Tidak Ada Pedang Selain Dzulfiqar


Asy-Syaukani membawakan satu riwayat sebagai berikut :

كانت راية رسول الله -صلى الله عليه وآله وسلم- يوم أحد مع علي، وراية المشركين مع طلحة بن أبي طلحة، وفيه: أنه حمل راية المشركين سبعة فقتلهم علي، فقال جبريل: يا مُحمَّد، ما هذه المواساة؟ فقال النبي -صلى الله عليه وآله وسلم-: أنا منه وهو مني. ثم سمعنا صائحًا في السماء يقول: لا سيف إلا ذو الفقار، ولا فتى إلا علي".

“Adalah bendera (jihad) Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa ‘alaa aalihi wa sallam pada saat perang Uhud dibawa oleh ‘Aliy, sedangkan bendera kaum musyrikin dibawa oleh Thalhah bin Abi Thalhah – dan di dalamnya terdapat lafadh : - hingga ada tujuh orang yang membawa bendera kaum musyrikin yang kesemuanya dibunuh oleh ‘Aliy. Lalu Jibril berkata : “Wahai Muhammad, penghiburan apakah ini ?”. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa ‘alaa aalihi wa sallam bersabda : “Aku baginya darinya, dan ia bagian dariku”. Kemudian kami mendengar orang yang menyeru dari langit dan berkata : “Tidak ada pedang selain Dzulfiqar, dan tidak ada pemuda selain ‘Aliy” [Al-Fawaaid Al-Majmuu’ah fil-Ahaadiitsil-Maudluu’aat oleh Asy-Syaukaniy, hal. 332, tahqiq : ‘Abdurrahman bin Yahya Al-Mu’allimiy Al-Yamaaniy; Daarul-Aatsaar, Cet. 1].

Ibnu ‘Adiy membawakan sanadnya sebagai berikut :

حدثنا إسحاق بن إبراهيم بن يونس قال ثنا عيسى بن مهران ثنا مخول ثنا عبد الرحمن بن الأسود عن محمد بن عبيدالله بن أبي رافع عن أبيه عن جده أبي رافع

“Telah menceritakan kepada kami Ishaaq bin Ibraahiim bin Yuunus, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Isa bin Mahraan : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin Al-Aswad, dari Muhammad bin ‘Ubaidillah bin Abi Raafi’, dari ayahnya, dari kakeknya (yaitu) Abu Raafi’” [Al-Kaamil fidl-Dlu’afaa’ oleh Ibnu ‘Adiy, 6/457-458, tahqiq : ‘Aadil bin Ahmad bin ‘Abdil-Maujuud & ‘Aliy bin Muhammad Al-Mu’awwidl; Daarul-Kutub Al-‘Ilmiyyah].

Ibnul-Jauziy membawakan sanadnya sebagai berikut :

أنبأنا أبو منصور بن خيرون أنبأنا إسماعيل بن مسعدة أنبأنا حمزة بن يوسف أنبأنا أبو أحمد بن عدى حدثنا إسحاق بن إبراهيم بن يونس حدثنا عيسى بن مهران حدثنا مخول حدثنا عبدالرحمن بن الاسود عن محمد بن عبيد الله ابن أبى رافع عن أبيه عن جده أبى رافع

“Telah memberitakan kepada kami Abu Manshuur bin Khairuun : Telah memberitakan kepada kami Isma’il bin Mus’adah : Telah memberitakan kepada kami Hamzah bin Yuusuf : Telah memberitakan kepada kami Abu Ahmad bin ‘Adiy : Telah menceritakan kepada kami Ishaaq bin Ibraahiim bin Yuunus : Telah menceritakan kepada kami ‘Isa bin Mahraan : Telah menceritakan kepada kami Mikhwal : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin Al-Aswad, dari Muhammad bin ‘Ubaidillah bin Abi Raafi’, dari ayahnya, dari kakeknya (yaitu) Abu Raafi’” [Al-Maudluu’aat oleh Ibnul-Jauziy, 1/381, tahqiq : ‘Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Utsman; Dicetak oleh Muhammad bin ‘Abdil-Muhsin – pemilik Al-Maktabah As-Salafiyyah, Madinah Munawwarah, Cet. 1/1386].

Adz-Dzahabi membawakan riwayat tersebut dengan sanad :

حدثنا المنجنيقى، حدثنا عيسى بن مهران، حدثنا مخول، حدثنا ابن الاسود، عن محمد بن عبيد الله بن أبي رافع، عن أبيه، عن جده

“Telah menceritakan kepada kami Al-Manjaniiqiy : Telah menceritakan kepada kami ‘Isa bin Mahraan : Telah menceritakan kepada kami Mikhwal : telah menceritakan kepada kami Ibnul-Aswad, dari Muhammad bin ‘Ubaidillah bin Abi Raafi’, dari ayahnya, dari kakeknya” [Miizaanul-I’tidaal oleh Adz-Dzahabiy, 3/324, tahqiq : ‘Aliy bin Muhammad Al-Bukhaariy; Cet. Daarul-Ma’rifah – biografi ‘Isa bin Mahraan].

Asy-Syaukaniy berkata :

رواه ابن عدي عن أبي رافع مرفوعًا، وفي إسناده: عيسى بن مهران، وهو رافضي، يحدث بالموضوعات، وقد أدخل هذا الحديث ابن الجوزي في الموضوعات، وتبع ابن حبان في ذلك.

“Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adiy dari Abu Raafi’ secara marfu’. Dalam sanadnya terdapat ‘Isa bin Mahraan, seorang Raafidlah yang menceritakan riwayat-riwayat palsu. Hadits ini dimasukkan oleh Ibnul-Jauziy dalam Al-Maudluu’aat, yang kemudian diikuti oleh Ibnu Hibban” [Al-Fawaaid Al-Majmuu’ah fil-Ahaadiitsil-Maudluu’aat, hal. 332].

Apa yang dikatakan oleh Asy-Syaukaniy adalah benar, yaitu hadits tersebut berkualitas palsu (maudlu’). Dalam sanadnya terdapat ‘Isaa bin Mahraan dan Muhammad bin ‘Ubadillah bin Abi Raafi’.

Mengenai ‘Isa bin Mahraan, Ibnu ‘Adiy berkata : “Telah menceritakan hadits-hadits maudlu’ lagi munkar, terkuasai oleh bid’ah Rafidlah”. Abu Haatim berkata : “Pendusta”. Ad-Daaruquthniy : “Orang Baghdad, seorang yang jelek dan madzhabnya pun jelek”. Ibnu Hajar berkata : “Raafidliy, pendusta besar”. Bahkan Al-Khathiib mengatakan ia termasuk di antara syaithan-syaithan yang dikeluarkan oleh Raafidlah” [selengkapnya silakan baca : Miizaanul-I’tidaal 3/324-325 no. 6613, Adl-Dlu’afaa’ wal-Matrukuun lid-Daaruquthniy hal. 195 no. 419, Al-Kaamil fidl-Dlu’afaa’ 6/457-458, Lisaanul-Miizaan 4/406 no. 1241, dan Taariikh Baghdaad 11/167].

Adapun Muhammad bin ‘Ubaidillah bin Abi Raafi’, Al-Bukhari berkata : “Munkarul-hadiits”. Di lain tempat ia berkata : Orang yang lemah dan ditinggalkan haditsnya (dla’iif dzaahibul-hadiits)”. Ibnu Ma’in berkata : “Haditsnya tidak ada nilainya”. Abu Haatim berkata : “Haditsnya sangat diingkari (munkarul-hadiits jiddan)”. [selengkapnya lihat : Miizaanul-I’tidaal 3/634-635 no. 7904 dan Al-Jaami’ fil-Jarh wat-Ta’diil 3/47-48 no. 4045].

Ibnul-Jauziy membawakan jalan lain dari Ibnu ‘Abbas :

وقد روى أبو بكر مردويه من حديث يحيى بن سلمة بن كهيل عن أبيه عن عكرمة عن ابن عباس قال: صاح صائح يوم أحد من السماء: " لا سيف إلا ذو الفقار ولا فتى إلا على بن أبى طالب "

“Abu Bakr Mardawaih/Marduyah meriwayatkan dari hadits Yahya bin Salamah bin Kuhail, dari ayahnya, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas ia berkata : “Ada penyeru yang menyerukan (satu suara) dari langit pada saat perang Uhud : ‘Tidak ada pedang selain Dzulfiqaar dan tidak ada pemuda selain ‘Aliy bin Abi Thaalib” [Al-Maudluu’aat, 1/382].

Hadits di atas juga sangat lemah (dla’if jiddan) karena Yahya bin Salamah bin Kuhail. Al-Bukhari berkata : “Dalam haditsnya banyak perkara yang diingkari (fii hadiitsihi manaakir)”. Dalam perkataannya yang lain : “Munkarul-hadiits”. Yahya bin Ma’iin berkata : “Tidak ada apa-apanya (laisa bi-syai’) dan tidak ditulis haditsnya”. Abu Haatim berkata : “Munkarul-hadiits, tidak kuat (haditsnya)”. Ibnu Hibban berkata : “Munkarul-hadiits jiddan, tidak digunakan sebagai hujjah”. Al-‘Ijilliy berkata : “Dla’iiful-hadiits, ia adalah seorang yang berlebih-lebihan dalam tasyayyu’”. Abu Dawud berkata : “Tidak ada apa-apanya (laisa bi-syai’)”. An-Nasaa’iy berkata : “Matruukul-hadiits”. Al-Haakim telah menyendiri dalam menguatkan Yahya bin Salamah[1] [selengkapnya silakan lihat : Al-Jaami’ fil-Jarh wat-Ta’diil 3/292 no. 4906, Mizaanul-I’tidaal 4/381-382 no. 9527, Adl-Dlu’afaa wal-Matruukuun lid-Daaruquthniy hal. 249 no. 574, Al-Maudluu’aat 1/382, Al-Majruuhiin 2/464 no. 1194, dan Tahdziibut-Tahdziib 11/224-225].

Ibnul-Jauziy membawakan riwayat Ibnu Mardawaih yang lain dari jalur ‘Ammaar bin Ukhti Sufyaan, dari jalan Al-Handhaliy, dari Abu Ja’far Muhammad bin ‘Aliy – namun untuk kisah perang Badr [Al-Maudluu’aat, 1/382].

Namun riwayat ini pun tidak shahih karena sanad ini berhenti pada Muhammad bin ‘Aliy bin Al-Husain bin ‘Ali Abi Thaalib (mursal). Ia tidak pernah menyaksikan perang Badr. Adapun Al-Handhaliy, ia adalah Sa’d bin Thariif Al-Iskaaf Al-Handhaliy Al-Kuufiy (sebagaimana dalam Al-Maqaashidul-Hasanah oleh As-Sakhawiy, 1/292). Al-Bukhari berkata : “Ia tidak kuat (haditsnya) menurut mereka”. Ibnu Ma’in : “Ia tidak ada apa-apanya (laisa bi-syai’). Di tempat lain ia berkata : “Diperbincangkan (yatakallamuuna fiih)”. Al-‘Ijilliy berkata : “Orang Kufah, dla’iiful-hadiits”. Abu Zur’ah menyebutkannya dalam Asaamiyudl-Dlu’afaa’. Abu Dawud berkata : “Dla’iif”. An-Nasa’iy berkata : “Matruukul-hadiits”. Ad-Daruquthniy : “Pendusta (kadzdzaab)” [selengkapnya lihat Al-Jaami’ fil-Jarh wat-Ta’dil, 1/288].

Syaikhul-Islaam Ibnu Taimiyyah berkata :

هذا الحديث من الأحاديث المكذوبة الموضوعة باتفاق أهل المعرفة بالحديث

“Hadits ini termasuk di antara hadits-hadits yang didustakan lagi palsu berdasarkan kesepakatan ulama yang mempunyai pengetahuan di bidang hadits” [Minhaajus-Sunnah, 5/70].

Wallaahu a’lam bish-shawwaab.

Semoga ada manfaatnya.

[Abu Al-Jauzaa’].



[1] Penguatannya terhadap Yahya bin Salamah ini tidaklah teranggap karena menyelisihi jama’ah ahli hadits. Selain itu beliau terkenal sebagai orang yang tasaahul dalam tashhiih dan tautsiq. Wallaahu a’lam.

Comments

Anonim mengatakan...

Lafadznya laa fatta atau laa fata wahai saudaraku abu al jauzaa