١ - عن سعيد ابن المسيب، عن أبيه قال : ما حضرت أبا طالب الوفاة، جاءه رسول الله صلى الله عليه وسلم، فوجد عنده أبا جهل وعبد الله بن أبي أمية بن المغيرة، فقال: (أي عم، قل لا إله إلا الله، كلمة أحاج لك بها عند الله). فقال أبو جهل وعبد الله بن أبي أمية: أترغب عن ملة عبد المطلب، فلم يزل رسول الله صلى الله عليه وسلم يعرضها عليه، ويعيدانه بتلك المقالة، حتى قال أبو طالب آخر ما كلمهم: على ملة عبد المطلب، وأبى أن يقول: لا إله إلا الله، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (والله لأستغفرن لك ما لم أنه عنك). فأنزل الله: {ما كان للنبي والذين آمنوا أن يستغفروا للمشركين}. وأنزل الله في أبي طالب، فقال لرسول الله صلى الله عليه وسلم: {إنك لا تهدي من أحببت ولكن الله يهدي من يشاء}.
1. Dari Sa’id bin Al-Musayyib, dari ayahnya ia berkata : Ketika Abu Thaalib hampir mati, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengunjunginya dan beliau mendapati Abu Jahl dan ‘Abdullah bin Abi Umayyah bin Al-Mughiirah di sisi Abu Thaalib. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Wahai pamanku, ucapkanlah Laa ilaaha illallaah; satu kalimat yang aku dapat berhujjah membelamu kelak di hadapan Allah”. Abu Jahl dan ‘Abdullah bin Abi Umayyah berkata : “Wahai Abu Thaalib, apakah engkau membenci agama ‘Abdul-Muthallib ?”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak henti-hentinya mengulangi kalimat tersebut agar Abu Thaalib mengucapkannya, namun keduanya (Abu Jahl dan ‘Abdullah bin Umayyah) juga mengulang apa yang telah mereka katakan sebelumnya. Hingga akhir perkataan Abu Thaalib saat kematiannya adalah : di atas agama ‘Abdul-Muthallib, dan menolak untuk mengucapkan Laa ilaaha illallaah. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Demi Allah, sungguh aku akan memintakan ampun kepadamu selama tidak dilarang”. Maka Allah menurunkan ayat : “Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam” (QS. At-Taubah : 113). Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Thaalib. Dan Allah berfirman kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki” (QS. Al-Qashshash : 56) [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 4675, 4772; Muslim no. 24; Ahmad 5/433; dan yang lainnya].
٢ - عن أبي هريرة؛ قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لعمه : "قل: لا إله إلا الله، أشهد لك بها يوم القيامة" قال: لولا أن تعيرني قريش. يقولون: إنما حمله، على ذلك، الجزع. لأقررت بها عينك. فأنزل الله: {إنك لا تهدي من أحببت ولكن الله يهدي من يشاء}.
2. Dari Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam kepada pamannya (Abu Thaalib) : “Katakanlah : Laa ilaaha illallaah, yang dengan itu aku bersaksi untukmu kelak di hari kiamat”. Abu Thaalib berkata : “Seandainya saja orang-orang Quraisy tidak mencelaku dengan mengatakan : ‘Sesungguhnya dia hanya mengatakan karena akan mati saja’ ; niscaya aku akan mengikrarkan kalimat itu untuk menyenangkanmu”. Maka Allah menurunkan ayat : “Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 25, Abu ‘Awanah 1/15, At-Tirmidzi no. 3188, dan yang lainnya].
٣ - عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه : أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم، وذكر عنده عمه أبو طالب، فقال : (لعله تنفعه شفاعتي يوم القيامة، فيجعل في ضحضاح من النار يبلغ كعبيه، يغلي منه أم دماغه).
3. Dari Abu Sa’iid Al-Khudriy radliyallaahu ‘anhu, bahwasannya ia mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu disebutkan di sisi beliau perihal pamannya Abu Thaalib, maka beliau bersabda : “Semoga syafa’atku bermanfaat baginya pada hari kiamat. Karena itu dia ditempatkan di neraka yang paling dangkal. Api neraka mencapai mata kakinya, yang dengan itu otaknya mendidih” [HR. Al-Bukhari no. 3885 & 6564, Muslim no. 210; dan yang lainnya].
٤ - عن العباس بن عبد المطلب رضي الله عنه : قال للنبي صلى الله عليه وسلم : ما أغنيت عن عمك، فإنه كان يحوطك ويغضب لك؟ قال: (هو في ضحضاح من نار، ولولا أنا لكان في الدرك الأسفل من النار).
4. Dari Al-‘Abbaas bin ‘Abdil-Muthallib radliyallaahu ‘anhu, ia berkata kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Apakah engaku bisa memberikan sesuatu kepada pamanmu (Abu Thaalib). Sesungguhnya ia dulu telah melindungimu dan marah untukmu”. Beliau bersabda : “Ia berada di pinggir neraka. Seandainya saja bukan karena aku (syafa’atku), niscaya ia berada di dalam kerak neraka paling dalam” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no. 3883 & 6208 & 6572, Muslim no. 209, dan yang lainnya].
Adapun hujjah kaum Syi’ah yang menyatakan bahwa Abu Thaalib tidak kafir dan masuk Islam diantaranya sebagai berikut :
أخبرنا أبو عبد الله الحافظ قال حدثنا أبو العباس محمد بن يعقوب قال حدثنا أحمد بن عبد الجبار قال حدثنا يونس بن بكير عن ابن إسحاق قال حدثني العباس بن عبد الله بن معبد عن بعض أهله عن ابن عباس قال لما أتى رسول الله أبا طالب في مرضه فقال له أي عم قل لا إله لا الله أستحل لك بها الشفاعة يوم القيامة فقال يا ابن أخي والله لولا أن تكون سبة عليك وعلى أهل بيتك من بعدي يرون أني قلتها جزعا حين نزل بي الموت لقلتها لا أقولها إلا لأسرك بها فلما ثقل أبو طالب رئي يحرك شفتيه فأصغى إليه العباس ليستمع قوله فرجع العباس عنه فقال يا رسول الله قد والله قال الكلمة التي سألته فقال النبي لم أسمع
Telah mengkhabarkan kepada kami Abu ‘Abdillah Al-Haafidh, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Abul-‘Abbaas Muhammad bin Ya’quub, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin ‘Abdil-Jabbaar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Yuunus bin Bukair, dari Ibnu Ishaaq, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Al-‘Abbaas bin ‘Abdillah bin Ma’bad, dari sebagian keluarganya, dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata : “Ketika Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjenguk Abu Thaalib saat ia sedang sakit, maka beliau bersabda kepadanya : “Wahai pamanku, katakanlah Laa ilaha illallaah yang dengan itu aku menghalalkan bagimu syafa’at di hari kiamat”. Abu Thaalib berkata : “Wahai keponakanku, demi Allah seandainya saja bukan karena celaan yang akan dialamatkan kepadamu dan keluargamu setelahku dimana aku mengucapkan kalimat itu karena kematian menghampiriku, niscaya aku akan mengucapkannya untuk membahagiakanmu”. Ketika kematian hampir menjemputnya, aku melihatnya menggerakkan kedua bibirnya, maka Al-‘Abbaas pun mendekat untuk mendengarkan apa yang dikatakannya. Al-‘Abbaas kembali dan berkata : “Wahai Rasulullah, demi Allah, sungguh ia telah kalimat yang engkau minta tadi”. Nabi bersabda : “Aku tidak mendengarnya” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Dalaailun-Nubuwwah, 2/346].
Al-Haafidh Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
أن في السند مبهما لا يعرف حاله وهو قوله " عن بعض أهله " وهذا إبهام في الاسم والحال، ومثله يتوقف فيه لو انفرد
“Bahwasannya dalam sanadnya terdapat perawi mubham yang tidak diketahui keadaannya, yaitu dalam perkataannya : ‘dari sebagian keluarganya’. Ketidakjelasan ini ada dalam nama dan keadaannya. Dan yang seperti ini tidaklah bias diterima jika ia bersendirian” [As-Siiraah An-Nabawiyyah, 2/125].
Selain itu, riwayat tersebut jelas-jelas bertentangan dengan hadits-hadits di atas yang menyatakan kekafiran Abu Thaalib, khususnya hadits no. 4.
Al-Haafidh Ibnu Hajar rahimahullah berkata :
فهذا هو الصحيح برد الرواية التي ذكرها بن إسحاق إذ لو كان قال كلمة التوحيد ما نهى الله تعالى نبيه عن الاستغفار له. وهذا الجواب أولى من قول من أجاب بأن العباس ما أدى هذه الشهادة وهو مسلم وإنما ذكرها قبل أن يسلم فلا يعتد بها
“Inilah yang benar (yaitu hadits no. 4 – Abul-Jauzaa’), yang membantah riwayat yang disebutkan Ibnu Ishaaq. Seandainya Abu Thaalib benar-benar mengucapkan kalimat tauhid, niscaya Allah ta’ala tidak akan melarang Nabi-Nya untuk memintakan ampun baginya. Inilah jawaban yang lebih utama daripada jawaban yang diberikan pihak mengatakan bahwa Al-‘Abbaas tidak menyampaikan persaksian tersebut dalam keadaan muslim, karena ia menyebutkan itu sebelum masuk Islam sehingga (persaksiannya itu) tidak diperhitungkan[1]” [Al-Ishaabah, 7/114].
Oleh karena itu, kualitas hadits ini adalah munkar.
ومن طريق ابن المبارك عن صفوان بن عمرو عن أبي عامر الهوزني أن رسول الله صلى الله عليه وسلم خرج معارضاً جنازة أبي طالب وهو يقول: " وصلتك رحم
Dari jalan Ibnul-Mubaarak, dari Shafwaan bin ‘Amr, dari Abu ‘Aamir Al-Hauzaniy : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam keluar meninggalkan jenazah Abu Thaalib. Beliau bersabda : “Aku telah menyambung silaturahim kepadamu” [Al-Ishaabah, 7/113].
Ibnu Hajar rahimahullah mengomentari :
وأما الثالث وهو أثر الهوزني فهو مرسل ومع ذلك فليس في قوله: " وصلتك رحم " ما يدل على إسلامه بل فيه ما يدل على عدمه وهو معارضته لجنازته ولو كان أسلم لمشى معه وصلى عليه.
“Adapun yang ketiga, yaitu atsar Al-Hauzaniy, maka ia mursal. Bersamaan dengan itu, perkataan beliau ‘Aku telah menyambung silaturahim kepadamu’ tidaklah menunjukkan keislaman Abu Thaalib. Bahkan itu menunjukkan tidak islamnya Abu Thaalib karena saat itu beliau keluar meninggalkan jenazah Abu Thaalib. Seandainya ia telah masuk Islam, niscaya beliau akan berjalan mengantar jenazahnya dan menyalatkannya” [Al-Ishaabah, 7/114].
ومن طريق عبد الله بن ضميرة عن أبيه عن علي أنه لما أسلم قال له أبو طالب: الزم ابن عمك.
Dari jalan ‘Abdullah bin Dlamiirah, dari ayahnya, dari ‘Aliy : Bahwasannya ketika ia masuk Islam, Abu Thaalib berkata kepadanya : “Tetapilah/ikutilah anak pamanmu (yaitu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam)” [Al-Ishaabah, 7/113].
Dan yang lainnya semakna riwayat di atas [silakan lihat Al-Ishaabah, 7/113]. Ini pun tidak menunjukkan keislaman Abu Thaalib. Yang ada hanyalah perintahnya kepada anaknya (‘Aliy – dan di dalam riwayat lain : Ja’far) untuk menetapi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan ia sendiri masih ada dalam agama nenek moyangnya karena takut celaan kaumnya (sehingga enggan masuk Islam hingga meninggal).
Wallaahu a’lam.
[Abu Al-Jauzaa’ – perumahan ciomas permai – http://abul-jauzaa.blogspot.com].
Comments
tulisan yang bagus ni...
trims akhi..terang benderang ulasannya..truskan prjuangan akhi..doa gua ada brsama kalian sbgai ssma jasad(islam)..amin..peace
Posting Komentar