Pernah
ditanyakan kepada Asy-Syaikh Shaalih Aalusy-Syaikh hafidhahullah :
“Apa
pendapat Anda dengan ucapan seseorang kepada yang lainnya : ‘(Saya sampaikan)
terima kasihku yang murni kepadamu’ ?”.
Beliau
hafidhahullah menjawab :
“Kami
telah mengingatkan berkali-kali bahwasannya syukur adalah ibadah. Syukur adalah
ibadah yang ditujukan kepada Allah ‘azza wa jalla. Allah telah
memerintahkan untuk bersyukur sebagaimana firman-Nya :
أَنِ
اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ
‘Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu’ [QS. Luqmaan : 14]
وَاشْكُرُوا
لِي وَلا تَكْفُرُون
‘Dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku’
[QS. Al-Baqarah : 152].
Dan
ketika Allah ‘azza wa jalla memerintahkannya, maka hal itu merupakan
satu ibadah yang agung dari macam-macam ibadah yang akan mendekatkan diri
kepada Allah ‘azza wa jalla dengannya. Ibadah-ibadah termasuk bagian
dari agama. Dan agama yang murni (ad-diinul-khaalish) diperuntukkan bagi
Allah ‘azza wa jalla semata, sebagaimana firman-Nya :
أَلا
لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ
‘Ingatlah,
hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)’ [QS. Az-Zumar :
3].
Maka,
tidak diperbolehkan untuk diucapkan kepada orang lain : ‘(Saya sampaikan)
terima kasihku yang murni kepadamu’, karena kemurnian syukur itu
hanyalah untuk Allah ‘azza wa jalla. Atau ucapan : ‘(saya sampaikan)
penghomatanku yang murni bagimu’, ‘bersamaan dengan murninya
penghormatanku’, atau murninya pemuliaanku (kepadamu). Semua
perkataan ini hanyalah diperuntukkan bagi Allah ‘azza wa jalla.
Kemurnian penghormatan, pemuliaan, pengagungan, pengharapan – dan seperti yang
dikatakan : ‘murninya pengharapanku padamu’ - dan yang semisalnya, maka
ini semua termasuk ibadah, dan kemurniaannya hanyalah diperuntukkan bagi Allah ‘azza
wa jalla.
Tidak
boleh seseorang mengatakan seperti yang tersebar di banyak tulisan dan surat :
‘terimalah kemurnian terima kasihku dan pemuliaanku (kepadamu)’…..
karena ini hanyalah diperuntukkan bagi Allah ‘azza wa jalla semata.
Syukur
yang murni hanyalah bagi Allah ‘azza wa jalla. Dan yang diucapkan kepada
manusia (yang diperbolehkan) adalah : ‘(saya sampaikan) terima kasihku yang
besar kepadamu’. Atau : ‘dengan besarnya terima kasihku kepadamu’, ‘dengan
banyaknya terima kasihku kepadamu’, dan yang semisalnya. Benar, manusia itu
diucapkan terima kasih atas segala kebaikan yang ia lakukan. Hal itu
dikarenakan oleh sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
لا
يشكر الله من لا يشكر الناس
‘Tidak
dianggap bersyukur kepada Allah orang yang tidak bersyukur kepada manusia’.
Maka,
orang yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, maka ia tidak dianggap
bersyukur kepada Allah” [selesai].
Comments
Bagaimana dengan syukron
Posting Komentar