Tanya : Apakah hukum makan dagng tikus ? Halal ataukah haram ?
Sebab, saya pernah mendengar sebuah penjelasan bahwa ia halal dimakan karena
tidak ada dalil yang mengharamkannya.
Jawab :
Tikus banyak disifati dengan
kejelekan dalam banyak nash. Bahkan, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memasukkan
tikus dalam klasifikasi binatang fasiq sebagaimana sabda beliau shallallaahu
‘alaihi wa sallam:
خَمِّرُوا الْآنِيَةَ، وَأَجِيفُوا
الْأَبْوَابَ، وَأَطْفِئُوا الْمَصَابِيحَ، فَإِنَّ الْفُوَيْسِقَةَ رُبَّمَا جَرَّتِ
الْفَتِيلَةَ، فَأَحْرَقَتْ أَهْلَ الْبَيْتِ
“Tutuplah
bejana-bejana dan pintu-pintu kalian, serta matikanlah lampu-lampu kalian,
karena tikus (al-fuwaisiqah) kadangkala akan menarik sumbu lampu sehingga
mengakibatkan kebakaran yang menimpa para penghuni rumah” [Diriwayatkan
oleh Al-Bukhaariy no. 3316 & 6295, Muslim no. 2012, At-Tirmidziy no. 1812,
dan yang lainnya].
خَمْسٌ فَوَاسِقُ يُقْتَلْنَ
فِي الْحِلِّ وَالْحَرَمِ: الْحَيَّةُ وَالْغُرَابُ الْأَبْقَعُ وَالْفَأْرَةُ وَالْكَلْبُ
الْعَقُورُ وَالْحُدَيَّا
“Ada
lima jenis binatang fasik yang boleh diboleh dibunuh di luar tanah haram maupun
di tanah haram, yaitu : ular, burung gagak, tikus, anjing yang suka menggigit,
dan burung elang” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1829 & 3314,
Muslim no. 1198, At-Tirmidziy no. 837, An-Nasaa’iy no. 2829, dan yang lainnya].
Dalam satu riwayat,
tikus merupakan binatang yang diubah sebagaimana riwayat:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
" فُقِدَتْ أُمَّةٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا يُدْرَى مَا فَعَلَتْ
وَإِنِّي لَا أُرَاهَا إِلَّا الْفَارَ إِذَا وُضِعَ لَهَا أَلْبَانُ الْإِبِلِ
لَمْ تَشْرَبْ، وَإِذَا وُضِعَ لَهَا أَلْبَانُ الشَّاءِ شَرِبَتْ فَحَدَّثْتُ
كَعْبًا، فَقَالَ: أَنْتَ سَمِعْتَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُهُ؟، قُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ: لِي مِرَارًا، فَقُلْتُ: أَفَأَقْرَأُ
التَّوْرَاةَ "
Dari
Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam, beliau berkata : “Satu umat dari Bani Israaiil telah hilang dan
tidak diketahui apa yang telah dilakukan oleh mereka. Sesungguhnya aku tidak
melihatnya kecuali mereka telah dijelmakan dalam bentuk tikus, yang apabila
mereka disuguhi susu unta, mereka tidak meminumnya, dan bila diberi susu
kambing, mereka meminumnya”. Kemudian aku ceritakan hal ini kepada Ka'ab, maka
ia berkata : “Apakah engkau mendengar Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam
bersabda seperti itu?”. Aku jawab : “Ya”. Ia bertanya kepadaku berkali-kali
hingga akhirnya aku katakan kepadanya : “Apakah perlu aku bacakan kitab Taurat
?” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3305].
Tentang hukum makan dagingnya,
berikut sebagian perkataan ulama madzhab:
Ad-Dasuuqiy Al-Maalikiy rahimahullah
berkata:
وَاَلَّذِي فِي كِتَابِ الطَّهَارَةِ
مِنْ التَّوْضِيحِ أَنَّ فِي الْفَأْرِ وَالْوَطْوَاطِ ثَلَاثَةَ أَقْوَالٍ ،
وَأَنَّ الْقَوْلَ بِالتَّحْرِيمِ هُوَ الْمَشْهُورُ وَنَقَلَهُ ، وَذُكِرَ عَنْ
ابْنِ رُشْدٍ أَيْضًا أَنَّهُ اسْتَظْهَرَ التَّحْرِيمَ
“Yang terdapat dalam kitab Ath-Thaharah
minat-Taudliih, tentang tikus dan wathwaath[1] (sejenis kelelawar) ada tiga
pendapat[2]. Pendapat yang menyatakan
keharaman adalah masyhur dan Penulis menukilnya. Dan disebutkan
juga
dari Ibnu Rusyd bahwasannya ia berhati-hati
dalam pengharaman” [Haasyiyyah Ad-Dasuuqiy, 6/333].
Ibnu Qudaamah Al-Hanbaliy rahimahullah
berkata:
وَلَنَا ، قَوْله تَعَالَى {
: وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمْ الْخَبَائِثَ } وَقَوْلُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : { خَمْسٌ فَوَاسِقُ ، يُقْتَلْنَ فِي الْحِلِّ وَالْحَرَمِ ؛
الْعَقْرَبُ ، وَالْفَأْرَةُ ، وَالْغُرَابُ ، وَالْحِدَأَةُ ، وَالْكَلْبُ
الْعَقُورُ } .
وَفِي حَدِيثٍ : "
الْحَيَّةُ " مَكَانَ : " الْفَأْرَةِ " .
وَلَوْ كَانَتْ مِنْ
الصَّيْدِ الْمُبَاحِ ، لَمْ يُبَحْ قَتْلُهَا ، وَلِأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ
: { لَا تَقْتُلُوا الصَّيْدَ وَأَنْتُمْ حُرُمٌ } .
وَقَالَ : { وَحَرَّمَ
عَلَيْكُمْ صَيْدَ الْبَرِّ مَا دُمْتُمْ حُرُمًا } .
وَلِأَنَّهَا مُسْتَخْبَثَةٌ
، فَحُرِّمَتْ ، كَالْوَزَغِ أَوْ مَأْمُورٌ بِقَتْلِهَا ......
“Dan bagi kami, dalilnya adalah
firman Allah ta’ala : ‘dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk’
(QS. Al-A’raaf : 157), dan sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Ada
lima binatang fasiq yang boleh dibunuh di tanah halal dan tanah haram, yaitu kalajengking,
tikus, burung gagak, rajawali, dan anjing yang suka menggigit’. Dalam
hadits yang lain disebutkan ‘ular’ sebagai pengganti ‘tikus’. Seandainya hewan
tersebut termasuk hewan buruan yang diperbolehkan (untuk memakannya), tentu
tidak akan diperbolehkan untuk membunuhnya karena Allah ta’ala berfirman
: ‘Janganlah engkau membunuh hewan buruan ketika engkau dalam keadaan ihram’
(QS. Al-Maaidah : 95). ‘Dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan
darat, selama kamu dalam ihram’ (QS. Al-Maaidah : 96). Dikarenakan hewan
tersebut merupakan hewan yang khabiits, maka diharamkan seperti halnya wazagh
(sejenis tokek) atau binatang yang yang diperintahkan untuk membunuhnya…..”
[Al-Mughniy, 11/65].
Sebagaimana disinggung oleh
Ibnu Qudaamah rahimahullah di atas, para ulama telah
menjelaskan satu kaedah bahwa binantang yang disyari’atkan untuk membunuhnya
haram untuk
dimakan.
Al-Baihaqiy
rahimahullah berkata :
قال أصحابنا : فالذي أمر بقتله
في الحل والحرم يحرم أكله ، والذي نهى عن قتله يحرم أكله.........
“Telah
berkata shahabat-shahabat kami (ulama
Syaafi’iyyah) : Hewan yang diperintahkan untuk dibunuh di tanah haram
ataupun halal, maka diharamkan untuk memakannya. Begitu puga hewan yang
dilarang untuk membunuhnya, terlarang pula untuk memakannya…..” [Ash-Shughraa,
8/294].
An-Nawawiy
rahimahullah berkata :
ما أمر بقتله من الحيوانات فأكله
حرام
“Semua
hewan yang diperintahkan untuk membunuhnya, haram dimakan” [Al-Majmuu’,
9/22].
Pendalilan keharaman daging
tikus dari sisi ini sangat kuat. Selain itu, beberapa ulama memasukkan tikus
dalam jenis hewan
yang khabiits (kotor).
‘Alaauddiin
As-Samarqandiy Al-Hanafiy rahimahullah berkata:
أما ما ليس له دم سائل - فكله حرام إلا
الجراد، مثل الذباب، والزنبور وسائر هوام الارض وما يدب عليها وما يكون تحت الارض من
الفأرة واليربوع والحيات والعقارب، لانها من جملة الخبائث
“Adapun
hewan yang tidak memiliki darah yang mengalir, semuanya diharamkan - kecuali
belalang - seperti misal lalat, kumbang, seluruh hewan berbisa di bumi, hewan
melata, dan hewan yang ada di atas permukaan bumi dari jenis tikus, yarbuu’[3],
ular, dan kalajengking; karena termasuk khabiits” [Tuhfatul-Fuqahaa’,
3/64].
Allah
ta’ala berfirman:
وَيُحِلُّ لَهُمُ
الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ
“Dan Allah menghalalkan bagi
mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk (khabiits)”
[QS. Al-A’raaf : 157].
Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
وقال بعض العلماء: كل ما أحل
الله تعالى، فهو طيب نافع في البدن والدين، وكل ما حرمه، فهو خبيث ضار في البدن
والدين
“Sebagian
ulama berkata : segala sesuatu yang dihalalkan Allah ta’ala, maka itu
baik bagi badan dan agama; sedangkan segala sesuatu yang diharamkan-Nya, maka
itu buruk dan membahayakan badan dan agama” [Tafsiir Ibni Katsiir,
3/488].
Kesimpulan : Tikus haram
hukumnya untuk dimakan. Inilah pendapat jumhur ulama’.
Wallaahu a’lam.
[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas
permai – 01011436 – 13:25].
أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنِ ابْنِ طَاوُسٍ، عَنْ أَبِيهِ،
سُئِلَ عَنْ أَكْلِ الْيَرْبُوعِ فَلَمْ يَرَ بِهِ بَأْسًا
Telah mengkhabarkan kepada kami Ma’mar, dari Ibnu
Thaawus, dari ayahnya (Thaawus bin Kaisaan) : Bahwa ia pernah ditanya tentang
hukum memakan jerboa, lalu ia tidak mempermasalahkannya” [Diriwayatkan oleh
‘Abdurrazzaaq no. 6891; sanadnya shahih].
حَدَّثَنَا ابْنُ مُبَارَكٍ، عَنْ مَعْمَرٍ، عَنْ هِشَامٍ،
عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: " لَا بَأْسَ بِأَكْلِ الْيَرْبُوعِ
Telah menceritakan kepada kami Ibnul-Mubaarak, dari
Ma’mar, dari Hisyaam, dari ayahnya (‘Urwah), ia berkata : “Tidak mengapa
memakan jerboa” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah no. 20126; sanadnya
shahih].
حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الحُبَابٍ، عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي
الْفُرَاتِ، عَنْ إبْرَاهِيمَ الصَّائِغِ، عَنْ عَطَاءٍ، أَنَّهُ قَالَ فِي الذِّئْبِ:
" لَا يُؤْكَلُ وَالْيَرْبُوعُ يُؤْكَلُ
Telah menceritakan kepada kami Zaid bin Hubaab, dari
Daawud bin Abi Furaat, dari Ibraahiim Ash-Shaaigh, dari ‘Athaa’ (bin Abi
Rabaah) : Bahwasannya ia pernah berkata tentang serigala : “Tidak boleh dimakan,
dan jerboa boleh dimakan” [idem no. 20129; sanadnya hasan].
Comments
Posting Komentar