Allah ta’ala berfirman :
وَلِلَّهِ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
“Hanya milik Allah Al-Asmaa’ul-Husnaa (nama-nama yang indah), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Al-Asmaaul-Husnaa itu” [QS. Al-A’raaf : 180].
اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ لَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى
“Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai Al-Asmaaul-Husnaa (nama-nama yang baik)” [QS. Thaha : 8].
Merupakan satu kepastian dalam syari’at Islam bahwa Allah ta’ala mempunyai nama-nama yang baik yang mengandung kesempurnaan. Oleh karena itu, kita disyari’atkan berdoa dengan menyebut nama-nama tersebut dan menyandarkannya kepada Allah, seperti misal :
يا رحمن، ارحمني
“Wahai (Dzat) Yang Maha Pemurah, rahmatilah aku”.
Ini selaras dengan firman Allah ta’ala :
قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى وَلا تَجْهَرْ بِصَلاتِكَ وَلا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلا
“Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaulhusna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu" [QS. Al-Israa’ : 110].
Dan salah satu kaedah penting yang harus dipegang dalam hal ini bahwa Al-Asmaaul-Husnaa itu tidak boleh ditetapkan kecuali berdasarkan dalil. Bukan berdasarkan rasio, apalagi sampai ngarang-ngarang. Oleh karena itu, kita tidak boleh menyebut Allah ta’ala dengan sebutan Haniif (yang lurus), Sadiid (yang benar), atau yang semisal – meskipun nama-nama itu kita pandang baik artinya - , karena semua itu tidak berlandaskan dalil. Kita tidak dapat mengetahui Allah ta’ala, kecuali Ia memberitahukannya melalui perantara Al-Qur’an atau melalui perantaraan Rasul-Nya dalam sunnahnya yang shahih.
Ada satu hal yang berbeda antara Ahlus-Sunnah dan Syi’ah yang saya rasa perlu saya report dalam Blog ini. Faathimah – nama istri ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhumaa – menurut Syi’ah merupakan salah satu nama dari nama-nama Allah yang baik (Al-Asmaa’ul-Husnaa). Berikut beberapa perkataan mereka :
وفاطمة اسم من اسماء الله الحسنى ، واشتقّ اسمها من الفاطر ، فلا يقاس بها أحد بعد أبيها خاتم النبيّين وبعلها سيّد الوصيّين
“Dan Faathimah adalah salah satu nama dari nama-nama Allah yang baik. Faathimah merupakan turunan dari kata Al-Faathir. Tidak boleh diqiyaskan dengannya seorang pun sepeninggal ayahnya khaatamun-nabiyyiin (penutup para Nabi) dan suaminya sayyidul-washiyyiin” [sumber : http://www.al-shia.org/html/ara/books/lib-aqaed/fatemeh/8.htm].
وهي بذاتها اسم من الأسماء الحسنى توسل به آدم ( عليه السلام ) فنجى
“Dan ia (Faathimah) dengan dzatnya merupakan salah satu nama dari nama-nama (Allah) yang baik, dimana Aadam ‘alaihis-salam telah bertawassul dengannya yang kemudian ia selamat” [sumber : http://www.mezan.net/zahraa/khasaes/10.html].
ورد في بعض الأحاديث أن اسم فاطمة مأخوذ من اسم الله عز وجل وهو ( الفاطر ) فإن من أسماء الله الحسنى (الفاطر) أي فاطر السموات والأرض .....
“Terdapat dalam sebagian hadits-hadits[1] bahwasannya nama Faathimah diambil dari nama Allah ‘azza wa jalla, yaitu Al-Faathir. Sesungguhnya termasuk nama-nama Allah yang indah adalah Al-Faathir, yaitu Yang menciptakan langit-langit dan bumi....” [sumber : http://www.alradhy.com/?act=artc&id=269].
Anda dapat saksikan dan dengarkan penjelasan ulama Syi’ah dalam tayangan video berikut :
[Perhatikan perkataan ulama Syi’ah tersebut (dengan dialek Persi) : “Faathimah ism min asmaai-llaahil-husnaa”].
Jika orang Syi’ah mengatakan bahwa kata Faathimah merupakan musytaq dari kata Faathir, terus terang saya belum paham bagaimana itu bisa (dalam tinjauan bahasa ‘Arab). Mungkin ada di antara Pembaca yang dapat menjelaskan ?.
Anyway, jangan heran jika Anda mendengar orang Syi’ah berdoa : “Wahai Faathimah, berilah aku rizki, selamatkanlah aku....dst.. Atau Anda membaca atau mendengar ada orang Syi’ah bernama ‘Abdu Faathimah (hamba Faathimah) atau ‘Abduz-Zahraa’ (hamba Az-Zahraa’).
Bagi Ahlus-Sunnah, itu merupakan kesyirikan. Beda halnya dengan Syi’ah yang menganggapnya satu ibadah dan kemuliaan.
Allaahul-musta’aan.
[abul-jauzaa’ – perum ciomas permai, ciapuas, ciomas, bogor - dzulhijjah 1432 H].
Comments
Semoga saja tidak ada lg si habib palsu yg dateng cuma buat bikin rusuh, hehehe.
Or...ustad...klo dia dateng, mohon disuruh menjelaskan :
"Jika orang Syi’ah mengatakan bahwa kata Faathimah merupakan musytaq dari kata Faathir, terus terang saya belum paham bagaimana itu bisa (dalam tinjauan bahasa ‘Arab)"
Terus terang ana jg ga ngerti kenapa Fathimah tau2 bisa nyambung ke Fathir, kaidah maksa ga sih? hihihii....
afwan., gmn menurut ust tntng tulisan ini :
http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/tanda-tanda-kiamat-di-masjidil-haram.htm
faathimah...musytaq dari faathir ???? ha..ha...
lebih kocak lagi kalo ternyata masih ada juga orang yang tertipu dengan ajaran syi'ah... kasihan... mungkin karena "iming-iming" yang lain kali ya?
syiah-syiah...hufff...
Ada blog Syi'ah baru yang membantah tulisan di atas. Tapi setelah saya baca-baca, saya menjadi tidak mengerti, apa yang ia bantah dari artikel di atas. Penulis Syi'ah yang hilang akal sehatnya itu mengatakan saya pendusta dengan artikel di atas. Setelah saya pikir-pikir, dimana letak kedustaan saya ?. Di artikel yang ditulis orang Syi'ah itu pun tidak jelas menunjukkannya. Dan sebenarnya, penulis Syi'ah itu sedang menuliskan keyakinannya saja.
Anyway,.... konsentrasi tulisan orang Syi'ah itu pada bahasan Faathimah merupakan musytaq dari Al-Faathir. Itu telah saya informasikan melalui artikel di atas. Katanya, Faathimah itu musytaq secara makna, bukan secara bahasa; karena yang ditekankan di situ adanya persamaan sebagian makna.
Kata فطم dalam bahasa 'Arab dapat berarti memutuskan atau memotong. Begitu juga dengan فطر yang bisa bermakna membelah, merobek, atau menjadi sesuatu menjadi dua. Dua kata itu memang mirip. Tapi apa ya benar kata orang-orang Syi'ah itu bahwa Faathimah merupakan isim musytaq dari Al-Faathir ?. Apakah setiap kata yang mirip atau serupa maknanya bisa disebut dengan musytaq satu dengan yang lainnya ?. Kok terkesan maksa banget ya. Anda tidak akan mendapati hubungan kalimat Faathimah dengan Al-Faathir dalam konteks di atas, kecuali dalam agama Syi'ah saja. Apalagi nyambung-nyambung ke Al-Asmaa'ul-Husnaa, yang kita boleh berdoa dengannya.
kenapa ust ngga bantah aja tulisan orang syiah itu di blognya? kenapa harus di sini, capek ni mondar-mandir. kayaknya di sana ngga pake moderasi, udah hantam aja mereka stad!
berikut beberapa manuskrip syi'ah yang ada di perpustakaan digital princeton, bisa dibaca secara online dan diunduh kitabnya. http://library.princeton.edu/projects/islamic/shiah.html
Bismillah. ustadz, bgm dgn nama/laqob Az-Zahra', apakah shahih penambahan nama/laqob az-Zahra' untuk fathimah? ataukah yg benar Az-Zahrah (bunga)?? syukron..
Sepengetahuan saya, tidak ada lafadh shahih tentang laqab itu. wallaahu a'lam.
Kalau dikatakan kalimat fatimah itu musytaq dari kalimat fathir, itu ditinjau bukan dari bahasa Arab, tapi dari ilmu "cok gali cok, digali-gali cocok" (minjam istilah Ust. Zainal Abidin, Lc)
Posting Komentar