ijtihaad, atau taqliid adalah jelas di sisiku. Namun demikian, keadaannya
tetap lebih baik daripada keadaan orang kafir yang melakukan ta’wil” [Majmuu’
Al-Fataawaa, 22/14].
Selain itu, seorang muslim asalnya
tidak boleh dihubungkan dengan orang kafir. Para ulama menjelaskan bahwa diantara
kebodohan dan kedhaliman kelompok Khawaarij adalah menjadikan ayat-ayat yang
turun untuk orang kafir/musyrik diterapkan kepada orang Islam (untuk
mengkafirkan mereka). Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Al-Bukhaariy rahimahullah
dari ‘Abdullah bin ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa:
وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَرَاهُمْ شِرَارَ
خَلْقِ اللَّهِ، وَقَالَ إِنَّهُمُ انْطَلَقُوا إِلَى آيَاتٍ نَزَلَتْ فِي
الْكُفَّارِ فَجَعَلُوهَا عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
“Adalah Ibnu ‘Umar memandang
mereka (Khawaarij) sebagai makhluk Allah yang paling jelek. Ia berkata : ‘Sesungguhnya
mereka menggunakan ayat-ayat yang turun kepada orang kafir lalu menerapkannya
kepada orang-orang mukmin” [Shahiih Al-Bukhaariy, 4/280].
Oleh karena itu, (minimal) ada
tiga perkara yang menunjukkan ketidakbolehan menghubungkan orang muslim dengan
orang kafir tersebut, yaitu:
1.
Terdapat larangan mengkafirkan orang muslim. Pengkafiran
itu akan kembali kepada orang yang mengatakannya jika objek yang dikafirkan
tidak seperti yang dikatakannya (kafir).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَيُّمَا امْرِئٍ قَالَ
لِأَخِيهِ: يَا كَافِرُ، فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا، إِنْ كَانَ كَمَا قَالَ،
وَإِلَّا رَجَعَتْ عَلَيْهِ
“Barangsiapa
yang berkata kepada saudaranya : ‘Wahai kafir !’, maka sesungguhnya kalimat itu
kembali kepada salah satu dari keduanya. Seandainya saudaranya itu seperti yang
dikatakannya, (maka kekafiran itu ada padanya), namun jika tidak demikian, maka
perkataan itu kembali pada pengucapnya” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 60].
Sebaliknya, wajib mengkafirkan orang kafir. Orang yang
tidak mengkafirkan orang kafir, maka kafir hukumnya.
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ مِنَ اللَّهِ
شَيْئًا إِنْ أَرَادَ أَنْ يُهْلِكَ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ وَمَنْ
فِي الأرْضِ جَمِيعًا وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا
يخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Sesungguhnya telah kafirlah
orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putra
Maryam". Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat
menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putra
Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi
semuanya?" Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di
antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu”
[QS. Al-Maaidah : 117].
2.
Seorang muslim yang
mempunyai ‘udzur akan dimaafkan/diampuni, sebagaimana hadits:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ علَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَتُرِيدُونَ أَنْ تَقُولُوا كَمَا قَالَ أَهْلُ
الْكِتَابَيْنِ مِنْ قَبْلِكُمْ: سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا، بَلْ قُولُوا: سَمِعْنَا
وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا، وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ، قَالُوا: سَمِعْنَا
وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا، وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ، فَلَمَّا اقْتَرَأَهَا
الْقَوْمُ ذَلَّتْ بِهَا أَلْسِنَتُهُمْ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ فِي إِثْرِهَا آمَنَ
الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ
بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ
رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ
الْمَصِيرُ، فَلَمَّا فَعَلُوا ذَلِكَ، نَسَخَهَا اللَّهُ تَعَالَى، فَأَنْزَلَ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ " لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا لَهَا
مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا
أَوْ أَخْطَأْنَا، قَالَ: نَعَمْ،
Telah
bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Apakah kalian
ingin mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh Ahli Kitab (Yahudi dan
Nashrani) : ‘Kami mendengar dan kami mendurhakainya?’. Tetapi ucapkan : ‘Kami
dengar dan kami taat, ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali’. Mereka berkata : ‘Kami dengar dan kami taat, ampunilah kami ya Tuhan
kami dan kepada Engkaulah tempat kembali’. Ketika kaum tersebut membacanya,
maka lisan-lisan mereka tunduk dengannya, lalu Allah menurunkan sesudahnya:
'Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang
lain) dari rasul rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan
kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali’ (QS. Al-Baqarah : 285). Ketika mereka melakukan hal
tersebut, maka Allah menghapusnya, lalu menurunkan: 'Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari
kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum
kami jika kami lupa atau kami tersalah (QS. Al-Baqarah : 286)’. Allah
menjawab : ‘Ya’…..” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 125].
Adapun orang kafir yang mempunyai ‘udzur
akan diuji pada hari kiamat sebagaimana shahih dalam hadits Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam tentang ahlul-fatrah:
أَرْبَعَةٌ يَحْتَجُّونَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ: رَجُلٌ أَصَمُّ، وَرَجُلٌ أَحْمَقُ، وَرَجُلٌ هَرِمٌ، وَرَجُلٌ مَاتَ
فِي الْفَتْرَةِ، فَأَمَّا الأَصَمُّ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، لَقَدْ جَاءَ الإِسْلامُ،
وَمَا أَسْمَعُ شَيْئًا، وَأَمَّا الأَحْمَقُ، فَيَقُولُ: رَبِّ، قَدْ جَاءَ الإِسْلامُ
وَالصِّبْيَانُ يَحْذِفُونَنِي بِالْبَعَرِ، وَأَمَّا الْهَرِمُ، فَيَقُولُ: رَبِّ،
لَقَدْ جَاءَ الإِسْلامُ وَمَا أَعْقِلُ، وَأَمَّا الَّذِي مَاتَ فِي الْفَتْرَةِ،
فَيَقُولُ: رَبِّ، مَا أَتَانِي لَكَ رَسُولٌ، فَيَأْخُذُ مَوَاثِيقَهُمْ لَيُطِيعُنَّهُ،
فَيُرْسِلُ إِلَيْهِمْ رَسُولا أَنِ ادْخُلُوا النَّارَ، قَالَ: فَوَالَّذِي نَفْسِي
بِيَدِهِ لَوْ دَخَلُوهَا كَانَتْ عَلَيْهِمْ بَرْدًا وَسَلامًا
“Ada
empat orang yang akan berhujjah (beralasan) kelak di hari kiamat : (1) orang
tuli, (2) orang idiot, (3) orang pikun, dan (4) orang yang mati dalam masa
fatrah. Orang yang tuli akan berkata : ‘Wahai Rabb, sungguh Islam telah
datang, namun aku tidak mendengarnya sama sekali'. Orang yang idiot akan
berkata : ‘Wahai Rabb, sungguh Islam telah datang, namun anak-anak melempariku
dengan kotoran hewan'. Orang yang pikun akan berkata : ‘Wahai Rabb, sungguh
Islam telah datang, namun aku tidak dapat memahaminya'. Adapun orang yang
mati dalam masa fatrah akan berkata : ‘Wahai Rabb, tidak ada satu pun
utusan-Mu yang datang kepadaku’. Maka diambillah perjanjian mereka untuk
mentaati-Nya. Diutuslah kepada mereka seorang Rasul yang memerintahkan mereka
agar masuk ke dalam api/neraka”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam kembali
bersabda : “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya. Seandainya mereka masuk ke
dalamnya, niscaya mereka akan merasakan dingin dan selamat” [Diriwayatkan
Ahmad dalam Musnad-nya (4/24), Ibnu Hibbaan dalam Shahih-nya (16/356 no.
7357), Al-Bazzaar sebagaimana dalam Kasyful-Astaar (3/33 no. 2174),
Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kabiir (1/287 no. 841), dan yang lainnya;
shahih].
3.
Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam dakam banyak hadits sering memberi ‘udzur kepada
kaum muslimin (para shahabat) jika mereka jatuh dalam kekeliruan, seperti misal
kasus Haathib bin Abi Balta’ah radliyallaahu ‘anhu. Ketika ia tertangkap karena membocorkan penyerbuan
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam ke Makkah, ia berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ لَا تَعْجَلْ
عَلَيَّ إِنِّي كُنْتُ امْرَأً مُلْصَقًا فِي قُرَيْشٍ وَلَمْ أَكُنْ مِنْ أَنْفُسِهَا
وَكَانَ مَنْ مَعَكَ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ لَهُمْ قَرَابَاتٌ بِمَكَّةَ يَحْمُونَ بِهَا
أَهْلِيهِمْ وَأَمْوَالَهُمْ، فَأَحْبَبْتُ إِذْ فَاتَنِي ذَلِكَ مِنَ النَّسَبِ فِيهِمْ
أَنْ أَتَّخِذَ عِنْدَهُمْ يَدًا يَحْمُونَ بِهَا قَرَابَتِي وَمَا فَعَلْتُ كُفْرًا،
وَلَا ارْتِدَادًا، وَلَا رِضًا بِالْكُفْرِ بَعْدَ الْإِسْلَامِ، فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَقَدْ صَدَقَكُمْ، قَالَ عُمَرُ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ دَعْنِي أَضْرِبْ عُنُقَ هَذَا الْمُنَافِقِ، قَالَ: إِنَّهُ قَدْ شَهِدَ بَدْرًا
وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يَكُونَ قَدِ اطَّلَعَ عَلَى أَهْلِ بَدْرٍ،
فَقَالَ: اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكُمْ
“Wahai Rasulullah, janganlah engkau terburu-buru
kepadaku. Sesungguhnya aku adalah seorang anak angkat di tengah suku Quraisy,
dan aku bukanlah termasuk dari kalangan mereka. Adapun kaum Muhaajirin yang
bersama engkau, mereka mempunyai kerabat di Makkah yang akan melindungi
keluarga dan harta mereka. Dikarenakan aku tidak punya hubungan nasab dengan
mereka, aku ingin menolong mereka agar mereka pun menjaga kerabatku. Aku
melakukan ini bukan karena kekafiran, murtad, ataupun ridlaa dengan kekufuran
setelah Islam”. Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Sungguh, dia telah jujur kepada kalian”. ‘Umar berkata :
“Wahai Rasulullah, biarkanlah aku tebas leher orang munafik ini”. Beliau
bersabda : “Sesungguhnya ia (Haathib) adalah orang yang turut serta dalam
perang Badr. Tahukah engkau bahwa barangkali Allah telah melihat ahlul-Badr dan
berfirman : ‘Berbuatlah sekehendak kalian, karena Aku telah mengampuni kalian”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3007].
Padahal, perbuatan yang dilakukan Haathib radliyallaahu
‘anhu termasuk klasifikasi dosa besar.
Sebaliknya, beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam
tidak pernah memberikan ‘udzur kepada orang Yahudi dan Nashrani atas kekeliruan/pelanggaran
yang mereka lakukan.
Ibnu Hazm rahimahullah pernah berkata:
وأما
من كان من غير أهل الإسلام من نصراني أو يهودي أو مجوسي، أو سائر الملل، أو
الباطنية القائلين بإلهية إنسان من الناس، أو نبوة أحد من الناس، بعد رسول الله
صلى الله عليه وسلم، فلا يعذرون بتأويل أصلا، بل هم كفار مشركون على كل حال
“Adapun orang non-Islaam
dari kalangan Nasharani, Yahudi, Majusi, atau seluruh paham agama (selain
Islam), atau kalangan baathiniyyah yang mengklaim sifat ketuhanan pada diri seseorang atau yang mengklaim kenabian pada diri seseorang sepeninggal
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam; maka tidak diberikan ‘udzur
dengan sebab ta’wiil secara asal. Bahkan mereka itu kafir lagi musyrik dalam segala
keadaannya” [Ad-Durrah, hal. 441].
Wallaahu a’lam.
Semoga yang singkat ini ada
manfaatnya.
[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas
permai – 17122014 – 01:15].
Comments
mohon maaf kalo tidak nyambung, saya mau bertanya ustadz
1. Kitab hadits apa yang paling shahih setelah Imam Bukhari dan Muslim?
2. Apakah Kitab Hadits Shahih Ibnu Khuzaimah dan Shahih Ibnu Hibban terdapat hadit yang dha'if?
3. Kitab Sunan Abu Daud terdapat hadits dha'if, tetapi apakah Kitab Hadits Shahih Sunan Abu Daud yg ditulis oleh Syaikh Al Albani juga terdapat Hadit dha'ifnya?
Terimakasih Ustadz.
Kepada ustadz Abu Jauza.. antum bisa lihat bukan perkatan antum sendiri..
"Padahal, perbuatan yang dilakukan Haathib radliyallaahu ‘anhu termasuk klasifikasi dosa besar."
berarti disini antum tidak mengerti apa yang dimaksud dengan Tidak ada udzur dalam hal Kebodohan yang dimaksud para ulama.. seperti Syaikh Shalih fauzan, Syaikh Abdurrazzaq, dan lainnya..
coba dengarkan lagi deh apa yang mereka maksud Tidak ada udzur kebodohan..
Syaikh Abdurrazzaq.. https://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=xa1OfEnk4CU
Syaikh Shalih Fauzan..
https://www.youtube.com/watch?v=gY40jAOIv_8
dan dikaji lagi apa yang dimaksud oleh mereka disini..
http://www.tauhidfirst.net
Abu Safinah
Anggaplah saya memang tidak paham...... Anyway, saya tidak lagi membicarakan apa yang antum linkkan itu (udzur jahl dalam masalah syirik), karena itu akan dibahas di bagian yang lain. Ini membicarakan pemahaman dasarnya tentang masalah udzur. Apa yang saya tuliskan di atas juga sudah ditulis oleh para muhaqqiq.
Untuk udzur bil-jahl, silakan baca beberapa artikel berikut (dan insya Allah akan berlanjut):
1. 'Udzur Atas Kejahilan dalam Permasalahan 'Aqiidah
2. 'Udzur Kejahilan dan Iqaamatul-Hujjah Bagi Pelaku Istihzaa' dan Syirik Akbar.
3. Madzhab Kibaar Ulama dalam 'Udzur Kejahilan pada Masalah Kufur dan Syirik.
4. Ibnu Taimiyyah dan 'Udzur Kejahilan.
5. Adz-Dzahabiy dan 'Udzur Kejahilan.
6. Faedah Hadits Abu Waaqid Al-Laitsiy : 'Udzur karena Baru Masuk Islam.
Untuk Anonim 17 Desember 2014 13.49,.....
1. Saya belum tahu.
2. Ada.
3. Kitab Shahih Sunan Abi Daawud adalah merupakan hasil penilaian tashhih (penshahihan) yang dilakukan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy rahimahullah. Jadi, semua hadits di situ semuanya shahih/hasan menurut ijtihad beliau. Dikarenakan masalah penshahihan dan pendla'ifan merupakan masalah ijtihaad, maka bagi ulama lain, ada beberapa hadits dalam kitab Shahih Sunan Abi Daawud yang tidak shahih.
wallaahu a'lam.
السلام عليكم
Maaf ust mau bertanya yg sdikit di luar materi, hukum orang kafir di indonesia ini bagaimana ust? Apakah mereka trmasuk kafir harbi yg boleh di perangi? Krn mereka jga bukan kafir zimmi, muahid dll karena belum ada pemerintahan islam di indonesia. Tolong jawabanx ust, jazakallohu khoir...
memang perlu ada perbedaan muslim dan bukan muslim
Posting Komentar