Bukan untuk Melihat Gajah……..


Asy-Syaikh Shaalih bin ‘Abdil-‘Aziiz Aalusy-Syaikh hafidhahullah menceritakan:
الإمام مالك لما كان يقرأ في المسجد يروي أحاديث النبي عَلَيْهِ الصَّلاَةُ والسَّلاَمُ، وكان عنده يحيى بن يحيى الليثي -راوي الموطأ عنه-، والطلاب حول الإمام مالك.
فصاح صائح: جاء للمدينة فيل عظيم!
لم يكن أهل المدينة رأوا فيلا؛ لأن الفيل ليس موطن هذه البلاد، فهرع الطلبة كلهم ليروا الفيل، وتركوا مالكا!!
إلا يحيى بن يجيى الليثي فقط.
فقال له مالك: لم؟ هل رأيت الفيل قبل ذلك؟
قال: إنما رحلت لأرى مالكا لا لأرى الفيل.
وبهذا أثابه الله جل وعلا بأن الرواية التي تُروى الآن في شرق الأرض وغربها المعتمدة لموطأ الإمام مالك هي رواية يحيى بن يحيى الليثي، مع أنه من صغار طلبته هناك روايات أناس أكبر منه لم يكتب لها القبول، ومسلم في الصحيح يروي من طريق يحيى بن يحيى الليثي
“Ketika Al-Imaam Maalik membaca di masjid dalam rangka meriwayatkan hadits-hadits Nabi ‘alaihish-shalaatu was-salaam, ada di sebelah beliau Yahyaa bin Yahyaa Al-Laitsiy – seorang perawi yang meriwayatkan kitab Al-Muwaththa’ dari beliau – , sedangkan para penuntut ilmu (hadits) mengelilingi Al-Imam Maalik.
Tiba-tiba ada orang yang berteriak/berseru : “Telah datang di kota Madiinah seekor gajar yang besar !”.
(Saat itu), tidak ada penduduk Madiinah yang pernah melihat gajah, karena gajah tidak hidup di Madiinah. Maka, semua orang (yang ada di masjid) pun berhamburan keluar dengan cepat untuk melihat gajah, dan meninggalkan Maalik (di dalam masjid) !! – kecuali Yahyaa bin Yahyaa Al-Laitsiy seorang diri.
Maalik berkata kepadanya : “Mengapa (engkau tidak keluar masjid) ? Apakah engkau pernah melihat gajah sebelumnya ?”.
Ia menjawab : “Sesungguhnya aku melakukan perjalanan (dari Andalus ke Madiinah) hanyalah untuk melihat Maalik, bukan untuk melihat gajah”.
Dengan hal ini, Allah jalla wa ‘alaa memberikan ganjaran bahwasannya riwayat yang terpercaya dari kitab Al-Muwawaththa’ karya Al-Imaam Maalik yang ada sekarang di segala penjuru dunia baik timur dan barat, (salah satunya) adalah riwayat Yahyaa bin Yahyaa Al-Laitsiy, meskipun ia termasuk kalangan shighaar di antara murid-murid Al-Imaam Maalik. Ada beberapa riwayat dari orang-orang yang lebih besar darinya, namun itu tidak ditulis dan diterima. Dan Muslim dalam kitab Shahiih-nya meriwayatkan dari jalan Yahyaa bin Yahyaa Al-Laitsiy[1]
[selesai – dari rekaman audio yang berjudul I’tishaam bil-Kitaab was-Sunnah yang transkripnya ada di sahab.net].
Abul-Jauzaa’ berkata :
Yahyaa bin Yahyaa bin Katsiir Al-Laitsiy Al-Andalusiy Al-Qurthubiy, Abu Muhammad (يحيى بن يحيى بن كثير الليثي مولاهم ، الأندلسي القرطبي أبو محمد); seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-10, lahir tahun 152 H, dan wafat tahun 234 H [Taqriibut-Tahdziib hal. 1069 no. 7719 dan Siyaru A’laamin-Nubalaa 10/519-525 no. 168].
Kisah di atas disebutkan Adz-Dzahabiy dalam As-Siyar 10/521.
Jawaban Yahyaa bin Yahyaa bahwa ia datang ke Madiinah hanya untuk melihat Maalik, maksudnya adalah untuk mengambil ilmu darinya. Adakah sikap itu hadir dalam diri kita ?. Karena ternyata,….. masih banyak di antara kita hadir di majelis ta’lim ustadz atau ulama hanya untuk acara jumpa fans, copy darat, belanja buku dan sirwal, beli minyak wangi, karena mampir habis dari shopping di supermarket, dan yang lainnya.
Semoga kisah singkat ini dapat memberikan inspirasi positif…..
[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor – 26021435/28122013 – 22:20].




[1]      Ini adalah kekeliruan beliau, karena Al-Imaam Muslim tidak meriwayatkan hadits dari jalan Yahyaa bin Yahyaa Al-Laitsiy rahimahumallah.

Comments

Anonim mengatakan...

Alhamdulillah bisa sambil belajar bahasa arabnya. Jazakallah khoir ustadz.

Admin mengatakan...

Jazaakallaahu khayr ustadz

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum ustadz..

afwan ustadz, sekedar bertanya, kok tumben ya pasang foto mahkluk hidup secara utuh..?

mungkin ada kekeliruan ? Karna ngak biasanya ustadz pasang gambar ilustrasi mahkluk hidup secara utuh.