Melanjutkan pembahasan di artikel Shahih Hadits Mu’aawiyyah bin Al-Hakam Tentang ‘Dimana Allah, pada kesempatan kali ini saya akan membawakan jalan riwayat lain yang dibawakan oleh Maalik bin Anas rahimahullaah dalam kitab Al-Muwaththa’ tentang hadits Jaariyyah. Sebagaimana diketahui, bahwa kitab Al-Muwaththa’ mempunyai kedudukan yang tinggi di kalangan muhadditsiin, bahkan ia disebut sebagai pokok pertama dalam kitab-kitab hadits sebelum Shahih Al-Bukhaariy – sebagaimana dikatakan Ibnul-‘Arabiy [‘Aaridlatul-‘Ahwadziy, 1/5]. Hadits-hadits yang disebutkan dalam Al-Muwaththa’ merupakan hujjah yang dipakai oleh Al-Imaam Maalik bin Anas rahimahullah.
Berikut yang tertera dalam Al-Muwaththa’ (4/35 no. 1601, tahqiq : Saalim Al-Hilaaliy & 5/1128-1129 no. 2875, tahqiq : Muhammad Mushthafa Al-A’dhamiy) :
Berikut yang tertera dalam Al-Muwaththa’ (4/35 no. 1601, tahqiq : Saalim Al-Hilaaliy & 5/1128-1129 no. 2875, tahqiq : Muhammad Mushthafa Al-A’dhamiy) :
حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ هِلَالِ بْنِ أُسَامَةَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْحَكَمِ أَنَّهُ قَالَ : أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ جَارِيَةً لِي كَانَتْ تَرْعَى غَنَمًا لِي فَجِئْتُهَا وَقَدْ فُقِدَتْ شَاةٌ مِنْ الْغَنَمِ فَسَأَلْتُهَا عَنْهَا فَقَالَتْ أَكَلَهَا الذِّئْبُ فَأَسِفْتُ عَلَيْهَا وَكُنْتُ مِنْ بَنِي آدَمَ فَلَطَمْتُ وَجْهَهَا وَعَلَيَّ رَقَبَةٌ أَفَأُعْتِقُهَا فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيْنَ اللَّهُ فَقَالَتْ فِي السَّمَاءِ فَقَالَ مَنْ أَنَا فَقَالَتْ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْتِقْهَا
Telah menceritakan kepadaku Maalik, dari Hilaal bin Usaamah, dari ‘Atha’ bin Yasaar, dari ‘Umar bin Al-Hakam, bahwasannya ia berkata : "Aku menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata : "Wahai Rasulullah, budak perempuanku mengembala kambing milikku. Saat aku mendatanginya, ternyata kambingku telah hilang satu ekor. Lalu aku tanyakan kepadanya (tentang hal tersebut), ia menjawab : ‘Kambing itu telah dimakan serigala’. Aku merasa menyesal dengan kejadian tersebut, dan aku hanyalah manusia biasa, maka aku pun menampar wajahnya. Aku memiliki seorang budak, maka apakah aku harus memerdekakannya?". Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam lantas bertanya kepada budak tersebut : "Di mana Allah?". Ia menjawab : "Di langit". Beliau bertanya lagi : "Siapakah aku?". Ia menjawab : "Engkau Rasulullah". Lalu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Bebaskanlah ia !” [selesai].
Ada hal yang perlu diperhatikan dalam sanad riwayat di atas. Al-Imam Maalik rahimahullah telah keliru saat menyebutkan ujung sanad hadits di atas dengan ‘Umar bin Al-Hakam. Dan ini telah dikoreksi oleh sejumlah ulama, di antaranya :
1. Al-Imaam Asy-Syaafi’iy rahimahullah.
Beliau juga meriwayatkan hadits ini dari jalan Imam Maalik, lalu berkata terkait penyebutan ‘Umar bin Al-Hakam :
وهو معاوية بن الحكم، وكذلك رواه غير مالك، وأظنه مالك لم يحفظ اسمه
“Ia adalah Mu’aawiyyah bin Al-Hakam. Dan seperti itulah yang diriwayatkan perawi lain selain Maalik. Aku kira, Maalik tidak hapal nama perawi itu” [lihat Ar-Risaalah, hal. 76 no. 243, tahqiq Ahmad Syaakir. Lihat pula Al-Umm, 6/707 no. 2617, tahqiq : Rif’at Fauziy ‘Abdul-Muthallib].
2. Imaam Muslim rahimahullah.
Beliau dalam At-Tamyiiz sebagaimana terdapat dalam Athraaf Al-Muwaththa’ berkata :
ومعاوية بن الحكم مشهور برواية هذا الحديث في قصة الجارية والكهان والطيرة، قال : ولا نعلم أحدًَا سماه (عمر) إلا مالك، حتى وهم فيه
“Dan Mu’aawiyah bin Al-Hakam masyhuur dengan riwayat hadits ini dalam kisah Jaariyyah, dukun, dan thiyarah. Kami tidak mengetahui seorang pun yang menamakannya ‘Umar kecuali Maalik, sehingga ia mengalami keraguan di dalamnya”.
3. Al-Imaam Ad-Daaruquthniy rahimahullah.
Beliau berkata saat mengomentari beberapa perselisihan dan tarjih jalan-jalan riwayat Mu’aawiyyah bin Al-Hakam berkata :
ورواه مالك بن أنس عن هلال، ووهم فيه فقال : عن عطاء بن يسار عن عمر بن الحكم، وذلك مما يعتد به على مالك في الوهم
“Dan diriwayatkan oleh Maalik bin Anas dari Hilaal, dan ia mengalami keraguan di dalamnya. Ia berkata : ‘Dari ‘Athaa’ bin Yasaar, dari ‘Umar bin Al-Hakam’. Itu terhitung sebagai bagian dari keraguan/kekeliruan Maalik (dalam periwayatan)” [Al-‘Ilal, 6/82].
4. Al-Haafidh Ibnu Hajar rahimahullah.
Beliau berkata :
وأكثر الرواة عن مالك يقولون : عمر بن الحكم، وهو من أوهام مالك في اسمه.
“Kebanyakan para perawi (yang meriwayatkan) dari Maalik berkata : ‘Umar bin Al-Hakam. Ini termasuk keragu-raguan Maalik dalam (penyebutan) namanya” [At-Talkhiishul-Habiir, 3/222].
5. Dan lain-lain.
Ada pendapat lain, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abdil-Barr, bahwa kekeliruan/keraguan (wahm) itu berasal dari Hilaal.
Namun yang benar – wallaahu a’lam - , keraguan (wahm) tersebut berasal dari Maalik bin Anas sebagaimana dikatakan jumhur muhadditsiin. Hal ini dikuatkan oleh riwayat Al-Baihaqiy [As-Sunan Al-Kubraa, 7/387] dan ‘Utsmaan bin Sa’iid Ad-Daarimiy [Ar-Radd ‘alal-Jahmiyyah, hal. 38-39 no. 62] – dengan sanad shahih – yang membawakan riwayat Maalik tentang hadits Jaariyyah yang berasal dari Yahyaa bin Yahyaa dari Maalik; dengan menyebutkan Mu’aawiyyah bin Al-Hakam.
Namun, apapun itu, tidaklah membuat hadits ini menjadi lemah karena kekeliruan Maalik dengan menyebut ‘Umar bin Al-Hakam. Tidak ada ulama yang melemahkan hadits Maalik ini, kecuali penyebutan wahm sebagaimana telah dituliskan di atas. Dan itu telah dikoreksi sejumlah ulama. Oleh karena itu, hadits Maalik ini shahih dengan tartib sanad : Maalik bin Anas, dari Hilaal bin Usamah, dari ‘Atha’ bin Yasaar, dari Mu’aawiyyah bin Al-Hakam radliyallaahu ‘anhu.
Al-Imaam Asy-Syaafi’iy berhujjah dengan hadits di atas pada kitab Al-Umm dalam masalah pembebasan budak, tanpa mengatakan adanya kelemahan.
Walhasil, hadits ini adalah shahih, tidak ada idlthiraab di dalamnya sebagaimana klaim As-Saqqaaf dan para muqallid-nya.
Semoga sedikit yang ditulis ini ada manfaatnya.
[abu al-jauzaa’ al-atsariy – sasi ruwah taun 1431 – banyak mengambil faedah dari penjelasan Asy-Syaikh Saliim Al-Hilaaliy hafidhahullah].
Comments
Posting Komentar