Sifat Dua Tangan Allah (يد الله)


[Abul-Hasan Al-Asy’ariy rahimahullah berkata : ]
وأن له يدين بلا كيف كما قال : { خَلَقْتُ بِيَدَيَّ } [ سورة ص ، الآية : 75 ] .
وكما قال : { بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ } [ سورة المائدة ، الآية : 64 ] .
“Bahwasannya Allah mempunyai dua tangan tanpa perlu ditanyakan bagaimananya (kaifiyah-nya), sebagaimana firman-Nya : ‘Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku’, dan juga sebagaimana firman-Nya : ‘Akan tetapi kedua tangan-Nya terbuka”.

Makna Bahasa :
[بلا كيف] : Tanpa menggambarkan bagaimananya secara spesifik bagi sifat Allah tersebut.
Penjelasan :
Penetapan sifat dua tangan terdapat dalam beberapa tempat dalam Kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dalil dari Kitabullah, telah disebutkan muallif (Abul-Hasan Al-Asy’ariy) sebagian di antaranya. Adapun dalil dari sunnah, Al-Bukhariy rahimahullah telah memuatnya dalam kitab Shahih-nya, bab : qaulullaahu ta’ala : limaa khalaqtu bi-yadaiy (Bab : Firman Allah ta’ala : ‘kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku’), yang merupakan bagian dari Kitaab At-Tauhiid. Ia (Al-Bukhaariy) membawakan sejumlah hadits shahih yang kesemuanya menetapkan sifat dua tangan Allah ta’ala. Di antaranya adalah hadits Anas bin Maalik secara marfu’ tentang asy-syafaa’atul-‘udhmaa, yang padanya terdapat perkataan :
« يجتمع المؤمنون يوم القيامة فيقولون : لو استشفعنا إلى ربنا يُرِحْنا من مكاننا هذا ، فيأتون آدم فيقولون : يا آدم ، أما ترى الناس ؟ خلقك الله بيده وأسجد لك ملائكته وعلمك أسماء كل شيء ، اشفع لنا إلى ربك »
“Pada hari kiamat Allah mengumpulkan orang-orang mukmin. Lalu mereka berkata : 'Seandainya saja kita meminta syafaat kepada Rabb kita sehingga Dia bisa menjadikan kita merasa aman dari tempat kita sekarang ini ?’. Kemudian mereka menemui Adam dan berkata : ‘Wahai Adam, bukankah engkau menyaksikan (keadaan) manusia ? Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya, menjadikan para malaikat sujud kepadamu, dan mengajarkan kepadamu nama-nama segala sesuatu. Oleh karena itu, berikanlah syafa’at kepada kami kepada Rabb-mu”.[1]
Dan juga hadits Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa yang padanya terdapat perkataan :
« إن الله يقبض يوم القيامة الأرض وتكون السماوات بيمينه ثم يقول : أنا الملك »
Sesungguhnya Allah akan menggenggam bumi pada hari kiamat dan langit-langit berada di tangan kanan-Nya, lalu berfirman : ‘Aku adalah Raja”.[2]
Dan juga hadits Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, yang di dalamnya terdapat sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
« يد الله ملأى لا يغيضها نفقة سحَّاء الليل والنهار »
“Tangan Allah selalu penuh, tidak kurang karena memberi nafkah, dan selalu dermawan baik malam maupun siang".[3]
Nash-nash yang telah disebutkan di atas merupakan dalil penetapan (sifat) dua tangan bagi Allah subhaanahu wa ta’ala, tidak boleh di-ta’wil sedikitpun. Tidak mungkin memahami dua tangan kecuali dengan (makna) hakekatnya. Barangsiapa yang tidak membawa makna sifat dua tangan sesuai hakekatnya, maka ia seorang mu’aththil (orang yang menafikkan sifat Allah) terhadap sifat tersebut. Al-Imam Abu Haniifah rahimahullah secara jelas mengatakan bahwa siapa saja yang tidak membawa nash-nash sesuai dengan (makna) hakekatnya, serta men-ta’wil-kan sifat dua tangan dengan kekuasaan (al-qudrah) atau nikmat (an-ni’mah), sungguh ia telah mengingkari sifat itu sendiri.
Beliau (Abu Hanifah) telah berkata :
ولا يقال إن يده قدرته أو نعمته لأن فيه إبطال الصفة ، وهو قول أهل القدر والاعتزال ، ولكن يده صفة بلا كيف
“Tidak boleh untuk dikatakan : Sesungguhnya (makna) tangan-Nya adalah kekuasaan-Nya atau nikmat-Nya, karena di dalamnya mengandung pengingkaran terhadap sifat (Allah). Ia adalah perkataan orang-orang Qadariyyah dan Mu’tazillah. Akan tetapi tangan-Nya adalah sifat yang tidak boleh ditanyakan bagaimananya (kaifiyah-nya)”.[4]
Ibnu Baththaal berkata saat memberikan bantahan terhadap orang yang menta’wilkan sifat dua tangan dengan kekuasaan atau nikmat :
ويكفي في الرد على من زعم أنهما بمعنى القدرة أنهم أجمعوا على أن له قدرة واحدة في قول المثبتة ولا قدرة له في قول النفاة . . ويدل على أن اليدين ليستا بمعنى القدرة أن قوله تعالى لإبليس : { مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ } [ سورة ص ، الآية : 75 ] إشارة إلى المعنى الذي أوجب السجود ، فلو كانت بمعنى القدرة لم يكن بين آدم وإبليس فرق لتشاركهما فيما خلق كل منهما به وهي قدرته ، ولقال إبليس : وأي فضيلة له عليَّ وأنا خلقتني بقدرتك ، كما خلقته بقدرتك فلما قال : { خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ } [ سورة ص ، الآية : 76 ] دل على اختصاص آدم بأن الله خلقه بيديه قال : ولا جائز أن يراد باليدين النعمتان لاستحالة خلق المخلوق بمخلوق لأن النعم مخلوقة
“Cukuplah bantahan bagi orang yang berkata tangan Allah bermakna kekuasaan, bahwasannya mereka sepakat Allah mempunyai kekuasaan yang satu menurut pendapat yang menetapkan, dan tidak mempunyai kekuasaan menurut pendapat yang menafikkannya…. Dan hal yang menunjukkan Allah mempunyai dua tangan yang tidak bermakna kekuasaan adalah firman Allah ta’ala kepada Iblis : ‘Apa yang menghalangimu untuk bersujud kepada manusia yang Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku ?’ (QS. Shaad : 75); sebagai isyarat kepada makna yang mewajibkan syaithan untuk sujud (kepada Adam). Seandainya tangan itu bermakna kekuasaan, niscaya tidak akan ada bedanya antara Adam dan Iblis karena persamaan antara keduanya dalam penciptaan, yaitu karena kekuasaan-Nya. Dan niscaya Iblis akan berkata : ‘Kelebihan apa yang ia (Adam) punya di atas diriku padahal aku Engkau ciptakan dengan kekuasaan-Mu sebagaimana ia Engkau ciptakan dengan kekuasaan-Mu pula ?’. Ketika Iblis berkata : ‘Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan ia Engkau ciptakan dari tanah’ (QS. Shaad : 76) menunjukkan kekhususan Adam bahwasannya Allah telah menciptakannya dengan kedua tangan-Nya. Tidak boleh juga dikatakan dua tangan maknanya adalah dua nikmat, karena mustahil Allah menciptakan makhluk dengan makhluk – yaitu karena nikmat itu sendiri adalah makhluk”.[5]
Salaf telah ber-ijma’ tentang hal ini.  
Al-Asy’ariy berkata :
أجمعوا على أنه عز وجل يسمع ويرى ، وأن له تعالى يدين مبسوطتين ، وأن الأرض جميعا قبضته يوم القيامة والسماوات مطويات بيمينه
“Mereka telah berijma’ bahwasannya Allah ‘azza wa jalla mendengar dan melihat. Ia mempunyai dua tangan yang terbuka. Bumi akan digenggam-Nya pada hari kiamat dan langit akan dilipat dengan tangan kanan-Nya”.[6]
Al-Ismaa’iliy juga menyatakannyanya dalam kitab ‘Aqiidah Ahlil-Hadiits, saat ia berkata :
وخلق آدم عليه السلام بيده ، ويداه مبسوطتان ينفق كيف يشاء بلا اعتقاد كيف يداه إذ لم ينطق كتاب الله تعالى فيه بكيف
“Allah menciptakan Adam ‘alaihis-salaam dengan tangan-Nya, dan kedua tangan-Nya terbuka memberikan (karunia kepada makhluk) sebagaimana yang Ia kehendaki, tanpa disertai keyakinan penentuan kaifiyah kedua tangan-Nya; yaitu ketika tidak ada penjelasan di dalam Kitabullah tentang kaifiyah tersebut”.[7]
Oleh karena itu, Anda dapat melihat Asy’ariyyah menyelisihi imam mereka (yaitu Abul-Hasan Al-Asy’ariy) dengan men-tafwidl sifat ini sebagaimana tafwidl yang dilakukan orang-orang bodoh dan membodohkan (ahlul-jahl wat-tajhiil), atau men-ta’wil-nya dengan ta’wil-an para penyeleweng dan pengingkar (ahlut-tahriif wat-ta’thiil).
[Diambil dari buku I’tiqaad Ahlis-Sunnah Syarh Ashhaabil-Hadiits oleh Dr. Muhammad Al-Khumais, hal. 24-28; Wizaaratusy-Syu’uun Al-Islaamiyyah wal-Auqaaf wad-Da’wah wal-Irsyaad, Cet. 1/1419 – abu al-jauzaa’, perumahan ciomas permai, selesai sesaat setelah sampai di rumah].


[1]      Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy (13/403) no. 7410 dalam Kitaab At-Tauhiid, Bab : Firman Allah ta’ala : ‘Kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku’; dari hadits Qataadah, dari Anas secara marfu’.
[2]      Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy (13/404) no. 7411 dalam Kitaab At-Tauhiid, Bab : Firman Allah ta’ala : ‘Kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku’; dari hadits Naafi’, dari Ibnu ‘Umar secara marfu’.
[3]      Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy (13/404) no. 7412 dalam Kitaab At-Tauhiid, Bab : Firman Allah ta’ala : ‘Kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku’; dari hadits Al-A’raj, dari Abu Hurairah secara marfu’.
[4]      Al-Fiqhul-Akbar, hal. 302.
[5]      Fathul-Baariy, 13/393-394.
[6]      Risaalah ilaa Ahlits-Tsaghr, hal. 72.
[7]      Hal. 51.

Comments

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaykum

Ustadz, mohon dijelaskan mengenai atsar Ibnu Abbas ini..apakah ianya dikategorikan hasan atau dho'if, khususnya rowi Abi Al-Jawza dan Amru Bin Malik (susunan perawinya Ibnu Basyar -> Muadz Bin Hisyam -> Amru Bin Malik -> Abi Al-Jawza -> Ibn Abbas) :

حَدَّثَنَا اِبْن بَشَّار , قَالَ . ثنا مُعَاذ بْن هِشَام. قَالَ : ثني أَبِي عَنْ عَمْرو بْن مَالِك , عَنْ أَبِي الْجَوْزَاء , عَنْ اِبْن عَبَّاس , قَالَ : مَا السَّمَوَات السَّبْع , وَالْأَرَضُونَ السَّبْع فِي يَد اللَّه إِلَّا كَخَرْدَلَةٍ فِي يَد أَحَدكُمْ

(Tafsir At-Thabari QS:39:67 dan Kitab As-Sunnah Imam Abdullah Bin Ahmad Bin Hambal Vol 2, Hal 476,no: 1090)

Jazakallah

Pakubumi

Anonim mengatakan...

Ustadz Abul Jawza Yth

Mohon dijelaskan:
1. Arti kata/makna yang tepat dari kata وأن له يدين

Apakah seperti yang sudah antum jelaskan yakni diartikan MEMPUNYAI DUA TANGAN atau BAGI NYA DUA TANGAN?

2. Mengenai perkataan Ulama, tidak bolehnya Ta'wil Tangan = Ni'mat

Bagaimana pengertian yang betul dari penjelasan Syaikh Utsaimin dari link dibawah ini:

http://alislamu.com/index.php?option=com_content&task=view&id=950&Itemid=30

Jazakallah

Pakubumi

Anonim mengatakan...

mujassimah

Anonim mengatakan...

Ada berapa tangan Allah itu?

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Wa'alaikumus-salaam.

@Pakubumi,... maaf jika ada yang terlewat (dan lupa) setelah sekian lama.

Atsar Ibnu 'Abbaas itu lemah dikarenakan 'Amru bin Maalik An-Nukriy. Ia dikritik terutama riwayatnya yang berasal dari Abul-Jauzaa', sebagaimana dikatakan Ibnu 'Adiy. Wallaahu a'lam.

Wa anna lahu yadain itu artinya dan bahwasannya Allah mempunyai dua tangan.

wallaahu a'lam.

Anonim mengatakan...

Ustadz, tentang ayat:

بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ

ditafsirkan Imam Ibnu Katsiir:

أي : بل هو الواسع الفضل

Bagaimana penjelasan terhadap tafsir diatas ustadz? apakah dalam ayat diatas dimaksudkan dua makna sekaligus (secara zhahir dan takwil) ?

Jazakallahu khairan

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Ibnu Katsiir tidak menta'wil makna tangan, akan tetapi beliau menjelaskan bahwa kedua tangan Allah terbuka memberikan karunia-Nya kepada makhluk-Nya. Oleh karena itu beliau rahimahullah berkata :

بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ } أي: بل هو الواسع الفضل، الجزيل العطاء

"Akan tetapi kedua tangan-Nya terbuka" - yaitu Allah Maha Luas karunia-Nya, banyak memberi kepada makhluk-Nya".

Ini adalah panafsiran yang sesuai dengan makna dhahirnya.

wallaahu a'lam.

Unknown mengatakan...

salam alaik....bagaimana dengan arti والسماء بنيناها بأيد وإنا لموسعون
..berarti Allah pnya banyak tangan...antum kalau konsisten dengan makna dhohirnya..maka ayat itu menjelaskan Allah banyak tangan......

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Awad, coba Anda bukan kamus bahasa Arabnya tentang makna al-aid ya...

Kata aid (الأيد) dalam ayat tersebut bukan merupakan bentuk jamak dari yadd (اليد), akan tetapi kata itu memang asalnya adalah aid yang artinya adalah kekuatan (al-quwwah), sebagaimana dijelaskan Ibnul-Mandhuur dalam Lisaanul-‘Arab dan penulis Mukhtaarush-Shihah.

Unknown mengatakan...

salam alaik....ust ..sepertinya antum emosi kalau di bantah.....
bagaimana dengan ayat ni ظهر الفساد في البر والبحر بما كسبت أيدي الناس...artinya kekuatan juga ya...atau tangan..kenapa beda ya...aneh

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Biasa saja tuh, karena memang tidak ada yang luar biasa dari komentar Anda. Kan saya cuma nyarankan kepada Anda buka kamus bahasa 'Arab, karena saya tahu Anda ini keliru. Anda tidak paham bahasa.

Coba, Anda cermati cermati perbedaan antara ayat yang pertama dengan yang kedua. Lalu buka kamusnya. Yang pertama menggunakan kata أيد, dan yang kedua menggunakan kata أَيْدِي. Beda atau sama ?.

Anonim mengatakan...

kalau pake mufrad berarti tangan Allah satu dong...lihat
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ..........terus diartikan kekuatan juga...makanya jagan taklid sama ibn taymiyah yang menolak majaz..ga belajar balaghah sih

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Anda belajar bahasa Arab dulu ya....

Anonim mengatakan...

ust..bahas dong tentang yad dalam bentuk mufrad pada ayat di atas..ga bisa ya

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Gak susah-susah juga, bahkan biasa saja. Yadd di situ artinya tangan, bukan kekuatan. Siapa pula yang mengartikan kekuatan ?.

Kalau dikatakan :

"Anton berhasil membunuh perampok dengan tangannya"

apakah itu mesti punya arti Anton hanya punya satu tangan ?.

Anonim mengatakan...

ust...pengen tanya nih...apa hukumnya jika seseorang mentakwil ayat yadd diatas dengan kekuasaan atau kekuatan...kafir kah, sesatkah, atau masih muslim kah..mohon dijawab agar hati ini tenang di dalam lingkaran ahl sunnah

Anonim mengatakan...

ust....saya nunggu jawaban ust....mohon penjelasannya, dan saya kabarkan kepada jamaah agar sekiranya faham yang bersebarangan dengan ahl sunnah ditinggalkan...

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Dalam masalah ta'wil ayat-ayat sifat, Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah menjelaskan :

1. Orang yang menta'wil karena ijtihad dan baiknya niat, maka ia tidak berdosa. Dan bahkan dapat memperoleh 1 pahala.

2. Orang yang menta'wil karena hawa nafsu atau ta'ashub madzhab, namun ta'wilnya ini mempunyai sandaran dalam bahasa 'Arab; maka jenis orang ini adalah fasiq, tidak dikafirkan.

3. Orang yang menta'wil karena hawa nafsu atau ta'ashub madzhab, dan ta'wilnya ini tidak mempunyai sandaran dalam bahasa 'Arab, maka ia dapat dikafirkan (setelah ditegakkan hujjah dan syarat-syarat pengkafiran).

Apapun itu, menta'wil tangan dengan kekuasaan atau kekuatan - apalagi untuk menafikkan bahwa Allah mempunyai sifat dzatiyyah berupa tangan - maka ini satu kesesatan yang menyelisihi nash.

wallaahu a'lam.

Anonim mengatakan...

Adakah saya ini berdosa atau syirik kerana saya mencari2 maksud tangan Allah? sy cuba untuk memahami perkara2 tentang agama islam setelah diberi hidayah utk lebih dekat denganNya. tapi saya khuatir jika saya termasuk org yg syirik kerana berfikir dan mempelajari dan mengeksplorasi ttg agama islam sambil ber,acam hal bermain di benak ttg Allah dan Rasulmya. sy menganggap itu sebahagian proses pemahaman dan pelajaran saya kerana saya amat fakir dan jahil. mohon ustaz berikan penjelasan buat saya kerana saya amat takut jika saya ini termasuk org yg syirik. :(

Abu Mahdi Az Zakariyya mengatakan...

Bismillah, afwan ust. ada yg memberikan sanggahan tulisan antum dan mohon dikoreksi ust. ini linknya :http://www.aswj-rg.com/2013/11/bantahan-syubhat-abul-jauzaa-tentang-tangan-allah.html

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Ya, terima kasih, saya telah membacanya. Sebenarnya tulisan itu bukan membantah, tapi menjelaskan apa yang diyakininya saja. Tuduhan musyabbihah atau mujassimah itu sudah lama. Bagaimana menetapkan makna dhahir itu bisa disebut musyabbihah/mujassimah ?. Mereka itu sebenarnya tidak paham makna tasybih.

Tasybih menurut pemahaman Ahlus-Sunnah tidaklah seperti yang mereka sangka.


وقَالَ إِسْحَاق بْنُ إِبْرَاهِيمَ: إِنَّمَا يَكُونُ التَّشْبِيهُ إِذَا قَالَ: يَدٌ كَيَدٍ أَوْ مِثْلُ يَدٍ أَوْ سَمْعٌ كَسَمْعٍ أَوْ مِثْلُ سَمْعٍ، فَإِذَا قَالَ: سَمْعٌ كَسَمْعٍ أَوْ مِثْلُ سَمْعٍ فَهَذَا التَّشْبِيهُ، وَأَمَّا إِذَا قَالَ: كَمَا قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: " يَدٌ وَسَمْعٌ وَبَصَرٌ " وَلَا يَقُولُ كَيْفَ، وَلَا يَقُولُ مِثْلُ سَمْعٍ وَلَا كَسَمْعٍ، فَهَذَا لَا يَكُونُ تَشْبِيهًا، وَهُوَ كَمَا قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابهِ: لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Dan Ishaaq bin Rahawaih berkata : “Tasybih itu hanya terjadi ketika seseorang itu mengatakan : ‘Tangan (Allah) seperti tangan (makhluk), pendengaran (Allah) seperti pendengaran (makhluk)”. Jika ia berkata : ‘Pendengaran (Allah) seperti pendengaran (makhluk)’, maka inilah yang dinamakan tasybih (penyerupaan). Adapun jika seseorang mengatakan seperti firman Allah : ’Tangan, pendengaran, penglihatan’ , kemudian ia tidak mengatakan : ’bagaimana’ dan tidak pula mengatakan ’seperti’ pendengaran makhluk; maka itu tidak termasuk tasybih. Dan itu sebagaimana firman Allah ta’ala : ‘Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS. Asy-Syuuraa : 11)” [Sunan At-Tirmidziy, 2/43, tahqiq : Basyaar ‘Awwaad Ma’ruuf; Daarul-Gharb Al-Islaamiy, Cet. 1/1996 M].

Abu ‘Utsmaan Ash-Shaabuuniy rahimahullah berkata :

ولا يحرفون الكلام عن مواضعه، بحمل اليدين على النعمتين، أو القوتين؛ تحريف المعتزلة والجهمية – أهلكهم الله-، ولا يكيفونهما بكيف، أو يشبهونهما بأيدي المخلوقين، تشبيه المشبهة –خذلهم الله-

“Dan tidak mentahrif (merubah) perkataan dari tempatnya, (seperti misal) dengan membawa makna ‘dua tangan’ pada makna ‘dua nikmat’ atau ‘dua kekuatan’ sebagaimana tahrif kelompok Mu’tazilah dan Jahmiyyah – semoga Allah membinasakan mereka - . Tidak pula men-takyif-nya dengan (pertanyaan) ‘bagaimana’, atau men-tasybih-nya dengan tangan kedua makhluk seperti tasybih-nya kelompok Musyabbihah – semoga Allah tidak memberi pertolongan kepada mereka – “ [Aqiidatus-Salaf wa Ashhaabil-Hadiits, hal. 37].

Adz-Dzahabiy rahimahullah berkata :

ليس يلزم من إثبات صفاته شيء من إثبات التشبيه والتجسيم، فإن التشبيه إنما يقال: يدٌ كيدنا ... وأما إذا قيل: يد لا تشبه الأيدي، كما أنّ ذاته لا تشبه الذوات، وسمعه لا يشبه الأسماع، وبصره لا يشبه الأبصار ولا فرق بين الجمع، فإن ذلك تنزيه

“Tidaklah penetapan sifat-sifat-Nya mengkonsekuensikan adanya penetapan tasybiih dan tajsiim, karena tasybiih itu hanyalah jika dikatakan : ‘tangan seperti tanganku’...... Adapun jika dikatakan : ‘tangan namun tidak menyerupai tanganku’, sebagaimana Dzaat-Nya tidak menyerupai dzat-dzat makhluk, pendengaran-Nya tidak menyerupai pendengaran-pendengaran makhluk, dan penglihatan tidak menyerupai penglihatan-penglihatan makhluk, maka itulah yang disebut tanziih” [Al-Arba’iin min Shifaati Rabbil-‘Aalamiin oleh Adz-Dzahabiy, hal. 104, tahqiq : ‘Abdul-Qaadir ‘Athaa’; Maktabah Al-‘Uluum wal-Hikam, Cet. 1/1413 H].

Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah berkata :

ومُحالٌ أن يكون مَن قال عن اللهِ ما هو في كتابه منصوصٌ مُشبهًا إذا لم يُكيّف شيئا، وأقرّ أنه ليس كمثله شيء

“Dan tidaklah mungkin terjadi pada orang yang berbicara tentang Allah sesuatu yang ternashkan dalam kitab-Nya disebut sebagai musyabbih, ketika ia tidak men-takyif-nya sedikitpun dan mengatakan tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya” [Al-Istidzkaar oleh Ibnu ‘Abdil-Barr, 8/150, tahqiq : Dr. ‘Abdul-Mu’thiy Al-Qal’ajiy; Daar Qutaibah, Cet. 1/1414 H].

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Jika mereka mengatakan bahwa 'tangan' itu tidak dimaknai secara dhahir dan kemudian dipalingkan dengan kekuasaan, silakan renungkan perkataan 'Abdullah bin 'Umar radliyallaahu 'anhumaa berikut :

خَلَقَ اللَّهُ أَرْبَعَةَ أَشْيَاءَ بِيَدِهِ: الْعَرْشُ، وَالْقَلَمُ، وَعَدْنٌ، وَآدَمُ، ثُمَّ قَالَ لِسَائِرِ الْخَلْقِ: كُنْ فَكَانَ "

“Allah menciptakan empat hal dengan tangan-Nya : Al-‘Arsy, Al-Qalam (pena), (surga) Al-‘Adn, dan Aadam. Kemudian Allah berfirman kepada seluruh makhluk : ‘Jadilah’, maka jadilah ia” [Naqdud-Daarimiy ‘alaa Bisyr Al-Maarisiy hal. 98 no. 44 & hal. 262 no. 112 - silakan baca pembahasannya di sini].

Jika itu diartikan kekuasaan, ini musykil. Jika tangan diartikan dengan 'kekuasaan', apakah selain dari keempat hal itu Allah tidak menciptakannya dengan kekuasaan-Nya ?. Renungkanlah !

Apalagi dalam hadits lain disebutkan bahwa Allah mempunyai tangan kiri, sebagaimana sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam :

يَطْوِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ السَّمَاوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِيَدِهِ الْيُمْنَى، ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ، ثُمَّ يَطْوِي الْأَرَضِينَ بِشِمَالِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ

“Allah ‘Azza wa Jalla akan menggulung langit-langit kelak di hari kiamat, kemudian Ia mengambilnya dengan tangan kanan-Nya dan berfirman : ‘Akulah Raja. Dimanakah orang-orang yang selalu bertindak sewenang-wenang ?. Dimanakah orang-orang yang selalu menyombongkan diri ?’. Kemudian Allah menggulung bumi-bumi dengan tangan kiri-Nya, dan berfirman : ‘Akulah Raja. Dimanakah orang-orang yang selalu bertindak sewenang-wenang ?. Dimanakah orang-orang yang selalu menyombongkan diri ?” [Shahiih Muslim no. 2788 - baca pembahasannya di sini].

Perkataan Abu Haniifah dan Ibnu Baththaal yang saya bawakan sangat jelas kok. Bahkan perkataan Ibnu Baththal yang mereka nukil adalah hujjah yang menguatkan artikel ini. Tentang perkataan Abul-Hasan Al-Asy'ariy yang ia nukil, saya gak tahu teks aslinya dalam kitab Al-Ibaanah itu bagaimana. Tapi saya sudah membaca kitab Al-Ibaanah dan membaca bagaimana pemahaman Abul-Hasan Al-Asy'ariy. Silakan baca : Al-Imam Abul-Hasan Al-Asy’ariy, Asyaa’irah (Asy’ariyyah), dan Bahasan Pemalsuan Kitab Al-Ibaanah ‘an Ushuulid-Diyaanah dan Abul-Hasan Al-Asy’ariy Bertaubat ke ‘Aqidah Asy’ariyyah atau Salafiyyah ?. Silakan baca di bagian yang membahas masalah 'tangan'.

Wallaahu a'lam.

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Tangan itu tetap diartikan tangan sebagaimana hakekatnya (bukan majaz). Akan tetapi berbeda dengan tangan makhluk-Nya. Begitu juga dengan kaki dan sifat-sifat Allah yang lainnya. Inilah yang dipahami salaf.

Ibnu ‘Abdil-Barr – sebagaimana dikutip oleh Adz-Dzahabiy dalam kitab Al-‘Ulluw – berkata :

أهل السنة مجمعون على الإقرار بالصفات الواردة في الكتاب والسنة وحملها على الحقيقة لا على المجاز إلا أنهم لم يكيفوا شيئا من ذلك . وأما الجهمية والمعتزلة والخوارج فكلهم ينكرها ولا يحمل منها شيئا على الحقيقة ويزعمون أن من أقر بها مشبه وهم عند من أقر بها نافون للمعبود

“Ahlus-Sunnah telah bersepakat untuk mengakui sifat-sifat yang tertuang dalam Al-Kitab dan As-Sunnah dan membawanya kepada makna hakekat, tidak kepada makna majaaz. Namun, mereka tidak men-takyif sesuatupun dari sifat-sifat tersebut. Adapun Jahmiyah. Mu’tazilah, dan Khawaarij; semuanya mengingkarinya dan tidak membawanya kepada makna hakekatnya. Dan mereka menyangka bahwa siapa saja yang mengatakannya (yaitu membawa makna sifat Alah sesuai dengan hakekatnya) berarti telah menyerupakan-Nya dengan makhluk. Padahal, mereka di sisi orang yang menetapkan sifat Allah secara hakiki, sama saja menafikkan yang disembah (yaitu Allah)” [Mukhtashar Al-‘Ulluw, hal. 268-269 no. 328].

Abul-Hasan Al-Asy'ariy berkata :

حكم كلام الله تعالى أن يكون على ظاهره وحقيقته، ولا يخرج الشيء عن ظاهره إلى المجاز إلا بحجة ..... كذلك قوله تعالى: (لما خلقت بيدي) على ظاهره أو حقيقته من إثبات اليدين
......بل واجب أن يكون قوله تعالى: (لما خلقت بيدي) إثبات يدين لله تعالى في الحقيقة غير نعمتين إذا كانت النعمتان لا يجوز عند أهل اللسان أن يقول قائلهم: فعلت بيدي، وهو يعني النعمتين

“Hukum dari (makna) firman Allah ta’ala adalah sesuai dengan dhahir dan hakekatnya. Tidak boleh dipalingkan sedikitpun dari makna dhahirnya kepada makna majaaz kecuali dengan hujah. Begitu pula dengan makna firman Allah ta’ala : ‘kepada yang telah Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku’ (QS. Shaad : 75) adalah sebagaimana dhahirnya dan hakekatnya dari penetapan sifat dua tangan (Allah)…. Bahkan wajib untuk menjadikan makna firman Allah ta’ala : ‘kepada yang telah Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku’ untuk menetapkan dua tangan untuk Allah ta’ala secara hakekatnya, bukan dengan makna dua nikmat. Karena dalam bahasa ‘Arab tidak boleh seseorang mengatakan : ‘amiltu bi-yadai (aku berbuat dengan dua tanganku), dengan makna dua nikmat” [Al-Ibaanah, hal. 41].

Akan tetapi sekali, makna secara dhahir dan hakekatnya itu tidak dengan menyerupakannya dengan makhluk. Silakan baca kembali penjelasan Ishaaq bin Rahawaih sebelumnya.....

Unknown mengatakan...

Alhamdulillah. Syukron atas penjelasannya.
Mengikuti dalil Insya Allah lebih menentramkan batin.

Anonim mengatakan...

Tentang tangan Alloh Subhanahu wa Ta'ala, bukankah ada hadits bahwa kedua tangan Allah adalah kanan semua. Lantas bagaimana kedudukan hadits di atas yg menyebutkan ada tangan Allah ada yang kiri?

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Sifat Dzaatiyyah : Tangan Kiri.

A SetyaBudy mengatakan...

Siapa yg mujasimmah, knapa dkatakn mujasimah????

Unknown mengatakan...

Ust, ada keterangan bahwa Imam Bukhori menta'wil ayat QS.28:88 yang artinya "Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Wajah Allah".

Beliau mentakwil kata "Wajhahu : Wajah Allah" kepada kata "Malkahu : Kekuasaan Allah".

As-Shahih, juz IV (Beirut: Dal al-Yamamah, 1407H), hal. 1787

Mohon penjelasan.

Abdurrachman Asy Syafi'iy mengatakan...

Tangan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia makna hakikatnya adalah anggota badan.(Jawarih di dalam bahasa arab).
Para ulama salaf menolak makna jawarih. Maka mentranslete yad menjadi tangan adalah kesalahan fatal.
para ulama salaf menolak makna majaz dan makna jawarih sehingga tidak diketahui lagi makna yad secara hakikat.
yg demikian dinamakan tafwidh makna.

Abdun mengatakan...

Sebelum menyimpulkan, baiknya baca lagi penjelasan para ulama dalam kitab2 mereka. Agar terhindar dari kesesatan dan menyesatkan. Beragama jangan mengedepankan akal dan perasaan, tapi ilmu tentang nash dan dalil. Wallahu ta'ala a'lam

Abdullah mengatakan...

Bismillah,afwan pak ustadz mohon dijawab syubhat dri abdurrahman asy syafi'iy diats pak utadz... karena membuat syubhat baru bagi kami ,jazakallahu khair...