Takhrij Ringkas Hadits : ‘Manusia yang Paling Dicintai oleh Allah adalah Yang Paling Bermanfaat Bagi Manusia Lainnya....’


Ath-Thabaraaniy rahimahullah berkata:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ الشَّافِعِيُّ الْحِمْصِيُّ، ثنا الْقَاسِمُ بْنُ هَاشِمٍ السِّمْسَارُ، ثنا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ قَيْسٍ الضَّبِّيُّ، ثنا سُكَيْنُ بْنُ أَبِي سِرَاجٍ، ثنا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَجُلا جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ وَأَيُّ الأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دِينًا، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا، وَلَأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخٍ لِي فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ، يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ، شَهْرًا، وَمَنْ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ، وَلَوْ شَاءَ أَنْ يُمْضِيَهُ أَمْضَاهُ، مَلأَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ قَلْبَهُ أَمْنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ مَشَى مَعَ أَخِيهِ فِي حَاجَةٍ حَتَّى أَثْبَتَهَا لَهُ، أَثْبَتَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ قَدَمَهُ عَلَى الصِّرَاطِ يَوْمَ تَزِلُّ فِيهِ الأَقْدَامُ ".
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdirrahmaan Asy-Syaafi’iy Al-Himshiy : Telah menceritakan kepada kami Al-Qaasim bin Haasyim As-Simsaar : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahmaan bin Qais Adl-Dlabbiy : Telah menceritakan kepada kami Sukain bin Abi Siraaj : Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Amru bin Diinaar, dari Ibnu ‘Umar : Bahwasannya ada seorang laki-laki yang mendatangi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Ia berkata : “Wahai Rasulullah, manusia apa yang paling dicintai oleh Allah?. Dan amal apa yang paling dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla?”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya, sedangkan amal yang paling dicintai oleh Allah adalah kebahagiaan yang engkau diberikan kepada diri seorang muslim atau engkau menghilangkan kesulitannya atau engkau melunasi hutangnya atau membebaskannya dari kelaparan. Dan sesungguhnya (jika) aku berjalan bersama saudaraku untuk menunaikan satu hajat/keperluan lebih aku sukai daripada aku beri’tikaf di masjid ini, yaitu masjid Madiinah selama sebulan. Dan barangsiapa yang meninggalkan amarahnya, niscaya Allah akan tutup aurat (kesalahan)-nya. Barangsiapa yang menahan amarahnya padahal ia mampu melakukannya, niscaya Allah ‘azza wa jalla akan memenuhi hatinya dengan rasa aman pada hari kiamat. Barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya untuk menunaikan satu keperluan hingga keperluan itu dapat ditunaikan baginya, niscaya Allah ‘azza wa jalla akan mengokohkan kakinya di atas shiraath pada hari dimana banyak kaki yang tergelincir padanya” [Al-Mu’jamul-Kabiir, 12/453 no. 13646, Al-Mu’jamul-Ausath 6/139-140 no. 6026, dan Al-Mu’jamush-Shaghiir (Ar-Raudlud-Daaniy) 2/106 no. 861].
Diriwayatkan juga oleh Asy-Syajriy[1] dalam Al-Amaaliy no. 2298, dan Abusy-Syaikh[2] dalam At-Taubiikh no. 94; semuanya dari ‘Abdurrahmaan bin Qais, dari Sukain bin Abi Siraaj, dari ‘Amru bin Diinaar, dari Ibnu ‘Umar secara marfuu’.
Diriwayatkan juga Ibnu ‘Asaakir[3] dalam At-Taariikh 64/17 dari jalan ‘Abdurrahmaan bin Qais, dari Miskiin bin Abi Suraij, dari ‘Imraan bin Diinaar, dari Ibnu ‘Umar secara marfuu’.
[Penyebutan Miskiin bin Abi Suraij di sini keliru, karena yang benar adalah Sukain bin Abi Siraaj].
Diriwayatkan juga oleh Ibnu Basyraan[4] dalam Al-Amaaliy no. 53 dan Al-Mu’aafaa bin Zakariyyaa[5] dalam Al-Jaliisush-Shaalih no. 154; dari dua jalan (Daawud bin Al-Muhabbar dan Muhammad bin ‘Ar’arah), dari Sukain bin Abi Siraaj, dari ‘Abdullah bin Diinaar, dari Ibnu ‘Umar secara marfuu’.
Diriwayatkan juga oleh Al-Mu’aafaa bin Zakariyyaa[6] dalam Al-Jaliisush-Shaalih no. 43 dari Sukain bin Abi Siraaj, dari ‘Abdullah bin Diinaar, dari Ibnu ‘Abbaas radliyallaahu ‘anhumaa secara marfuu’.
Diriwayatkan juga oleh Al-Mu’aafaa bin Zakariyyaa[7] dalam Al-Jaliisush-Shaalih no. 155 dari jalan Sukain bin Abi Siraaj, dari ‘Abdullah bin Diinaar, dari maimuun bin Mihraan, dari ‘Abdullah bin ‘Abbaas secara marfuu’.
Dibawakan oleh Ibnu Hajar[8] dalam Al-Mathaalibul-‘Aaliyyah (no. 982) dari jalan Miskiin bin Abi Siraaj – dan yang benar adalah Sukain bin Abi Siraaj – Abul-Jauzaa’ - , dari ‘Abdullah bin Diinaar, dari Maimuun bin Mihraan secara mursal.
Dari beberapa jalur riwayat di atas terdapat idlthiraab yang berporos pada Sukain bin Abi Suraij.
Penyakit idlthiraab ini terutama disebabkan oleh diri Sukain.
Sukain bin Abi Siraaj; seorang yang tidak tsiqah (laisa bitsiqah). Al-Azdiy berkata : ‘Munkarul-hadiits’. Ibnu Hibbaan berkata : “Ia meriwayatkan hadits-hadits maudlu’”. Ibnu ‘Adiy berkata : “Tidak ma’ruuf”. Abu Nu’aim berkata : “Meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Diinaar hadits-hadits palsu dan maudluu [Adl-Dlu’afaa’ oleh Abu Nu’aim hal. 90 no. 92 dan Lisaanul-Miizaan, 4/96 no. 3526].
Adapun jalan riwayat yang benar yang dibawakan Sukain adalah : dari ‘Abdullah bin Diinaar, dari Ibnu ‘Umar secara marfuu’ sebagaimana akan dijelaskan selanjutnya.
Adapun ‘Abdullah bin Diinaar (Al-Qurasyiy Al-‘Adawiy, Abu ‘Abdirrahmaan Al-Madaniy maulaa ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al-Khaththaab), maka ia seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-4 dan wafat tahun 127 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 504 no. 3320].
Oleh karena itu, jalan riwayat ini sangat lemah.
Sukain bin Abi Siraaj mempunyai mutaba’ah dari :
1.     Maalik bin Anas.
Ada tiga jalan :
a.      Muusaa bin Muhammad Al-Muwaqqariy.
Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim[9] dalam Al-Hilyah 6/348 : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Muhammad bin Ja’far : Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Rustum : Telah menceritakan kepada kami Al-Haitsam bin Khaalid : Telah menceritakan kepada kami Muusaa bin Muhammad Al-Muwaqariy : Telah menceritakan kepada kami Maalik, dari 'Abdullah bin Diinaar, dari Ibnu 'Umar secara marfuu'.
Sanadnya sangat lemah karena Muusaa bin Muhammad seorang pendusta [Lisaanul-Miizaan, 8/216-218 no. 8030 & 8/220-221 no. 8030].
b.      ‘Abdul-Hamiid bin Bahr.
Diriwayatkan oleh Ibnu Hibbaan[10] dalam Al-Majruuhiin 2/142 dan Ar-Raafi’iy[11] dalam At-Tadwiin 2/308; semuanya dari 'Abdul-Hamiid bin Bahr, dari Maalik bin Anas, 'Abdullah bin Diinaar, dari Ibnu 'Umar secara marfuu'.
Akan tetapi Ad-Daaraquthniy memberikan kritikan dan berkata :
عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ بَحْرٍ إِنَّمَا يَرْوِي حَدِيثَ مَالِكٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنْ زُهَيْرِ بْنِ عَبَّادٍ، عَنْ مَالِكٍ، وَلَمْ يَرْوِهِ عَنْ مَالِكٍ نَفْسِهِ
“’Abdul-Hamiid bin Bahr. Hanyalah yang meriwayatkan hadits Maalik dari ‘Abdullah bin Diinaar aalah dari Zuhair bin ‘Abbaad, dari Maalik. Ia sendiri tidak meriwayatkan dari Maalik” [Ta’liiqaatud-Daaraquthniy ‘alal-Majruuhiin, 1/185] – dan pernyataan Ad-Daaraquthniy ini dikuatkan dalam jalur periwayatan c di bawah.
Sanadnya sangat lemah karena faktor ‘Abdul-Hamiid bin Bahr.
Ibnu Hibbaan dan Ibnu ‘Adiy berkata : “Mencuri hadits”. Ad-Daaraquthniy berkata : “Dla’iif”. Al-Haakim dan Abu Sa’iid An-Naffaasy berkata : “Meriwayatkan dari Maalik bin Mighwal dan Syariik hadits-hadits yang terbalik”. Abu Nuaim berkata : “Meriwayatkan dari Maalik dan Syariik hadits-hadits munkar” [Lisaanul-Miizaan, 5/69-70 no. 4570].
c.      Zuhair bin ‘Abbaad
Diriwayatkan oleh Ibnun-Nahhaas[12] dalam Al-Amaaliy no. 535 : Telah mengkhabarkan kepada kami Abul-Qaasim Ismaa’iil bin Ya’quub bin Ibraahiim Al-Bazzaaz yang terkenal dengan nama Ibnul-Jiraab pada tahun 341 H, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdillah bin Manshuur Al-Faqiih, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin ‘Abbaad Ar-Ruaasiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Maalik bin Anas, dari 'Abdullah bin Diinaar, dari Ibnu 'Umar secara marfuu'.
Sanadnya shahih, semua perawinya tsiqaat :
Ø  Ismaa’iil bin Ya’quub bin Ibraahiim bin Ahmad bin ‘Iisaa bin Al-Jiraab Al-Baghdaadiy, Abul-Qaasim – terkenal dengan nama Ibnul-Jiraab; seorang yang tsiqah. Lahir tahun 262 H dan wafat tahun 345 H [Taariikh Baghdaad 7/303-304 no. 3298 dan Siyaru A’laamin-Nubalaa’ 15/497-498 no. 279].
Ø  Muhammad bin ‘Abdillah bin Manshuur, Abu Ismaa’iil Asy-Syaibaaniy Al-‘Askariy Al-Faqiih – dikenal dengan Al-Bathiikhiy; seorang yang tsiqah. Wafat tahun 283 H [Taariikh Baghdaad 3/441-443 no. 967, Taariikh Dimasyq 54/39-40 no. 6580, dan Mausuu’ah Aqwaal Ad-Daaraquthniy hal. 592 no. 3176].
Ø  Zuhair bin ‘Abbaad Ar-Ruaasiy; seorang yang tsiqah. Wafat tahun 238 H [Al-Jarh wat-Ta’diil 3/591, Ats-Tsiqaat 8/256, dan Lisaanul-Miizaan 3/528 no. 3246].
Sanadnya shahih.
Jadi, mutaba’ah Maalik bin Anas ini shahih melalui jalan riwayat ketiga (Zuhair bin ‘Abbaad).
Maalik bin Anas bin Maalik bin Abi ‘Aamir bin ‘Amru Al-Ashbahiy Al-Humairiy, Abu ‘Abdillah Al-Madaniy Al-Faqiih; imam Daarul-Hijrah, tsiqah, yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Termasuk thabaqah ke-7, lahir tahun 93 H, dan wafat tahun 179 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 913 no. 6465].
2.     Bakr bin Khunais.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dunyaa[13] dalam Qadlaaul-Hawaaij no. 36 dan dalam Ishthinaa’ Al-Ma’ruuf[14] hal. 79 : Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Ja’d, ia berkata : telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yaziid, dari Bakr bin  Khunais, dari ‘Abdullah bin Diinaar, dari ‘sebagian shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam’.
‘Sebagian shahabat nabi’ yang dimaksudkan di sini tidak lain adalah ’Abdullah bin ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa.
Ad-Daaraquthniy[15] dalam Al-Fawaaid no. 32 dan Ibnu ‘Asaakir[16] dalam At-Taariikh 41/292 meriwayatkan dari Bakr bin Khunais dengan menyebutkan ‘Abdullah bin ‘Umar.
Sanadnya lemah karena faktor Bakr bin Khunais.
Bakr bin Khunais Al-Kuufiy Al-‘Aabid; seorang yang lemah (dla’iif), meriwayatkan hadits-hadits munkar. Termasuk thabaqah ke-7, dipakai oleh At-Tirmidziy dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib hal. 175 no. 747 dan Tahriirut-Taqriib 1/180-181 no. 739].
Jadi, sanad jalan riwayat ini lemah.
Ibnu ‘Umar mempunyai syaahid dari Jaabir bin ‘Abdillah radliyallaahu ‘anhum.
Diriwayatkan oleh Al-Qadlaa’iy[17] dalam Musnad Asy-Syihaab no. 129, Ath-Thabaraaniy[18] dalam Al-Ausath no. 5787, Al-Baihaqiy[19] dalam Syu’abul-Iimaan no. 7252, dan Ibnu ‘Asaakir[20] dalam At-Taariikh 8/404; semuanya dari jalan ‘Aliy bin Bahraam : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-Malik bin Abi Kariimah, dari Ibnu Juraij, dari ‘Athaa’, dari Jaabir, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
الْمُؤْمِنُ إِلْفٌ مَأْلُوفٌ، وَلا خَيْرَ فِي مَنْ لا يُأْلَفُ، وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Seorang mukmin itu adalah orang yang bisa menerima dan diterima orang lain, dan tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak bisa diterima orang lain. Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.
Sanadnya lemah karena kemajhulan ‘Aliy bin Bahraam Abu Hujiyyah.
Kesimpulan : Hadits ini shahih.
Dihasankan oleh Al-Albaaniy dalam Silsilah Ash-Shahiihah 2/574-576 no. 906.
Wallaahu a’lam.
[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor – 29021435/31122013 – 21:50].




[1]      Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَحْمَدَ الْوَزَّانُ بْنُ قَفَرْجَلٍ، بِقَطَفْتَا بِقِرَاءَتِي عَلَيْهِ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْمُسْتَمْلِي، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحُسَيْنُ بْنُ دَاوُدَ بْنِ عَلِيِّ بْنِ عِيسَى بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ الْقَاسِمِ بْنِ الْحَسَنِ بْنِ زَيْدِ بْنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ، قَدِمَ عَلينا مِنْ نَيْسَابُورَ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ بَحْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ عَمَّارٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ قَيْسٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا مِسْكِينُ بْنُ أَبِي شُرَاحٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَجُلًا جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ: أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ وَأَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟، فَقَالَ: " أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، يَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ يَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا، أَوْ يَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا، وَلَئِنْ أَمْشِي مَعَ أَخٍ لِي فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ مَسْجِدِ الْمَدِينَةِ شَهْرًا، وَمَنْ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ لَوْ شَاءَ أَنْ يُمْضِيَهُ أَمْضَاهُ، مَلَأَ اللَّهُ قَلْبَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رِضًى، وَمَنْ مَشَى مَعَ أَخِيهِ فِي حَاجَةٍ يَقْضِيهَا لَهُ، ثَبَّتَ اللَّهُ قَدَمَهُ يَوْمَ تَزِلُّ الْأَقْدَامُ "
Penyebutan Miskiin bin Abi Syuraaj di sini keliru, karena yang benar adalah Sukain bin Abi Siraaj.
[2]      Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ، ثَنَا السَّرِيُّ بْنُ مِهْرَانَ، ثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ قَيْسٍ، ثَنَا سُكَيْنُ بْنُ أَبِي سِرَاجٍ، ثَنَا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَجُلا جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ وَأَيُّ الأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا، وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخٍ لِي فِي حَاجَةٍ، أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا، وَمَنْ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ كَتَمَ غَيْظَهُ، وَلَوْ شَاءَ أَنْ يُمْضِيَهُ أَمْضَاهُ، مَلأَ اللَّهُ قَلْبَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رِضًا، وَمَنْ مَشَى مَعَ أَخِيهِ فِي حَاجَةٍ حَتَّى يُثْبِتَهَا، أَثْبَتَ اللَّهُ قَدَمَيْهِ يَوْمَ تَزُولُ الأَقْدَامُ "
[3]      Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ الْفَضْلِ، أَنَا أَبُو عُثْمَانَ الْبَحِيرِيُّ، أَنَا أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ عِمْرَانَ الإِسْفَرَايِينِيُّ الْعَطَّارُ، نا أَبُو عُمَرَ مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ عِمْرَانَ بْنِ أَبِي الْوَرْدِ الْمَقْدِسِيُّ بِإِسْفِرَايِينَ، نا خَيْثَمَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ بْنِ حَيْدَرَةَ، نا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي الْخَنَاجِرِ، نا السَّرِيُّ بْنُ مِهْرَانَ، نا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ قَيْسٍ، نا مِسْكِينُ بْنُ أَبِي سِرَاجٍ، نا عِمْرَانُ بْنُ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَجُلا جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ وَأَيُّ الأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا ".
[4]      Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ أَحْمَدُ بْنُ سَلْمَانَ الْفَقِيهُ النَّجَّادُ، ثنا الْحَسَنُ بْنُ مُكْرَمٍ، ثنا دَاوُدُ بْنُ الْمُحَبَّرِ، ثنا سُكَيْنُ بْنُ أَبِي سِرَاجٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: " سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ، أَوْ كُرْبَةٌ تَكْشِفُهَا عَنْهُ، فِي دَيْنٍ تَقْضِيهِ عَنْهُ، أَوْ جُوعٌ تَطْرُدُهُ عَنْهُ "
[5]      Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْوَاسِطِيُّ أَحْمَدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ عُثْمَانَ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِسْحَاقَ الْفُلُوسِيُّ أَبُو يُوسُفَ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَرْعَرَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُكَيْنُ بْنُ أَبِي سِرَاجٍ أَبُو عَمْرٍو الْكَلْبِيُّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: نَادَى رَجُلٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، " أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ، قَالَ: أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، قَالَ: فَأَيُّ الأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ، قَالَ: سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا، وَلأَنْ أَمْشِيَ لأَخٍ لِي مُسْلِمٍ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ شَهْرًا يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ، وَمَنْ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ، وَلَوْ شَاءَ أَنْ يُمْضِيَهُ لأَمْضَاهُ مَلأَ اللَّهُ قَلْبَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رِضًا، وَمَنْ مَشَى مَعَ أَخٍ لَهُ مُسْلِمٍ فِي حَاجَةٍ حَتَّى يُثْبِتَهَا لَهُ ثَبَّتَ اللَّهُ قَدَمَهُ يَوْمَ تَزِلُّ الأَقْدَامُ، وَسُوءُ الْخُلُقِ يُفْسِدُ الْعَمَلَ كَمَا يُفْسِدُ الْخَلُّ الْعَسَلَ "
[6]      Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْقَاسِمِ بْنِ زَكَرِيَّا بْنِ يَحْيَى الْمَحَارِمِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِسْحَاقَ الرَّاشِدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا دَاهِرُ بْنُ نُوحٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو زَيْدٍ الأَنْصَارِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ سُكَيْنِ بْنِ أَبِي سِرَاجٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دِينَارٍ، عَنْ مَيْمُونِ بْنِ مِهْرَانَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، " أَنَّ رَجُلا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، وَإِنَّ مِنْ أَحَبِّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورًا يَدْخُلُ عَلَى مُسْلِمٍ، أَوْ يَكْشِفُ عَنْ كَرْبِهِ، أَوْ يَسُدُّ عَنْهُ جُوعًا، وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخٍ لِي فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ شَهْرَيْنِ فِي الْمَسْجِدِ، وَمَنْ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ وَلَوْ شَاءَ أَنْ يُمْضِيَهُ لأَمْضَاهُ مَلأَ اللَّهُ قَلْبَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رِضًا، وَمَنْ مَشَى مَعَ أَخٍ لَهُ فِي حَاجَةٍ حَتَّى يُثْبِتَهَا ثَبَّتَ اللَّهُ قَدَمَهُ يَوْمَ تَزُولُ الأَقْدَامُ، وَسُوءُ الْخُلُقِ يُفْسِدُ الْعَمَلَ كَمَا يُفْسِدُ الْخَلُّ الْعَسَلَ "
[7]      Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْقَاسِمِ بْنِ زَكَرِيَّا الْمُحَارِبِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِسْحَاقَ الرَّاشِدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا دَاهِرُ بْنُ نُوحٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو زَيْدٍ الأَنْصَارِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ سُكَيْنِ بْنِ أَبِي سِرَاجٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دِينَارٍ، عَنْ مَيْمُونِ بْنِ مِهْرَانَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ رَجُلا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، " أَيُّ الأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، وَإِنَّ مِنْ أَحَبِّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى، سُرُورًا تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ تَسُدُّ عَنْهُ جُوعًا، وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخٍ لِي فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِليَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ شَهْرَيْنِ فِي الْمَسْجِدِ، وَمَنْ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ، وَلَوْ شَاءَ أَنْ يُمْضِيَهُ لأَمْضَاهُ مَلأَ اللَّهُ قَلْبَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ رِضًا، وَمَنْ مَشَى مَعَ أَخٍ لَهُ فِي حَاجَةٍ حَتَّى يُثْبِتَهَا ثَبَّتَ اللَّهُ قَدَمَهُ يَوْمَ تَزِلُّ الأَقْدَامُ، وَسُوءُ الْخُلُقِ يُفْسِدُ الْعَمَلَ كَمَا يُفْسِدُ الْخَلُّ الْعَسَلَ "
[8]      Riwayatnya adalah :
وَحَدَّثَنَا جُبَارَةُ هُوَ ابْنُ الْمُغَلِّسِ، ثنا عَبْدُ الصَّمَدِ الأَزْرَقُ، أَخْبَرَنِي مِسْكِينُ بْنُ أَبِي سِرَاجٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنْ مَيْمُونِ بْنِ مِهْرَانَ، قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ خَيْرُ النَّاسِ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ "
[9]      Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ، ثَنَا عَلِيُّ بْنُ رُسْتُمَ، ثَنَا الْهَيْثَمُ بْنُ خَالِدٍ، ثَنَا مُوسَى بْنُ مُحَمَّدٍ الْمُوَقَّرِيُّ، ثَنَا مَالِكُ، عْنُ، عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الْعِبَادِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟، قَالَ: " أَنْفَعُ النَّاسِ لِلنَّاسِ "، قِيلَ: فَأَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟، قَالَ: " إِدْخَالُ السُّرُورِ عَلَى قَلْبِ الْمُؤْمِنِ "، قِيلَ: وَمَا سُرُورُ الْمُؤْمِنِ؟، قَالَ: " إِشْبَاعُ جَوْعَتِهِ وَتَنْفِيسُ كُرْبَتِهِ، وَقَضَاءُ دَيْنِهِ، وَمَنْ مَشَى مَعَ أَخِيهِ فِي حَاجَتِهِ، كَانَ كَصِيَامِ شَهْرٍ وَاعْتِكَافِهِ، وَمَنْ مَشَى مَعَ مَظْلُومٍ يُعِينُهُ ثَبَّتَ اللَّهُ قَدَمَيْهِ يَوْمَ تَزِلُّ الأَقْدَامُ، وَمَنْ كَفَّ غَضَبُهُ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ، وَإِنَّ الْخُلُقَ السَّيِّئَ يُفْسِدُ الأَعْمَالَ كَمَا يُفْسِدُ الْخَلُّ الْعَسَلَ "، غَرِيبٌ مِنْ حَدِيثِ مَالِكٍ لَمْ نَكْتُبْهُ، إِلا مِنْ حَدِيثِ الْهَيْثَمِ، عَنِ الْمُوَقَّرِيّ
[10]     Riwayatnya adalah :
وروى عن مالك، عن عبد الله بن دينار، عن ابن عمر قال: قال رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أحب العباد إلى الله أنفع الناس للناس ".أخبرناه محمد بن سعيد العطار بعسقلان قال: حدثنا محمد بن العباس المزني عنه
[11]     Riwayatnya adalah :
سَمِعَ بِبَيْرُوتَ أَبَا عَلِيِّ بْنَ مَكْحُولٍ الْبَيْرُوتِيَّ، حَدِيثَهُ عَنْ أَبِي بَكْرٍ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَارِثِ، ثنا زُهَيْرُ بْنُ عَبَّادٍ، عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ، عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الْعِبَادِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: أَنْفَعُ النَّاسِ لِلنَّاسِ، قِيلَ: وَمَا أَفْضَلُ الأَعْمَالِ؟ قَالَ: إِدْخَالُ السُّرُورِ عَلَى الْمُؤْمِنِ، قِيلَ: وَمَا سُرُورُ الْمُؤْمِنِ؟ قَالَ: إِشْبَاعُ جَوْعَتِهِ، وَتَنْفِيسُ كُرْبَتِهِ، وَقَضَاءُ دَيْنِهِ
[12]     Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا أَبُو الْقَاسِمِ إِسْمَاعِيلُ بْنُ يَعْقُوبَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الْبَزَّازُ الْمَعْرُوفُ بِابْنِ الْجِرَابِ، سَنَةَ إِحْدَى وَأَرْبَعِينَ وَثَلاثِ مِائَةٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَنْصُورٍ الْفَقِيهُ، قَالَ: حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ عَبَّادٍ الرُّؤَاسِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْعِبَادِ أَفْضَلُ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ: " أَنْفَعُ النَّاسِ لِلنَّاسِ، إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ الأَعْمَالِ إِدْخَالَ السُّرُورِ عَلَى الْمُؤْمِنِ "
[13]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْجَعْدِ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ، عَنْ بَكْرِ بْنِ خُنَيْسٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنْ بَعْضِ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: " أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ سُرُورٌ تَدْخِلُهُ عَلَى مُؤْمِنٍ: تَكْشِفُ عَنْهُ كَرْبًا، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا، وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِي الْمُسْلِمِ فِي حَاجَةٍ، أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ شَهْرَيْنِ فِي مَسْجِدٍ، وَمَنْ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ، وَلَوْ شَاءَ أَنْ يُمْضِيَهُ أَمْضَاهُ، مَلأَ اللَّهُ قَلْبَهُ رِضًى، وَمَنْ مَشَى مَعَ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ فِي حَاجَةٍ حَتَّى يُثْبِتَهَا لَهُ، ثَبَّتَ اللَّهُ قَدَمْهِ يَوْمَ تَزِلُّ الأَقْدَامُ، وَإِنَّ سُوءَ الْخُلُقِ لَيُفْسِدُ الْعَمَلَ، كَمَا يُفْسِدُ الْخَلُّ الْعَسَلَ "
[14]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْجَعْدِ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ، عَنْ بَكْرِ بْنِ خُنَيْسٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنْ بَعْضِ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

[15]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الأَزْهَرِ، قَالَ: ثَنَا بَهْزُ بْنُ أَبِي بَهْزٍ، وَاسْمُ أَبِي بَهْزٍ الصَّقْرُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مَالِكِ بْنِ مِغْوَلٍ، قَالَ: ثَنَا خُنَيْسُ بْنُ بَكْرِ بْنِ خُنَيْسٍ، قَالَ: ابْنُ أَبِي بَكْرِ بْنِ خُنَيْسٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ خَيْرُ النَّاسِ؟ قَالَ: أَنْفَعُ النَّاسِ لِلنَّاسِ "
[16]     Riwayatnya adalah :
أَنْبَأَنَا أَبُو الْقَاسِمِ عَلِيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، نا عَبْدُ الْعَزِيزِ الْكَتَّانِيُّ، أَنْبَأَ تَمَّامُ بْنُ مُحَمَّدٍ، أنا أَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الرَّازِيُّ، بِالرَّمْلَةِ، قِرَاءَةً عَلَيْهِ فِي الْجَامِعِ، نا أَبِو الْقَاسِمِ عَامِرُ بْنُ خُرَيْمٍ الدِّمَشْقِيُّ بِدِمَشْقَ، نا هِشَامُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ أَبُو الْوَلِيدِ، نا إِبْرَاهِيمُ بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ الْجُرَشِيُّ، نا بَكْرُ بْنُ حُنَيْشٍ، نا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دِينَارٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ خَيْرُ النَّاسِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَنْفَعُ النَّاسِ لِلنَّاسِ، وَمِنَ الأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُؤْمِنٍ: تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا، وَلأَنْ أُعِينَ أَخِي الْمُسْلِمَ عَلَى حَاجَتِهِ حَتَّى أُثْبِتَهَا لَهُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ شَهْرَيْنِ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ، وَمَنْ أَعَانَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ عَلَى حَاجَةٍ حَتَّى يُثْبِتَهَا لَهُ ثَبَّتَ اللَّهُ قَدَمَيْهِ يَوْمَ تَزُولُ الأَقْدَامُ، وَمَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ مَلأَ اللَّهُ قَلْبَهُ نُورًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَإِنَّ سُوءَ الْخُلُقِ لَيُفْسِدُ الْعَمَلَ كَمَا يُفْسِدُ الْخَلُّ الْعَسَلَ ".
[17]     Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عُمَرَ الصَّفَّارُ، أنبا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْحَضْرَمِيُّ، ثنا عَلِيُّ بْنُ بَهْرَامَ، ثنا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ أَبِي كَرِيمَةَ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " الْمُؤْمِنُ إِلْفٌ مَأْلُوفٌ، وَلا خَيْرَ فِي مَنْ لا يُأْلَفُ، وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ "
[18]     Riwayatnya adalah :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْحَضْرَمِيُّ، قال: نا عَلِيُّ بْنُ بَهْرَامَ، قال: نا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ أَبِي كَرِيمَةَ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " الْمُؤْمِنُ يَأْلَفُ وَيُؤْلَفُ، وَلا خَيْرَ فِيمَنْ لا يَأْلَفُ وَلا يُؤْلَفُ، وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ ".
لَمْ يَرْوِ هَذَا الْحَدِيثَ عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ إِلا عَبْدُ الْمَلَكِ بْنُ أَبِي كَرِيمَةَ، تَفَرَّدَ بِهِ: عَلِيُّ بْنُ بَهْرَامَ
[19]     Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، أنا أَبُو عَمْرٍو عُثْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ ببغداد، نا الْحُسَيْنُ بْنُ حُمَيْدِ بْنِ الرَّبِيعِ، نا عَلِيُّ بْنُ بَهْرَامَ أَبُو جُحَيْفَةَ الْعَطَّارُ، نا ابْنُ أَبِي كَرِيمَةَ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ جَابِرٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " الْمُؤْمِنُ مَأْلُوفٌ، وَلا خَيْرَ فِيمَنْ لا يَأْلَفُ وَلا يُؤْلَفُ، وَخَيْرُ النَّاسِ مَنْ نَفَعَ النَّاسَ "
[20]     Riwayatnya adalah :
أَخْبَرَنَا خَالِي الْقَاضِي أَبُو الْمَعَالِي مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ عَلِيٍّ الْقُرَشِيُّ، أنا أَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ الْحَسَنِ الْخِلَعِيُّ، نا أَبُو مُحَمَّدٍ إِسْمَاعِيلُ بْنُ رَجَاءِ بْنِ سَعِيدِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ الْعَسْقَلانِيُّ، قِرَاءَةً عَلَيْهِ، وَأَنَا أَسْمَعُ، نا أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ الْحُنْدُرِيُّ الْمُقْرِئُ، بِعَسْقَلانَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ سَنَةَ تِسْعِينَ وَثَلاثِمِائَةٍ، نا أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبَانِ بْنِ شَدَّادٍ، قِرَاءَةً عَلَيْهِ، وَأَنَا حَاضِرٌ، نا أَبُو الدَّرْدَاءِ هَاشِمُ بْنُ مُحَمَّدٍ الأَنْصَارِيُّ، نا عَمْرُو بْنُ بَكْرٍ السَّكْسَكِيُّ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " الْمُؤْمِنُ آلِفٌ مَأْلُوفٌ، وَلا خَيْرَ فِيمَنْ لا يَأْلَفُ وَلا يُؤْلَفُ، وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ "

Comments

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum ust afwan saya masih awam tentang hadist ingin sedikit belajar tentang sanad diatas karena sedikit ada kerancuan dari pemahaman ana yaitu:

1. Riwayat Malik bin anas yg nomor 3 "Zuhair bin ‘Abbaad
Diriwayatkan -rawi hadist- kepada kami Maalik bin Anas....
Pertanyaannya, Imam malik meriwayatkan dari siapa, apa dari Amru bin dinar, abdullah bin Dinar atau Imraan bin dinar?

2. tentang sukain bin abi siraj apa maksud dari kalimat "Adapun jalan riwayat yang benar yang dibawakan Sukain adalah : dari ‘Abdullah bin Diinaar, dari Ibnu ‘Umar secara marfuu’ sebagaimana akan dijelaskan selanjutnya"
Bukankah sukain bin abi siraj dihukumi dengan "Abu Nu’aim berkata : “Meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Diinaar hadits-hadits palsu dan maudluu" Apa ini artinya hadistnya sanadnya bersambung tapi rawinya (sukain bin abi siraj) dihukumi memalsukan hadist, sehingga hadist ini statusnya sangat lemah??
Jazakumullah khoiran

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Wa'alaikumus-salaam.

1. Dari 'Abdullah bin Diinaar. Bisa dilihat di catatan kakinya yang versi Arabic. Untuk memperjelas, sudah saya tambahkan keterangannya.

2. Maksudnya, jalur bersambung yang dibawakan Sukain adalah 'Abdullah bin Diinaar, dari Ibnu 'Umar - sebagaimana ditegaskan dalam jalur riwayat lainnya.

Jazaakallaahu khairan atas komentarnya.

Anonim mengatakan...

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ustadz, izin bertanya diluar topik, mengenai menjamak sholat tanpa sebab (ini berkaitan dengan setahu saya kebiasaan sholat syiah yang menjamak beberapa sholat fardhu dalam satu waktu), khususnya berkaitan dengan Hadits dari Musnad Ahmad berikut ini:

Hadits pertama:
Abdurrazaq menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, dari Abu Az Zubair dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas, ia berkata “Nabi SAW menjama’ Zhuhur dengan Ashar di Madinah ketika tidak sedang bepergian dan tidak pula dalam kondisi takut(khawatir)”. Ia(Sa’id) berkata “Wahai Abu Al Abbas mengapa Beliau melakukan itu?”. Ibnu Abbas menjawab “Beliau ingin agar tidak memberatkan seorangpun dari umatnya”. (Hadis Riwayat Ahmad dalam Musnad Ahmad jilid III no 2557, dinyatakan shahih oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir)

Hadits kedua:
Yahya menceritakan kepada kami dari Daud bin Qais, ia berkata Shalih maula At Taumah menceritakan kepadaku dari Ibnu Abbas, ia berkata “Rasulullah SAW pernah menjama’ antara shalat Zhuhur dengan shalat Ashar dan antara shalat Maghrib dengan shalat Isya’ tanpa disebabkan turunnya hujan atau musafir”. Orang-orang bertanya kepada Ibnu Abbas “Wahai Abu Abbas apa maksud Rasulullah SAW mengerjakan yang demikian”. Ibnu Abbas menjawab “Untuk memberikan kemudahan bagi umatnya SAW” (Hadis Riwayat Ahmad dalam Musnad Ahmad jilid III no 3235, dinyatakan shahih oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir)

Hadits ketiga:
Sufyan menceritakan kepada kami dari Abu Az Zubair dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas, ia berkata ” Aku pernah shalat bersama Nabi SAW delapan rakaat sekaligus dan tujuh rakaat sekaligus”. Aku bertanya kepada Ibnu Abbas “Mengapa Rasulullah SAW melakukannya?”.Beliau menjawab “Dia ingin tidak memberatkan umatnya”. (Hadis Riwayat Ahmad dalam Musnad Ahmad jilid III no 3265, dinyatakan shahih oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir)

Hadits keempat:
Abdurrazaq menceritakan kepada kami, Ibnu Juraij mengabarkan kepada kami, Ibnu Bakar berkata Ibnu Juraij mengabarkan kepada kami, ia berkata Amr bin Dinar mengabarkan kepada kami bahwa Abu Asy Sya’tsa mengabarkan kepadanya bahwa Ibnu Abbas mengabarkan kepadanya, Ia berkata “Aku pernah shalat di belakang Rasulullah SAW delapan rakaat secara jamak dan tujuh rakaat secara jamak”. (Hadis Riwayat Ahmad dalam Musnad Ahmad jilid III no 3467, dinyatakan shahih oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir)

Hadits kelima:
Yunus menceritakan kepada kami, Hammad yakni Ibnu Zaid menceritakan kepada kami dari Az Zubair yakni Ibnu Khirrit dari Abdullah bin Syaqiq, ia berkata “Ibnu Abbas menyampaikan ceramah kepada kami setelah shalat Ashar hingga terbenamnya matahari dan terbitnya bintang-bintang, sehingga orang-orang pun mulai berseru, “Shalat, Shalat”. Maka Ibnu Abbas pun marah, Ia berkata “Apakah kalian mengajariku Sunnah? Aku telah menyaksikan Rasulullah SAW menjamak Zhuhur dengan Ashar dan Maghrib dengan Isya’ “. Abdullah mengatakan “Aku merasa ada ganjalan pada diriku karena hal itu, lalu aku menemui Abu Hurairah, kemudian menanyakan tentang itu, ternyata Ia pun menyepakatinya”. (Hadis Riwayat Ahmad dalam Musnad Ahmad jilid III no 2269, dinyatakan shahih oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir)

Semua referensi di atas didasrkan pad Musnad Ahmad Syarah Syeikh Ahmad Syakir terbitan Pustaka Azzam.

Apa benar riwayat-riwayat Hadits di atas bisa dipakai menjadi dalil menjamak sholat tanpa adanya halangan? Mohon penjelasan, syukron jazakallahu khairan.

Abu Raihan


Anonim mengatakan...

Assalamualaiku Ust afwan saya ingin bertanya tentang:

1.derajat hadist Hadits Iyadh bin Ghanm tentang Menasehati Penguasa/pemimpin apaka shohih atau dhoif??
lihat:
http://kawalitareng.blogspot.com/search/label/hadits

2. Apakah keshohihan hadist ‘“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya’ cuman sampai lafazh tersebut atau sampai akhir matan??
Jazakumullah khoiran

Anonim mengatakan...

Asww, Masya Allah, terima kasih atas ilmunya yang bermanfaat. Bagi yang ingin menambah ilmu lebih dalam saksikan video dialog Ahlu Sunnah berikut : http://www.youtube.com/watch?v=KrH8pT-lgJI

ismailalfasiry mengatakan...

السلام عليكم يا أستاذ

Ana, cukup kaget membaca rawi Muhammad bin Abdillah bin Mansur dalam hadits bab ini di terjemahkan sbg Abu Ismail al Buthoihi ???

Andai benar itu yg dimaksud dari rawi tsb, tentu para muhaddits tau usah repot menelusuri tawabbi' atau syawahid seperti dilakukan as-Sakhowi, al-Munawi, syeikh Albani, al-Arnauth dsb.

Afwan, sependek penelusuran ana, ada dua nama Muhammad bin Abdillah bin Manshur al-Faqih.

Yang di Sunan Thobroni adalah Abu Ismail al Buthoihi, dan kunyahnya biasa disertakan dlm sanad baik diawal maupun diakhir penyebutan nama, namun yang bukan Abu Ismail al Buthoihi, biasanya polos hanya disebut al Faqih saja spt dlm amli Ibnu Nahhas diatas.

⭕Abu Ismaill Buthoihi statusnya Tsiqat ditautsiq oleh imam Daruquthni, beliau punya rawi guru dan rawi murid masing-masing 6 rawi, tapi,
⭕Yg bukan Abu Ismail al Buthoihi, statusnya hanya ditautsiq oleh Ibnu Hibban saja, atau mungkin bisa disebut majhul hal. Beliau punya rawiguru dan murid hanya masing-masing 3 rawi.

Demikian klarifikasi ini sekedar agar lebih meyakinkan dan tidak terjadi salah verifikasi rawi sanad, yg dalam hal muhammad bin Abdillah bin Manshur al-Faqih cukup fatal sesuai kaaidah ilmu riwayat hadits.

ما أريد الا الصلاح
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Wa'alaikumus-salaam warahmatullaahi wabarakatuh.

Ad-Daaraquthniy dalam Sunannya menyebutkan beberapa kali rawi yang bernama Muhammad bin 'Abdillah bin Manshuur, yaitu (tidak saya sebut semuanya):

1. Juz 1 hal. 48 no. 81 dengan penyebutan : Muhammad bin 'Abdillah bin Manshuur Abu Ismaa'iil Al-Biththiikhiy (الْبِطِّيْخِيُّ).

2. Juz 5 hal. 263 no. 4289 dengan penyebutan : Muhammad bin 'Abdillah bin Manshuur Al-Faqiih (tentang hadits innallaaha 'azza wa jalla qad tashaddaqa 'alaikum bi-tsulutsi amwaalikum...).

Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah saat menjelaskan perawi dalam Sunan Ad-Daaraquthniy hanya menyebutkan satu nama saja, yaitu Muhammad bin 'Abdillah bin Manshuur Al-Biththiikhiy dengan perkataan Al-Khathiib Al-Baghdaadiy yang menukil tautsiq dari Ad-Daaraquthniy [lihat : Taraajimu Rijaal Ad-Daaraquthniy hal. 404 no. 1027]. Yang saya pahami, dua nama yang disebutkan Ad-Daaraquthniy dengan atau tanpa nisbat Al-Biththiikhiy adalah orang yang sama. Penta'liq, pentahqiq, dan pentakhrij kitab Ad-Daaraquthniy (yaitu Muhammad Syamsul-Haqq Al-'Adhiim Aabaadiy, Syu'aib Al-Arna'uth, Hasan bin 'Abdil-Mun'im Asy-Syalbiy, dan Sa'iid Al-Lahhaam) tidak memberikan komentar apapun tentang perawi ini. Begitu juga yang saya dapati dari penulis kitab Zawaaidu Sunan Ad-Daaraquthniy 'alaa Kutubis-Sittah (Nawaal bintu Haamid Al-Luhaibiy, disertasi, juz 2 hal. 1010 no. 453) juga menyebutkan Muhammad bin 'Abdillah bin Manshuur Al-Faqiih adalah Al-Biththiikhiy.

Ini PERTAMA

Adapun KEDUA:

Ibnul-Jauziy dalam kitab At-Tahqiiq fii Masaailil-Khilaaf no. 1324 menyrbutkan riwayat:

أَخْبَرَنَا ابْنُ عَبْدِ الْخَالِقِ، قَالَ: أَنْبَأَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَحْمَدَ، قَالَ: أَنْبَأَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ، قَالَ: حَدَّثَنَا الدَّارَقُطْنِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْبَاقِي بْنُ قَانِعٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَنْصُورٍ الْفَقِيهُ، وَمُحَمَّدَ بْنُ عُثْمَانَ، قَالَا: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ بِشْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي قَضَاءِ رَمَضَانَ: " إِنْ شَاءَ فَرَّقَ، وَإِنْ شَاءَ تَابَعَ ".

قَالُوا: قَالَ الدَّارَقُطْنِيُّ: لَمْ يُسْنِدْهُ غَيْرُ سُفْيَانَ بْنِ بِشْرٍ. قُلْنَا: مَا عَرَفْنَا أَحَدًا طَعَنَ فِيهِ، وَالزِّيَادَةُ مِنَ الثِّقَةِ مَقْبُولَةٌ

Dalam sanad ini, Ibnul-Jauziy meriwayatkan dari jalan Ad-Daaraquthniy : Telah menceritakan kepada kami 'Abdul-Baaqiy bin Qaani', ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Abdillah bin Manshuur Al-Faqiih dan Muhammad bin 'Utsmaan, mereka berdia berkata : Telah menceritakan kepada kami Sufyaan bin Bisyr......

Jika kita cek dalam kitab Sunan Ad-Daaraquthniy (2/173 no. 2329), riwayat dan sanadnya sebagai berikut:

حَدَّثَنِي أَبُو الْحُسَيْنِ عَبْدُ الْبَاقِي بْنُ قَانِعٍ الْقَاضِي، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَنْصُورٍ الْفَقِيهُ أَبُو إِسْمَاعِيلَ، وَمُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ، قَالا: ثنا سُفْيَانُ بْنُ بِشْرٍ، ثنا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي قَضَاءِ رَمَضَانَ: " إِنْ شَاءَ فَرَّقَ وَإِنْ شَاءَ تَابَعَ ".

لَمْ يُسْنِدْهُ غَيْرُ سُفْيَانَ بْنِ بِشْرٍ

Sanadnya sama, hanya saja Ad-Daaraquthniy menyebutkan dengan nama : Muhammad bin 'Abdillah bin Manshuur Al-Faqiih Abu Ismaa'iil. Dia inilah Al-Biththiikhiy !!

Ini jelas menunjukkan dua nama ini adalah satu orang.

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

KETIGA

Jika kita perhatikan sanad yang dibawakan Ibnun-Nuhhaas, maka murid Muhammad bin 'Abdillah bin Manshuur Al-Faqiih adalah Abul-Qaasim Ismaa'iil bin Ya'quub bin Ibraahiim Al-Bazzaaz yang terkenal dengan nama Ibnul-Jiraab; sedangkan gurunya adalah Zuhair bin 'Abbaad Ar-Ruaasiy.

Diantara guru Ibnul-Jiraab yang disebutkan Al-Khathiib Al-Baghdaadiy adalah : 'Abdullah bin Rauh Al-Madaainiy (w. 277 H), Muusaa bin Sahl Al-Wasysyaa' (w. 278 H), Ismaa'iil bin Ishaaq Al-Qaadliy (282 H), Ahmad bin Muhammad Al-Birtiy (w. 280 H), Ja'far bin Muhammad bin Syaakir Ash-Shaaigh (w. 279 H), Ibraahiim bin Ishaaq Al-Harbiy (w. 285 H), dan yang lainnya [Taariikh Baghdaad 7/303-304 no. 3298]. Mereka rata-rata adalah perawi pada thabaqah ke-14 atau 15 menurut klasifikasi Adz-Dzahabiy.

Dalam Musnad Asy-Syihaab 2/336-337 no. 1479, Al-Qadlaa'iy menyebutkan diantara guru Ibnul-Jiraab adalah Ibnu Abi Khaitsamah (w. 279 H). Juga 'Ubaid bin 'Abdil-Waahid bin Syariik (w. 285 H) no. 112 dan Mu'aadz bin Al-Mutsannaa (w. 288 H) no. 1153.

Kemudian tentang Zuhair bin 'Abbaad Ar-Ruaasiy, ia adalah anak dari paman Wakii' bin Al-Jarraah. Murid Zuhair dalam kitab Tahdziibut-Tahdziib diantaranya adalah Muhammad bin 'Abdillah bin 'Ammaar (wafat tahun 238 H). Juga Ahmad bin 'Abdillah bin Maimuun Ad-Dimasyaqiy (w. 246 H), Ahmad bin Ibraahiim Al-Busriy (w. 289 H), Ahmad bin Hammaad bin Zughbah (w. 296 H), dan yang lainnya [silakan baca kitab Zawaaid Rijaal Shahiih Ibni Hibbaan 'alaa Kutubis-Sittah].

Jika kita analisis berdasarkan thabaqah guru dan murid, maka sangat memungkinkan Muhammad bin 'Abdillah bin Manshuur Al-Faqiih guru Ibnul-Jiraab dan murid Zuhair bin Harb Ar-Ruaasiy adalah Al-Biththiikhiy.

------------

Inilah yang dapat saya pahami dari perawi yang bernama Muhammad bin 'Abdillah bin Manshuur Al-Faqiih, Abu Ismaa’iil Al-Biththiikhiy berdasarkan referensi-referensi yang saya punyai. Adapun analisis yang antum katakan, saya malah belum dapatkan perinciannya dalam buku-buku yang sempat saya baca.

Wallaahu a'lam bish-shawwaab.