Allah ta’ala berfirman :
وَآخَرِينَ
مِنْهُمْ لَمّا يَلْحَقُواْ بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Dan (juga) kepada kaum yang lain dari
mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana” [QS. Al-Jum’ah
: 3].
Ibnu Katsiir rahimahullah
berkata :
قال الإمام أبو عبد الله البخاري رحمه الله : حدثنا
عبد العزيز بن عبد الله، حدثنا سليمان بن بلال، عن ثور، عن أبي الغَيث، عن أبي
هريرة، رضي الله عنه، قال: كنا جلوسا عند النبي صلى الله عليه وسلم فأنزلت عليه
سورة الجمعة: { وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ } قالوا: من هم يا
رسول الله؟ فلم يراجعهم حتى سئل ثلاثا، وفينا سلمان الفارسي، فوضع رسول الله صلى
الله عليه وسلم يده على سلمان ثم قال: "لو كان الإيمان عند الثُّرَيَّا لناله
رجال -أو: رجل-من هؤلاء".
ورواه مسلم، والترمذي، والنسائي، وابن أبي حاتم، وابن جرير، من طرق عن ثور بن زيد الدِّيلي (6) عن سالم أبي الغيث، عن أبي هريرة، به
ورواه مسلم، والترمذي، والنسائي، وابن أبي حاتم، وابن جرير، من طرق عن ثور بن زيد الدِّيلي (6) عن سالم أبي الغيث، عن أبي هريرة، به
Telah berkata Al-Imaam Abu ‘Abdillah
Al-Bukhaariy rahimahullah : Telah menceritakan kepada kami Abdil-‘Aziz bin ‘Abdillah : Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin
Bilaal, dari Tsaur, dari Abul-Ghaits, dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia
berkata : Kami pernah duduk-duduk
bersama Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa
sallam, lalu
diturunkan kepada beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam surat Al-Jum’ah : ‘Dan (juga) kepada
kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka’ (QS. Al-Jum’ah : 3). Para shahabat bertanya : “Siapakah
mereka wahai Rasulullah ?”. Beliau tidak memberikan jawaban kepada mereka
sehingga beliau sempat ditanya ketiga kalinya, sedang di antara kami terdapat
Salmaan Al-Faarisy. Maka Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam meletakkan tangannya di atas tubuh Salmaan Al-Faarisy seraya bersabda : “Seandainya
keimanan itu ada pada bintang Tsurayaa, pastilah akan dicapai oleh beberapa
orang atau seseorang di kalangan mereka”. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Muslim, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, Ibnu Abi Haatim, dan Ibnu Jariir, melalui jalan
Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu”.
Ibnu Katsiir rahimahullah melanjutkan :
ففي هذا الحديث دليل على أن هذه السورة مدنية،
وعلى عموم بعثته صلى الله عليه وسلم إلى جميع الناس؛ لأنه فسر قوله: { وَآخَرِينَ
مِنْهُمْ } بفارس؛ ولهذا كتب كتبه إلى فارس والروم وغيرهم من الأمم، يدعوهم إلى
الله عز وجل، وإلى اتباع ما جاء به؛ ولهذا قال مجاهد وغير واحد في قوله: {
وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ } قال: هم الأعاجم، وكل من صدق
النبي صلى الله عليه وسلم من غير العرب.
“Dalam hadits ini terdapat bukti yang menunjukkan
bahwa surat ini adalah Madaniyyah, dan juga
menunjukkan keumuman pengutusan
Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa
sallam sebagai Nabi
kepada seluruh umat manusia. Hal itu disebabkan karena beliau menafsirkan
firman Allah ta’ala : “Dan (juga) kepada
kaum yang lain dari mereka” dengan Persia.
Oleh karena itu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengirimkan surat ke Persia, Romawi, dan
umat-umat lainnya. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyeru kepada mereka untuk menempuh
jalan Allah ta’ala serta mengikuti apa yang dibawanya. Oleh karena itu
Mujaahid dan yang lainnya berkata mengenai firman
Allah ta’ala : “Dan (juga) kepada kaum
yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka” ; ia berkata :
“Mereka adalah orang-orang ‘Ajam (non-Arab) dan semua orang yang membenarkan Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa
sallam dari kalangan
selain ‘Arab” [Tafsiir Ibni
Katsiir, 8/116].
Allah
ta’ala berfirman :
وَإِن تَتَوَلّوْاْ يَسْتَبْدِلْ قَوْماً غَيْرَكُمْ ثُمّ لاَ يَكُونُوَاْ
أَمْثَالَكُم
“Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan
mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini” [QS. Muhammad : 38].
وَحَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ
يَزِيدَ، قَالَ: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ
بْنُ مُحَمَّدٍ الدَّرَاوَرْدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْعَلاءُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ،
عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ:
وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ، قَالُوا: مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ
اللَّهِ؟ قَالَ وَسَلْمَانُ إِلَى جَنْبِهِ، قَالَ: " هُمُ الْفُرْسُ هَذَا وَقَوْمُهُ
"
Dan
telah menceritakan kepada kami Yuusuf bin Yaziid, ia berkata : Telah
menceritakan kepada kami Sa’iid bin Manshuur, ia berkata : Telah menceritakan
kepada kami ‘Abdul-‘Aziiz bin Muhammad Ad-Daraawardiy, ia berkata : Telah
menceritakan kepada kami Al-‘Alaa’ bin ‘Abdirrahmaan, dari ayahnya, dari Abu
Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Ketika turun ayat : ‘Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum
yang lain’ (QS. Muhammad : 8); para shahabat bertanya : “Siapakah mereka wahai
Rasulullah ?”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda – yang waktu
itu Salmaan ada di sisi beliau - : ‘Mereka adalah bangsa Persia, orang ini
(yaitu Salmaan) dan kaumnya” [Diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy dalam Syarh
Musykiilil-Aatsaar no. 2135; sanadnya hasan].
حَدَّثَنَا بِشْرٌ، نَا عَبْدُ
الْعَزِيزِ، عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ، قَالَ:
" لَوْ أَنِّي لَمْ أَكُنْ مِنْ قُرَيْشٍ لأَحْبَبْتُ أَنْ أَكُونَ مِنْ فَارِسَ،
ثُمَّ أَحْبَبْتُ أَنْ أَكُونَ مِنْ أَصْبَهَانَ "
Telah menceritakan kepada kami Bisyr : Telah
mengkhabarkan kepada kami ‘Abdul-‘Aziiz, dari Usaamah bin Zaid, dari Sa’iid bin
Al-Musayyib, ia berkata : “Seandainya aku bukan berasal dari Quraisy, sungguh
aku senang jika aku berasal dari Persia, kemudian aku senang jika aku berasal
dari Ashbahaan” [Diriwayatkan oleh 'Aliy bin Ja'd no. 2921; sanadnya hasan].
Syaikhul-Islaam
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
قالوا وكان سلمان الفارسي
من أهل أصبهان وكذلك عكرمة مولى ابن عباس وغيرهما فإن آثار الإسلام كانت بأصبهان
أظهر منها بغيرها حتى قال الحافظ عبد القادر الرهاوي رحمه الله ما رأيت بلدا بعد
بغداد أكثر حديثا من أصبهان وكان أئمة السنة علما وفقها والعارفون بالحديث وسائر
الإسلام المحض فيهم أكثر من غيرهم حتى إنه قيل إن قضاتهم كانوا من فقهاء الحديث
مثل صالح بن أحمد بن حنبل ومثل أبي بكر بن أبي عاصم ومن بعدهم .....
“Para
ulama berkata : Salmaan Al-Faarisiy termasuk penduduk Ashbhaan. Begitu pula ‘Ikrimah
maulaa Ibni ‘Abbaas dan yang lainnya. Sesungguhnya atsar-atsar Islam yang ada
di negeri Ashbahaan lebih nampak dibandingkan negeri-negeri yang lain, hingga
Al-Haafidh ‘Abdul-Qaadir Ar-Rahaawiy rahimahullah berkata : ‘Aku tidak
pernah melihat satu negeri setelah Baghdaad yang lebih banyak haditsnya
dibandingkan Ashbahaan’. Para imam sunnah dalam hal ilmu, fiqh, hadits, dan seluruh
ilmu Islam yang murni yang dimiliki penduduk Ashbahaan lebih banyak
dibandingkan selain mereka. Hingga dikatakan bahwa hakim-hakim mereka termasuk fuqahaa’
hadits semisal Shaalih bin Ahmad bin Hanbal, Abu Bakr bin Abi ‘Aashim, dan
yang lainnya…..” [Iqtidlaa’ Ash-Shiraathil-Mustaqiim, 1/163-164].
Al-Ashmaa’iy
rahimahullah berkata :
عجم أصبهان قريش العجم
“Orang
‘ajam (non ‘Arab) negeri Ashbahaan adalah Quraisy-nya orang-orang ‘ajam”
[idem, 1/163].
Banyak
sekali ulama Ahlus-Sunnah yang berasal dari negeri Persia, diantaranya : Salmaan
Al-Faarisiy, Fairuuz Ad-Dailamiy Al-Faarisiy Al-Yamaniy, Saalim maulaa
Hudzaifah, dan Munabbih bin Kaamil radliyallaahu ‘anhum.
Dan
setelah mereka di antaranya : Thaawuus bin Kaisaan (w. 106), Al-A’masy (w. 148
H), Sibawaih Al-Faarisiy (w. 183 H), Adz-Dzuhliy (w. 258 H), Muslim bin Al-Hajjaaj
(w. 261 H), Abu Zur’ah Ar-Raaziy (w. 264 H), Abu Haatim Ar-Raaziy (w. 277 H), Muhammad
bin ‘Iisaa At-Tirmidziy (w. 279 H), ‘Abdurrahmaan bin Ahmad An-Nasaa’iy (w. 303
H), Ibnu Maajah (w. 309 H), Abu Ja’far Ath-Thabariy (w. 310 H), Ibnu Khuzaimah
(w. 331 H), ‘Abdullah bin Ja’far bin Darastawaih Al-Faarisiy An-Nahwiy (w. 347
H), Al-Hasan bin ‘Abdirrahmaan Ar-Raamahurmuziy (w. 360 H), Abusy-Syaikh
Al-Ashbahaaniy (w. 369 H), Abu ‘Abdillah Al-Haakim An-Naisaabuuriy (w. 405 H), Abu
Nu’aim Al-Ashbahaaniy (w. 430 H), Ahmad bin Al-Husain Al-Baihaqiy (w. 458 H), ‘Abdul-Wahhaab
bin Muhammad Al-Ashbahaaniy (w. 475 H), Ibnu Faaris Al-Lughawiy (lahir tahun
395 H), Abul-Qaasim bin Muhammad Al-Ashbahaaniy (w. 535 H), dan yang lainnya.
Semoga
ada manfaatnya.
Wallaahu
a’lam.
[abul-jauzaa’
– perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor - 07111434/13092013 – 00:20].
NB
: Sangat salah jika kemudian ada orang-orang Syi’ah Raafidlah menggunakan
beberapa riwayat di atas untuk menyatakan kebenaran agama mereka hanya karena
tinggal di ‘Iraan (Persia). Hal itu dikarenakan keutamaan Persia dan
penduduknya adalah dari kalangan Ahlus-Sunnah yang mengikuti jejak Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya dari dulu hingga sekarang.
Comments
Tak bosan kami ucapkan Jazakumullah khairan kepada Al Fadhil Ustadzunaa Abul Jauzaa' atas faidah berharganya, sungguh ini membuka wawasan kami akan hal ini. Ustadz, yang mau di nyatakan adalah " Apakah Keutamaan Negri tersebut (Persia) akan hilang di sebabkan banyaknya kaum Syi'ah yang menghuni negri tersebut pada hari ini' ? Ataukah keutamaan tersebut terbatas dengan waktu terdahulu saja ? Mohon jawaban nya Ustadz, Syukran..
Tidak hilang, sebagaimana keutamaan negeri Syaam tidak hilang dengan berdirinya negara Yahudi dan keberadaan komunitas Syi'ah di sana.
assalamu 'alaikum Ustadz, apakah bangsa Arab akan nantinya akan benar-benar berpaling dan digantikan bangsa lain? bagaimana hubungan penjelasan di atas dengan Hadits Ashabu Rayati Suud? Apakah munculnya Muhammad Al Fatih dan Kekhlaifhan Turki Utsmani (yang notabene bukan bangsa Arab dan dalam sejarah umum dikatakan bahwa bangsa Persia sebetulnya merupakan rumpun bangsa Turk)merupakan pembuktian bahwa Kekhalifahan pernah diamanatkan pada bansa non-Arab? Mohon penjelasan lebih lanjut dari Ustadz dan semoga Allah azza wa ja'ala selalu merahmati Ustadz dan keluarga. Syukron jazakallahu khairan.
Subhanallah, Trima kasih Ustadz atas jawabannya. Jazakumullah khairan, kami mencintai Ustadz karena Rabbunaa Allah Ta'ala
Anonim 13 September 2013 10.45,.... (wa'alaikumus-salaam).
Coba ditengok hadits tentang Persia di atas,... beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam hanya mengandaikan saja. Dan begitulah konteks ayatnya. Jadi, tidak ada keterangan bahwa bangsa 'Arab (Quraisy khususnya) akan berpaling secara mutlak. Dan ingat bahwa beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam mengatakan keimanan itu akan kembali ke Makkah dan Madiinah. Makkah dan Madiinah dijamin oleh Allah ta'ala tidak akan menjadi negeri kufur. Silakan baca : Makkah dan Madinah Bukan Cakupan Daarul-Kufur.
Adanya pemerintahan atau kekhilafahan di selain negeri 'Arab merupakan kenyataan/realitas, seperti di Andalus, Maghrib, Turkiy, dan yang lainnya.
syukron Ustadz, alhamdulillah artikel antum: "Makkah dan Madinah Bukan Cakupan Daarul-Kufur" telah cukup menjelaskan pertanyaan saya
Susah yah mengakui keutamaan orang lain bro
Posting Komentar