Assalaamu’alaika atau Assalaamu’alaikum Jika Objeknya Tunggal (Seorang Diri) ?


Sekitar 5 tahun yang lalu, saya dan beberapa rekan di salafyitb pernah memperbincangkan tentang shighah salam kepada objek tunggal. Assalaamu’alaka ataukah assalaamu’alaikum ?. Untuk mengulang dan menambahkan faedah yang ada, berikut akan dibahas kembali tema tersebut. Tentunya dengan ‘kemasan’ yang sedikit baru.
An-Nawawiy rahimahullah berkata :
يستحب أن يقول المبتدئ بالسلام:"السلام عليكم ورحمة الله وبركاته"فيأتي بضمير الجمع, وإن كان المسلم عليه واحداً, ويقول المجيب:"وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
“Disukai bagi seseorang yang memulai salam untuk mengucapkan : assalaamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh dengan dlamir (kata ganti) jamak, meskipun orang yang diberi salam seorang diri. Dan orang yang diucapkan salam menjawab : ‘wa ‘alaikumus-salaam wa rahmatullaahi wa barakaatuh” [Riyaadlush-Shaalihiin, hal. 274].

Kemudian Asy-Syaikh Ibnul-‘Utsaimiin rahimahullah memberikan komentar :
وهذه مسألة اختلف فيها العلماء هل إذا سلم على واحد يقول السلام عليك أم عليكم ؟ والصحيح أن يقول السلام عليك هكذا ثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم كما في حديث المسيء في صلاته أنه قال السلام عليك وأما ما استدل به المؤلف من حديث عمران فليس فيه دلالة لأن الرجل دخل مع النبي صلى الله عليه وسلم ومعه جماعة فسلم على الجميع فإذا كانوا جماعة فقل السلام عليكم وإذا كان واحدا فقل السلام عليك
“Permasalahan ini diperselisihkan para ulama, apakah seseorang jika mengucapkan salam kepada satu orang, ia mengatakan assalaamu’alaika ataukah assalaamu’alaikum ?. Yang benar, ia mengatakan assalaamu’alaika. Itulah yang tsabit dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana terdapat dalam hadits orang yang keliru dalam shalatnya. Orang itu berkata : ‘assalaamu’alaika’. Adapun hadits yang dijadikan dalil oleh muallif (yaitu An-Nawawiy) dari hadits ‘Imraan, tidak ada penunjukan padanya, karena orang itu masuk dimana Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersama dengan jama’ah shahabat, lalu orang itu mengucapkan salam kepada semuanya. Maka apabila objeknya jama’ah, maka ucapkanlah assalaamu ‘alaikum. Dan apabila seorang diri, ucapkanlah assalaamu’alaika” [Syarh Riyaadlush-ShaalihiinFree Program from islamspirit].
Pada kesempatan lain, beliau (Asy-Syaikh Ibnul-‘Utsaimiin rahimahullah) pernah ditanya :
ما هي صيغة السلام؟
“Bagaimana shighah ucapan salam itu ?”.
Beliau menjawab :
السلام أن تقول: السلام عليك إذا كان واحداً، والسلام عليكم إذا كانوا جماعة.
الدليل: أن رجلاً جاء فدخل المسجد وصلى صلاةً لا يطمئن فيها، ثم جاء إلى الرسول صلى الله عليه وسلم، فقال: (السلام عليك يا رسول الله! فرد عليه السلام، وقال: ارجع فصل فإنك لم تص).
وإذا كنت تخاطب اثنين فقل: السلام عليكم لأنه يجوز مخاطبة الاثنين بصيغة الجمع، .....
“Salam itu, engkau mengatakan assalaamu ‘alaika apabila objeknya seorang diri, dan assalaamu’alaikum apabila objeknya jama’ah.
Dalilnya adalah ada seorang laki-laki datang dan masuk ke masjid lalu mengerjakan shalat tanpa thuma’ninah. Kemudian ia mendatangi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan berkata : “Assalaamu’alaika wahai Rasulullah”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab salamnya lalu bersabda : “Kembalilah dan (ulangilah) shalat, karena sesungguhnya engkau belum shalat”.
Apabila engkau berbicara pada objek dua orang, maka ucapkanlah : ‘assalaamu’alaikum’, karena diperbolehkan pengucapan terhadap dua orang dengan shighah jamak.....” [Duruus wa Fataawaa Al-Haram Al-Madaniy, 1/81].
Tidak dipungkiri, banyak hadits dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan shighah salam dengan dlamir tunggal : assalaamu’alaika. Di antaranya adalah yang disebutkan oleh Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimiin rahimahullah di atas. Namun pertanyaannya : “Apakah memang ucapan assalaamu’alaika kepada objek tunggal itu lebih tepat dibandingkan assalaamu’alaikum ?.
Abul-Jauzaa’ berkata :
Bahkan yang dikatakan oleh An-Nawawiy rahimahullah di atas adalah benar berdasarkan keberadaan hadits lain yang shahih dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkannya.
أَخْبَرَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ يَعْقُوبَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الْوَارِثِ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، قَالَ: حَدَّثَنَا الْجُرَيْرِيُّ، عَنْ أَبِي السَّلِيلِ، عَنْ أَبِي تَمِيمَةَ، عَنْ جَابِرِ بْنِ سُلَيْمٍ، قَالَ: لَقِيتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ: عَلَيْكُمُ السَّلامُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: " عَلَيْكَ السَّلامُ، تَحِيَّةُ الْمَيِّتِ، السَّلامُ عَلَيْكُمْ " ثَلاثًا، أَيْ هَكَذَا فَقُلْ
Telah mengkhabarkan kepada kami Ibraahiim bin Ya’quub, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdush-Shamad bin ‘Abdil-Waarits, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ayahku, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Al-Jurairiy, dari Abus-Saliil, dari Abu Tamiimah, dari Jaabir bin Sulaim, ia berkata : Aku pernah berjumpa dengan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Aku ucapkan kepada beliau : “‘Alaikumus-salaam, wahai Rasulullah”. Beliau bersabda : “’Alaikas-salaam adalah salam penghormatan buat orang yang mati. (Tapi ucapkanlah) : ‘assalaamu’alaikum – beliau mengatakannya tiga kali”. Yaitu, begitulah yang seharusnya, maka ucapkanlah [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy dalam Al-Kubraa no. 10072; sanadnya shahih].
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ، نا مُؤَمَّلُ بْنُ إِهَابٍ، وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَرِيرٍ، نا مُحَمَّدُ بْنُ إِدْرِيسَ، قَالا: نا سَعِيدُ بْنُ مَرْوَانَ الرَّهَاوِيُّ، وَقَالَ مُؤَمَّلٌ حَدَّثَنَا وَاللَّفْظُ لَهُ، سَعِيدُ بْنُ عُثْمَانَ الأَزْدِيُّ قَالَ: نا عِصَامُ بْنُ بَشِيرٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ: " السَّلامُ عَلَيْكُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: وَعَلَيْكَ السَّلامُ، مِنْ أَيْنَ أَقْبَلْتَ؟. قَالَ: قُلْتُ: أَنَا وَافِدُ قَوْمِي مِنْ بَنِي الْحَارِثِ بْنِ كَعْبٍ، قَالَ: مَرْحَبًا بِكَ، مَا اسْمُكَ؟. قُلْتُ: أَكْبَرُ، قَالَ: بَلْ أَنْتَ بَشِيرٌ. فَسَمَّاهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَشِيرًا "
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Muhammad : Telah mengkhabarkan kepada kami Muammal bin Ihaab. Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Jariir : Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Idriis, mereka berdua berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Sa’iid bin Marwaan Ar-Rahhaabiy – Muammal berkata : Telah menceritakan kepada kami, dan lafadh hadits ini miliknya – Sa’iid bin ‘Utsmaan Al-Azdiy : Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Ishaam bin Basyiir, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ayahku, ia berkata : Aku pernah mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Aku berkata : “Assalaamu’alaikum wahai Rasulullah”. Beliau menjawab : “Wa’alaikas-salaam, dari mana engkau ?”. Aku menjawab : “Aku adalah utusan kaumku dari Bani Al-Haarits bin Ka’b”. Beliau menjawab : “Selamat datang. Siapakah namamu ?”. Aku menjawab : “Akbar”. Beliau bersabda : “Namun namamu (aku ubah menjadi) Basyiir”. Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menamainya dengan Basyiir [Diriwayatkan oleh Ibnul-Qaani’ dalam Mu’jamush-Shahaabah no. 156; sanadnya hasan].
Dikuatkan juga oleh praktek beberapa orang shahabat radliyallaahu ‘anhum ajma’iin dan para ulama setelahnya, di antaranya :
أَخْبَرَنَا أَبُو جَعْفَرٍ الْقَارِيُّ، قَالَ: كُنْتُ مَعَ بْنِ عُمَرَ، فَكَانَ يُسَلِّمُ عَلَيْهِ، فَيَقُولُ: السَّلامُ عَلَيْكُمْ، فَيَقُولُ مِثْلَ مَا يُقَالُ لَهُ.
Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Ja’far Al-Qaariy, ia berkata : Aku pernah bersama Ibnu ‘Umar. Ada seseorang yang mengucapkan salam kepadanya dengan berkata : ‘assalaamu’alaikum’, maka Ibnu ‘Umar membalas salam semisal yang diucapkan kepadanya” [Diriwayatkan oleh Maalik no. 910; sanadnya shahih].
حَدَّثَنَا مَطَرٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا بِسْطَامٌ، قَالَ: سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ بْنَ قُرَّةَ، قَالَ: قَالَ لِي أَبِي: " يَا بُنَيَّ، إِذَا مَرَّ بِكَ الرَّجُلُ فَقَالَ: السَّلامُ عَلَيْكُمْ، فَلا تَقُلْ: وَعَلَيْكَ، كَأَنَّكَ تَخُصُّهُ بِذَلِكَ وَحْدَهُ، فَإِنَّهُ لَيْسَ وَحْدَهُ، وَلَكِنْ قُلِ: السَّلامُ عَلَيْكُمْ "
Telah menceritakan kepada kami Mathar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Rauh bin ‘Ubaadah, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Bisthaam, ia berkata : Aku mendengar Mu’aawiyyah bin Qurrah berkata : Telah berkata kepadaku ayahku : “Wahai anakku, apabila seseorang melewatimu dan berkata : ‘Assalaamu’alaikum’. Jangan engkau katakan : wa’alaika, yang seakan-akan engkau mengkhususkan ucapan itu kepadanya seorang diri; karena sesungguhnya ia tidak seorang diri. Ucapkanlah : Assalaamu’alaikum” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy dalam Al-Adabul-Mufrad no. 1037; sanadnya shahih].
Diriwayatkan juga oleh Ibnu Abi Syaibah no. 26089.
عَنِ الثَّوْرِيِّ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: " إِذَا دَخَلْتَ الْمَسْجِدَ، فَسَلِّمْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِذَا دَخَلْتَ عَلَى أَهْلِكَ قُلْ: السَّلامُ عَلَيْكُمْ، وَإِذَا دَخَلْتَ بَيْتًا لَيْسَ فِيهِ أَحَدٌ فَقُلِ: السَّلامُ عَلَيْنَا، وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ "
Dari Ats-Tsauriy, dari Al-A’masy, dari Ibraahiim (An-Nakhaaiy), ia berkata : “Apabila engkau masuk masjid, ucapkan salam kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Apabila engkau masuk menemui istri/keluargamu, ucapkanlah ‘assalaamu ‘alaikum’. Apabila engkau masuk rumah yang kosong tidak ada orangnya, ucapkanlah assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish-shaalihiin” [Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq no. 1668; sanadnya shahih].
حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: إِذَا سَلَّمَ الرَّجُلُ عَلَى الرَّجُلِ، وَإِنْ كَانَ وَحْدَهُ، فَلْيَقُلْ: السَّلامُ عَلَيْكُمْ، يَعْنِي: مَعَهُ الْمَلائِكَةُ "
Telah menceritakan kepada kami Abu Mu’aawiyyah, dari Al-A’masy, dari Ibraahiim (An-Nakha’iy), ia berkata : “Apabila seseorang mengucapkan kepada orang lain, meskipun hanya satu orang saja; hendaklah ia mengatakan : assalaamu ‘alaikum – yaitu : bersamanya malaikat” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah no. 26096; sanadnya shahih].
حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الرُّؤَاسِيُّ، عَنْ حَسَنِ بْنِ صَالِحٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْتَشِرِ، عَنْ خَالِدِ بْنِ الصَّلْتِ، قَالَ: دَخَلَ ابْنُ سِيرِينَ عَلَى ابْنِ هُبَيْرَةَ، فَقَالَ: السَّلامُ عَلَيْكُمْ "، فَقَالَ ابْنُ هُبَيْرَةَ: مَا هَذَا السَّلامُ؟، فَقَالَ: " هَكَذَا كَانَ يُسَلَّمُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "
Telah menceritakan kepada kami Humaid bin ‘Abdirrahmaan Ar-Ruaasiy, dari Hasan bin Shaalih, dari Ibraahiim bin Muhammad bin Al-Muntasyir, dari Khaalid bin Ash-Shalt, ia berkata : Ibnu Siiriin masuk menemui Ibnu Hubairah. Ia berkata : “Assalaamu’alaikum”. Ibnu Hubairah berkata : “Salam macam apakah ini ?[1]”. Ibnu Siriiin menjawab : “Begitulah yang dulu orang mengucapkan salam kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah no. 26091].
Riwayat ini lemah dengan sebab Khaalid bin (Abi) Ash-Shalt. Namun riwayat di atas dikuatkan oleh riwayat berikut :
عَنْ أَيُّوبَ، أَنَّ ابْنَ سِيرِينَ دَخَلَ عَلَى ابْنِ هُبَيْرَةَ فَلَمْ يُسَلِّمْ عَلَيْهِ بِالإِمَارَةِ، قَالَ: " السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ "
Dari Ayyuub, bahwasannya Ibnu Siiriin masuk menemui Ibnu Hubairah tanpa mengucapkan salam kepadanya dengan hal yang berkaitan dengan kedudukannya. Ibnu Siiriin (hanya) mengatakan : “Assalaamu ‘alaikum”  [Diriwayatkan oleh Ma’mar dalam Jaami’-nya no. 19456; sanadnya shahih].
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنِ ابْنِ عَوْنٍ، قَالَ: " كَانَ مُحَمَّدٌ يَكْرَهُ أَنْ يَقُولَ: السَّلامُ عَلَيْكَ، حَتَّى يَقُولَ: السَّلامُ عَلَيْكُمْ "
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abi ‘Adiy, dari Ibnu ‘Aun, ia berkata : “Muhammad (bin Siiriin) tidak suka seseorang mengatakan assalaamu’alaika, hingga ia mengatakan : assalaamu’alaikum” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah no. 26095; sanadnya shahih].
وَقَالَ الليث بن سعد: " أَحَبُّ إِلَيَّ أَنْ تَقُولَ: السَّلامُ عَلَيْكُمْ، كَيْفَ أَنْتُمْ "
Telah berkata Al-Laits bin Sa’d : “Hal yang paling aku sukai buat diriku, engkau mengatakan : assalaamu’alaikum, bagaimana kabarmu ?” [Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Wahb dalam Al-Jaami’ no. 273; sanadnya shahih].
Jadi kesimpulannya, baik dengan shighah tunggal (assalaamu’alaika) ataupun jamak (assalaamu’alakum), keduanya boleh diucapkan.
Wallaahu a’lam.
Semoga ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’ – wonokarto, wonogori, 05052012].


[1]      Maksudnya, Ibnu Hubairah rahimahullah menanyakan kenapa Ibnu Siiriin tidak mengucapkan salam berkaitan dengan kedudukannya sebagai pejabat Khaalifah, dan hanya mengatakan assalaamu’alaikum saja.

Comments

Yanto Abdullah mengatakan...

Subhanallah...syukron ustadz, penjelasannya sangat bermanfaat dan sangat memuaskan..

Baarakallahu fik