Hukum Jual-Beli Anjing



Hukumnya haram berdasarkan hadits :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ، وَمَهْرِ الْبَغِيِّ، وَحُلْوَانِ الْكَاهِنِ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yuusuf : Telah mengkhabarkan kepada kami Maalik, dari Ibnu Syihaab, dari Abu Bakr bin ‘Abdirrahmaan, dari Ibnu Mas’uud Al-Anshaariy radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang uang hasil penjualan anjing, upah pelacur, dan bayaran dukun [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 2237].
حَدَّثَنَا آدَمُ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، حَدَّثَنَا عَوْنُ بْنُ أَبِي جُحَيْفَةَ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: " لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْوَاشِمَةَ وَالْمُسْتَوْشِمَةَ، وَآكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ، وَنَهَى عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ وَكَسْبِ الْبَغِيِّ وَلَعَنَ الْمُصَوِّرِينَ "
Telah menceritakan kepada kami Aadam : Telah menceritakan kepada kami Syu’bah : Telah menceritakan kepada kami ‘Aun bin Abi Juhaifah, dari ayahnya, ia berkata : “Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang mentato, wanita yang minta ditato, pemakan riba, dan orang yang memberi makan riba. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang uang hasil penjualan anjing, dan hasil usaha pelacur. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga melaknat para perupa (penggambar/pematung)” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5347].
حَدَّثَنِي سَلَمَةُ بْنُ شَبِيبٍ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ أَعْيَنَ، حَدَّثَنَا مَعْقِلٌ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، قَالَ: سَأَلْتُ جَابِرًا عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ وَالسِّنَّوْرِ؟ قَالَ: زَجَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ذَلِكَ "
Telah menceritakan kepadaku Salamah bin Syabiib : Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin A’yun : Telah menceritakan kepada kami Ma’qil, dari Abuz-Zubair, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Jaabir tentang uang hasil penjualan anjing dan kucing. Ia menjawab : “Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam mencela/melarangnya” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1569].
حَدَّثَنَا إِسْحَاق بْنُ إِبْرَاهِيمَ، أَخْبَرَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ قَارِظٍ، عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ، حَدَّثَنِي رَافِعُ بْنُ خَدِيجٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " ثَمَنُ الْكَلْبِ خَبِيثٌ، وَمَهْرُ الْبَغِيِّ خَبِيثٌ، وَكَسْبُ الْحَجَّامِ خَبِيثٌ "
Telah menceritakan kepada kami Ishaaq bin Ibraahiim : Telah mengkhabarkan kepada kami Al-Waliid bin Muslim, dari Al-Auzaa’iy, dari Yahyaa bin Abi Katsiir : Telah menceritakan kepadaku Ibraahiim bin Qaaridh, dari As-Saa’id bin Yaziid : Telah menceritakan kepadaku Raafi’ bin Khudaij, dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Hasil penjualan anjing adalah khabiits (buruk/keji), upah pelacur adalah khabiits, dan hasil usaha tukang bekam adalah khabiits” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1568].
حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ نَافِعٍ أَبُو تَوْبَةَ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ يَعْنِي ابْنَ عَمْرٍو، عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ، عَنْ قَيْسِ بْنِ حَبْتَرٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: " نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ، وَإِنْ جَاءَ يَطْلُبُ ثَمَنَ الْكَلْبِ، فَامْلَأْ كَفَّهُ تُرَابًا "
Telah menceritakan kepada kami Ar-Rabii’ bin Naafi’ Abu Taubah : Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Amru, dari ‘Abdul-Kariim, dari Qais bin Habtar, dari ‘Abdullah bin ‘Abbaas, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang uang hasil penjualan anjing. Dan apabila ada orang yang meminta uang hasil penjualan anjing, maka penuhilah telapak tangannya dengan tanah” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 3482; shahih].
At-Tirmidziy rahimahullah berkata :
وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ أَكْثَرِ أَهْلِ الْعِلْمِ، كَرِهُوا ثَمَنَ الْكَلْبِ، وَهُوَ قَوْلُ: الشَّافِعِيِّ، وَأَحْمَدَ، وَإِسْحَاق، وَقَدْ رَخَّصَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ فِي ثَمَنِ كَلْبِ الصَّيْدِ
“Kebanyakan ulama mengamalkan hadits ini. Mereka memakruhkan (membenci)[1] uang hasil penjualan anjing. Hal tersebut merupakan pendapat Asy-Syaafi’iy, Ahmad, dan Ishaaq[2]. Sebagian ulama memberikan rukhshah (keringanan) dalam uang hasil penjualan anjing untuk berburu” [Sunan At-Tirmidziy, 2/553].
Rukhshah berupa istitsnaa’ (pengecualian) tersebut shahih dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan juga dari sebagian salaf.
أَخْبَرَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحَسَنِ الْمِقْسَمِيُّ، قَالَ: حدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ، " أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ ثَمَنِ السِّنَّوْرِ، وَالْكَلْبِ إِلا كَلْبَ الصَّيْدِ ".
Telah mengkhabarkan kepada kami Ibraahiim bin Al-Hasan bin Al-Miqsamiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Hajjaaj bin Muhammad, dari Hammaad bin Salamah, dari Abuz-Zubair, dari Jaabir : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang uang hasil penjualan kucing dan anjing, kecuali anjing untuk berburu [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy no. 4295 & 4668 dan dalam dalam Al-Kubraa no. 4788 & 6219].
Meskipun dhahir sanad riwayat di atas adalah shahih, An-Nasaa’iy mengatakan bahwa hadits Hajjaaj dari Hammaad bin Salamah tidak shahih. Di lain tempat ia mengatakan : “Munkar”. Hajjaaj mempunyai mutaba’aat dari beberapa orang perawi, di antaranya Al-Haitsam bin Jamiil :
ثنا أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ، نَا إِسْحَاقُ بْنُ الْجَرَّاحِ بِأَذْنَةَ، نَا الْهَيْثَمُ بْنُ جَمِيلٍ. ح وَنا عُثْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ الدَّقَّاقُ، نَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ الْوَلِيدِ بْنِ بُرْدٍ، نَا الْهَيْثَمُ بْنُ جَمِيلٍ، نَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: " نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ وَالسِّنَّوْرِ، إِلا كَلْبَ صَيْدٍ "
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr An-Naisaabuuriy : Telah mengkhabarkan kepada kami Ishaaq bin Al-Jarraah di Adznah : Telah mengkhabarkan kepada kami Al-Haitsam bin Jamiil. Dan telah mengkhabarkan kepada kami ‘Utsmaan bin Ahmad Ad-Daqqaaq : Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Ahmad bin Al-Waliid bin Burd : Telah mengkhabarkan kepada kami Al-Haitsam bin Jamiil : Telah mengkhabarkan kepada kami Hammaad bin Salamah, dari Abuz-Zubair, dari Jaabir, ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang hasil penjualan anjing dan kucing, kecuali anjing untuk berburu” [Diriwayatkan oleh Ad-Daaruquthniy 4/43 no. 3068].
Selain Al-Haitsam bin Jamiil, juga dari ‘Ubaidullah bin Muusaa[3] dan Suwaid bin ‘Amru[4] rahimahumullah.
Asy-Syaikh Al-Albaaniy rahimahullah menshahihkannya dalam Shahiih Sunan An-Nasaa’iy 3/159.
Diriwayatkan pula secara mauquuf dari Jaabir radliyallaahu ‘anhu :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ. وَعَنْ أَبِي الْمُهَزَّمِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: " أَنَّهُمَا كَرِهَا ثَمَنَ الْكَلْبِ إلا كلب صيد "
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Wakii’, dari Hammaad bin Salamah, dari Abuz-Zubair, dari Jaabir – dan dari Abul-Muhazzim, dari Abu Hurairah : Bahwasannya keduanya membenci uang hasil penjualan anjing, kecuali anjing untuk berburu [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 6/244 no. 21307].
Perkataan Jaabir adalah shahih, sedangkan perkataan Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhumaa tidak shahih karena kelemahan Abul-Muhazzim.
Wakii’ dalam periwayatan mauquuf tersebut mempunyai mutaba’aat dari Abu Nu’aim[5] dan ‘Abdul-Waahid bin Ghiyaats[6].
Kesimpulan : Haram jual-beli anjing, kecuali anjing untuk berburu atau penjaga hewan ternak.
Wallaahu a’lam.
Semoga ada manfaatnya.


[1]      Makna makruh di sini adalah haram, sebagaimana dijelaskan dalam riwayat :
حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ، حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ، عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ، عَنْ قَيْسِ بْنِ حَبْتَرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، رَفَعَ الْحَدِيثَ، قَالَ: " ثَمَنُ الْكَلْبِ، وَمَهْرُ الْبَغِيِّ، وَثَمَنُ الْخَمْرِ، حَرَامٌ "
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim : Telah menceritakan kepada kami Israaiil, dari ‘Abdul-Kariim, dari Qais bin Habtar, dari Ibnu ‘Abbaas dan ia memarfu’kannya (pada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam), ia berkata : “Uang hasil penjualan anjing, upah pelacur, dan uang hasil penjualan khamr adalah haram” [Diriwayatkan oleh Ahmad, 1/355; shahih].
حَدَّثَنَا يُونُسُ، قَالَ: أنبا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي مَعْرُوفُ بْنُ سُوَيْدٍ الْجُذَامِيُّ، أَنَّ عَلِيَّ بْنَ رَبَاحٍ حَدَّثَهُمْ، أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لا يَحِلُّ ثَمَنُ الْكَلْبِ، وَلا حُلْوَانُ الْكَاهِنِ، وَلا مَهْرُ الْبَغِيِّ "
Telah menceritakan kepada kami Yuunus, ia berkata : Telah memberitakan Ibnu Wahb, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku Ma’ruuf bin Suwaid Al-Judzaamiy, bahwasannya ‘Aliy bin Rabaah pernah menceritakan kepada mereka, bahwasannya ia pernah mendengar Abu Hurairah berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Tidak halal uang hasil penjualan anjing, bayaran dukun, dan upah pelacur” [Diriwayatkan oleh Abu ‘Awaanah dalam Al-Mustakhraj 3/354-355 no. 5273; shahih].
[2]      Tentang pendapat Ishaaq (bin Rahawaih), ada nukilan lain yang menyatakan ia termasuk orang yang memberikan rukhshah dalam uang hasil penjualan anjing. Ibnul-Mundzir rahimahullah berkata :
وَرَخَّصَ فِي ثَمَنِ الْكَلْبِ إِبْرَاهِيمُ النَّخَعِيُّ، وَعَطَاءُ بْنُ أَبِي رَبَاحٍ، وَإِسْحَاقُ بْنُ رَاهُوَيْهِ، وَاحْتَجَّ بِأَنَّ عُثْمَانَ قَضَى بِثَمَنِهِ عَلَى قَاتِلِهِ
“Ibraahiim An-Nakha’iy, ‘Athaa’ bin Abi Rabbaah, dan Ishaaq bin Rahawaih memberikan rukhshah (keringanan) pada uang hasil penjualan anjing; dimana mereka berhujjah bahwa ‘Utsmaan pernah memutuskan orang yang membunuh anjing tersebut untuk mengganti uang yang senilai” [Al-Ausath no. 172].
Riwayat Ibraahiim rahimahullah adalah sebagai berikut :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ سَعِيدٍ، عَنْ إبْرَاهِيمَ، قَالَ: لَا بَأْسَ بِثَمَنِ كَلْبِ الصَّيْدِ "
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Wakii’, dari Sufyaan, dari Sa’iid, dari Ibraahiim, ia berkata : “Tidak mengapa dengan uang hasil penjualan anjing untuk berburu” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 6/246 no. 21312; shahih].
Riwayat ‘Athaa’ bin Abi Rabbaah rahimahullah adalah sebagai berikut :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّا بْنِ أَبِي زَائِدَةَ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عَطَاءٍ، قَالَ: إنْ قَتَلْتَ كَلْبًا لَيْسَ بِعَقُورٍ، فَاغْرَمْ لِأَهْلِهِ ثَمَنَهُ "
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Zakariyyaa bin Abi Zaaidah, dari Ibnu Juraij, dari ‘Athaa’, ia berkata : “Jika engkau membunuh anjing yang tidak buas, bayarlah ganti rugi uang kepada pemiliknya” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 6/247 no. 21314; shahih].
Pengecualian anjing yang digunakan untuk berburu juga merupakan pendapat Az-Zuhriy dan sebagian salaf lainnya rahimahumallah.
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي دَاوُدَ، قَالَ: ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ صَالِحٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي اللَّيْثُ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَقِيلٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، أَنَّهُ قَالَ: " إِذَا قُتِلَ الْكَلْبُ الْمُعَلَّمُ، فَإِنَّهُ يُقَوِّمُ قِيمَتَهُ فَيَغْرَمُهُ الَّذِي قَتَلَهُ "
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Daawud, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Shaalih, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Al-Laits, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku ‘Aqiil, dari Ibnu Syihaab, bahwasannya ia pernah berkata : “Apabila seekor anjing terlatih dibunuh, maka orang yang membunuhnya harus membayar uang ganti rugi yang senilai” [Diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy dalam Syarh Musykiilil-Aatsaar 4/59 no. 5730; hasan].
حَدَّثَنَا بَحْرٌ، قَالَ: ثنا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ بِلالٍ، عَنْ يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى ابْنِ حِبَّانَ الأَنْصَارِيِّ، قَالَ: كَانَ يُقَالُ يُجْعَلُ فِي الْكَلْبِ الضَّارِي إِذَا قُتِلَ أَرْبَعُونَ دِرْهَمًا "
Telah menceritakan kepada kami Bahr, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku Sulaimaan bin Bilaal, dari Yahyaa bin Sa’iid, dari Muhammad bin Yahyaa bin Hibbaan Al-Anshaariy, ia berkata : “Dulu dikatakan apabila seekor anjing untuk berburu dibunuh, maka ganti rugi yang mesti dibayar sebesar empatpuluh dirham” [Diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy dalam Syarh Musykiilil-Aatsaar 4/59 no. 5731; shahih].
[3]      Diriwayatkan oleh Ad-Daaruquthniy no. 3067; shahih.
[4]      Diriwayatkan oleh Ad-Daaruquthniy no. 3069; dla’iif.
[5]      Diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy dalam Syarh Musykiilil-Aatsaar 4/58 no. 5728; shahih.
[6]      Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa 6/6; shahih.

Comments

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum..
Apakah kucing termasuk jual beli yang terlarang juga ustad..??
bagaimana dengan kucing untuk penjaga tikus..??atau kucing untuk hias?
jazakallah khair

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Ya, tidak ada nash perkecualian tentang keucing.

wallaahu a'lam.

Anonim mengatakan...

ust, afiliasi situs http://abul-jauzaa.com/ kepada antm apa?
apa itu domain resmi antum?
krn nama yg posting bkn antm?

Anonim mengatakan...

web http://abul-jauzaa.com/ yg memposting artikelnya adalah salah seorang tim admin dari Yufid.com

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Web http://abul-jauzaa.com/ adalah versi berbayar dari blog ini. Legal. Web tersebut dibuat atas kebaikan rekan-rekan tim Yufid, jazaahumullahu khairan.

NB : Dikarenakan kurang familier dengan format wordpress, peng-update-an dilakukan oleh rekan Yufid. Dan melalui kolom komentar ini saya juga menyampaikan permintaan maaf jika kurang aktif meng-update web tersebut.

Anonim mengatakan...

ustadz, kalo memelihara anjing boleh ga?

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

عن ابن عمر، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (من اقتنى كلبا إلا كلب ماشية أو ضاري، نقص من عمله، كل يوم، قيراطان).

Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa memelihara anjing selain untuk menjaga ternak atau untuk berburu, akan berkurang (pahala) amalannya, setiap harinya sebesar dua qirath” [Diriwayatkan Muslim no. 1574].

Anonim mengatakan...

Telah menceritakan kepada kami Ishaaq bin Ibraahiim : Telah mengkhabarkan kepada kami Al-Waliid bin Muslim, dari Al-Auzaa’iy, dari Yahyaa bin Abi Katsiir : Telah menceritakan kepadaku Ibraahiim bin Qaaridh, dari As-Saa’id bin Yaziid : Telah menceritakan kepadaku Raafi’ bin Khudaij, dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Hasil penjualan anjing adalah khabiits (buruk/keji), upah pelacur adalah khabiits, dan hasil usaha tukang bekam adalah khabiits” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1568].



apakah yg dimaksud dengan hadist ini kalo kita tidak boleh membuka usaha bekam dikarenakan upah bekam itu khobiits (buruk/keji)

salam

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Silakan baca kembali artikel di atas.

Anonim mengatakan...

asalam.wr.wb usadz gimana dengan pernyataan ini, yang ana copy dari http://www.syariahonline.com/pencarian.php?mod=view&id=29297&key=kucing

Assalamu alaikum wr.wb.

Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Terkait dengan jual beli kucing Ibnul Mundzir berkata, "Umat (Ulama) sepakat bahwa boleh memilikinya." Lalu Ibn Abbas, al-Hasan, Ibn Sirin, Hamad, Malik, al-Tsauri, al-Syafii dan Ishak, Abu Hanifah serta yang lain membolehkan memperjualbelikan kucing.

Memang ada sebuah hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Muslim bahwa beliau melarang menjual anjing dan kucing.

Namun menurut al-Imam Nawawi maksudnya adalah kucing yang liar yang tidak bermanfaat.

Wallahu a'lam bish-shawab.

Wassalamu alaikum wr.wb.

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Yang menjadi pedoman adalah nash. Adapun nash, maka jual beli kecing adalah terlarang. Nash tidak mengecualikannya sebagaimana pengecualian itu ada pada nash tentang anjing.

wallaahu a'lam.

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum, ustad, bagaimana dgn hukum jual-beli kucing karena yg dijual adalah hasil dr pemeliharaannya, yang mana pembeliannya untuk mengganti biaya pakan, vaksinasi, obat2an dn proses pemeliharaannya dari kecil, bagaimana hukumnya?
Jazzakumullah