Allah
ta’ala telah berfirman tentang Al-Qur’an :
إِنّ هَـَذَا الْقُرْآنَ يِهْدِي لِلّتِي هِيَ
أَقْوَمُ وَيُبَشّرُ الْمُؤْمِنِينَ الّذِينَ يَعْمَلُونَ الصّالِحَاتِ أَنّ
لَهُمْ أَجْراً كَبِيراً
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk
kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang
Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” [QS. Al-Israa’ : 9].
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ
لّيَدّبّرُوَاْ آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكّرَ أُوْلُو الألْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu
penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran” [QS. Shaad : 29].
وَنُنَزّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَآءٌ
وَرَحْمَةٌ لّلْمُؤْمِنِينَ وَلاَ يَزِيدُ الظّالِمِينَ إَلاّ خَسَاراً
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang
menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” [QS. Al-Israa’ : 82].
Masih banyak lagi ayat yang
lain yang menjelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada manusia sebagai
petunjuk, rahmat, obat penawar, dan jalan selamat bagi mereka baik di dunia
maupun di akhirat. Sudah barang tentu bahwa segala hal yang menjadi tujuan
diturunkan Al-Qur’an ini akan bermanfaat bagi manusia bila mereka membacanya,
mentadaburinya (merenungkan/menghayati), serta mengamalkan segala kandungannya.
Al-Qur’an tidak akan banyak bermanfaat jika hanya sekedar dimiliki, dipajang,
dijadikan hiasan, atau disimpan di dalam rumah.
Tidak dipungkiri bahwa
Al-Qur’an mempunyai fadlilah yang cukup banyak. Termasuk dalam hal ini adalah
dapat melindungi diri serta mengusir gangguan syaithan. Melalui perantaraan (wasilah) apa fadlilah tersebut
didapatkan ? Dengan membacanya (dan mengetahui maknanya) atau sekedar
memajangnya di dinding dan di atas pintu ? Tentu kita semua memahami bahwa
fadlilah tersebut akan kita dapatkan jika kita membacanya.
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَأْخُذُ مَضْجَعَهُ يَقْرَأُ
سُوْرَةً مِنْ كتَابِ اللهِ إِلا وَكَّلَ اللهُ بِهِ مَلَكاً فَلاَ يَقْرَبَهُ
شيْءٌ يُؤْذِيْهِ حَتَّى يَهُبَّ مَتَى هَبَّ
”Tidaklah seorang muslim yang mengambil tempat
pembaringannya lalu membaca satu surat dari Kitabullah kecuali Allah mengutus
seorang malaikat. Maka tidak ada sesuatu yang mendekatinya dapat menyakitinya
hingga ia bangun kapan saja ia terbangun” [HR. Tirmidzi no. 3407.
Sanadnya dla’if menurut Asy-Syaikh Al-Albani, namun dihasankan oleh Al-Hafidh
Ibnu Hajar dalam komentarnya terhadap kitab Al-Adzkar].
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌُ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ
حِيْنَ تَمْسِي وَحِيْنَ تُصْبِحُ ثَلاثَ مَرَّاتٍِ تَكْفِيْكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍِ
”Surat Al-Ikhlash dan Al-Mu’awwidzatain (QS.
Al-Falaq dan An-Naas) jika dibaca pada waktu sore dan pagi hari sebanyak tiga
kali, akan mencukupimu dari segala sesuatu” [HR. Abu Dawud no. 5082, An-Nasa’i 8/250, At-Tirmidzi
no. 3575, dan Ahmad 5/312; hasan shahih].
لا تَجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ
الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِيْ تُقْرَأُ فِيْهِ سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ
”Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian
seperti kuburan. Sesungguhnya syaithan itu akan lari dari rumah yang dibacakan
padanya surat Al-Baqarah” [HR. Muslim no. 780].
من قالها حين يمسي أجير منها حتى يصبح ومن قالها
حين يصبح أجير منها حتى يمسي
”Barangsiapa yang membaca ayat Kusi pada waktu
sore hari, maka ia dijaga dari gangguan jin hingga pagi hari. Dan barangsiapa
yang membacanya di waktu pagi hari, maka ia akan dijaga hingga sore hari” [lihat Shahih At-Targhib juz 1 no. 662].
اقْرَأُوْا سُوْرَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ
أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلا تَسْتَطِيْعُهَا الْبَطَلَةُ
”Bacalah surat Al-Baqarah, karena membacanya akan
mendatangkan berkah dan meninggalkannya
berarti kerugian. Tukang sihir tidak akan bisa berbuat jahat kepada
pembacanya” [HR. Muslim no. 804].
الْآيَتَانِ مِنْ آخِرِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ مَنْ
قَرَأَهُمَا فِيْ لَيْلَةٍِ كَفَتَاهُ
”Dua ayat terakhir dari Surat Al-Baqarah,
barangsiapa yang membacanya di malam hari maka ia telah mencukupkannya” [HR. Bukhari no. 3786 dan Muslim
no. 807].[1]
Semua nash yang shahih
menunjukkan bahwa fadlilah ayat-ayat Al-Qur’an hanya dapat diperoleh – minimal
– jika kita membacanya.
Al-Qur’an bukanlah jimat yang
ayat-ayatnya ditulis dan dibungkus dalam kain untuk menolak bala’ dan bahaya.
Al-Qur’an pun bukanlah hiasan dan barang penglaris dagangan sehingga manusia
bermegah-megahan dengannya. Tidak kita dapatkan contoh dari Rasulullah
shallallaahu ’alaihi wasallam, para shahabat, atau para ulama terpercaya
setelah mereka yang memajang ayat Al-Qur’an di dinding sebagai hiasan dan
penolak setan.
Abu ’Ubaid meriwayatkan dalam
kitab Fadlaailul-Qur’an (1/111)
dengan sanad shahih dari Ibrahim An-Nakha’i bahwa ia berkata : ”Mereka (para shahabat radliyallaahu ’anhum)
membenci segala macam tamimah (jimat)[2], baik yang berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an
atau bukan dari ayat-ayat Al-Qur’an”.
Berikut kami nukilkan fatwa
dari Al-Lajnah Ad-Daaimah terkait dengan pertanyaan :
س: يجري بيع لوحات تعلق على الحائط مكتوب عليها
آية الكرسي تعلق على الغرف تكريما وافتخارا بالقرآن الكريم، هل مثل هذه اللوحات
محرم بيعها في الأسواق واستيرادها إلى المملكة؟
ج: القرآن نزل ليكون حجة على العالمين، ودستورا ومنهاجا لجميع أفراد المسلمين، يحلون حلاله ويحرمون حرامه، ويعملون بمحكمه، ويؤمنون بمتشابهه، يحفظ في الصدور، ويكتب في المصاحف والرقاع والألواح ونحوها؛ للرجوع إليه وتلاوته منها عند الحاجة، هذا هو الذي فهم المسلمون الأوائل ودرج عملهم عليه، أما ما بدأ يظهر في هذه الأزمنة من كتابة بعض القرآن على لوحة أو رقعة كتابة مزخرفة وتعليقها داخل غرفة أو سيارة أو نحو ذلك فلم يكن هذا من عمل السلف، وقد يكون في ذلك من المفاسد أعظم مما قصد الكاتب أو المعلق من تعظيمه والافتخار به من شغل المعتنين بذلك عن الاهتمام بأغراض القرآن التي نزل من أجلها، فالأولى بالمسلم أن يترك هذه الأشياء ويبتعد عن التعامل فيها، وإن كان الأصل فيها الحل خشية أن يكثر استعمالها والتعامل فيها فتشغل الناس عما هو المقصود من القرآن.
وبالله التوفيق. وصلى الله على نبينا محمد، وآله وصحبه وسلم.
اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء
ج: القرآن نزل ليكون حجة على العالمين، ودستورا ومنهاجا لجميع أفراد المسلمين، يحلون حلاله ويحرمون حرامه، ويعملون بمحكمه، ويؤمنون بمتشابهه، يحفظ في الصدور، ويكتب في المصاحف والرقاع والألواح ونحوها؛ للرجوع إليه وتلاوته منها عند الحاجة، هذا هو الذي فهم المسلمون الأوائل ودرج عملهم عليه، أما ما بدأ يظهر في هذه الأزمنة من كتابة بعض القرآن على لوحة أو رقعة كتابة مزخرفة وتعليقها داخل غرفة أو سيارة أو نحو ذلك فلم يكن هذا من عمل السلف، وقد يكون في ذلك من المفاسد أعظم مما قصد الكاتب أو المعلق من تعظيمه والافتخار به من شغل المعتنين بذلك عن الاهتمام بأغراض القرآن التي نزل من أجلها، فالأولى بالمسلم أن يترك هذه الأشياء ويبتعد عن التعامل فيها، وإن كان الأصل فيها الحل خشية أن يكثر استعمالها والتعامل فيها فتشغل الناس عما هو المقصود من القرآن.
وبالله التوفيق. وصلى الله على نبينا محمد، وآله وصحبه وسلم.
اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء
Soal : Seringkali dilakukan penjualan hiasan dinding yang
tercantum di dalamnya ayat Kursi. Hal itu biasanya ditempel di ruangan sebagai
bentuk penghormatan dan rasa bangga terhadap Al-Qur’an Al-Kariim. Apakah
hiasan-hiasan tersebut diharamkan untuk menjualnya di pasar-pasar dan
mendatangkannya ke kerajaan/negeri ini ?
Jawab : Al-Qur’an diturunkan
supaya menjadi hujjah atas alam ini serta menjadi undang-undang dan manhaj bagi
seluruh kaum muslimin. Mereka menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang
haram (di dalam Al-Qur’an), mengamalkan hukumnya, iman terhadap ayat-ayat
mutasyabihaat. Al-Qur’an dihafal di dada (kaum muslimin), dan ditulis dalam
lembaran-lembaran, dedaunan dan pelepah, serta yang lainnya; untuk dijadikan
rujukan dan membacanya (dari lembaran itu) ketika dibutuhkan. Inilah yang
dipahami generasi pertama kaum muslimin dan mereka beramal di atasnya. Adapun sesuatu
yang baru muncul di jaman belakangan ini, berupa penukilan sebagian (ayat-ayat)
Al-Qur’an pada hiasan atau kertas tulisan yang dihiasi serta menempelkannya
dalam ruangan; maka itu semua bukan termasuk amalan generasi salaf. Dan bisa
saja kerusakan yang timbul dengan sebab itu lebih besar daripada pengagungan
dan rasa bangga yang dimaksud oleh orang yang menulis atau menempelkannya.
Yaitu efeknya yang berupa membuat para pemerhati barang itu disibukkan dari memperhatikan
tujuan pokok diturunkannya Al-Qur’an. Maka sebaiknya seorang muslim
meninggalkan hal-hal ini dan menjauhkan (diri) dari berinteraksi (at-ta’aamul) di dalamnya, meskipun pada
dasarnya hal tersebut halal. Hal tersebut dilakukan karena khawatir bahwa
perbuatan dan interaksi tersebut akan merajalela sehingga menyibukkan manusia
dari maksud Al-Qur’an yang sebenar-benarnya.
Wabillaahit-taufiq. Wa shallallaahu ’alaa
nabiyyinaa Muhammadin wa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Al-Lajnah Ad-Daaimah lil-Buhuts wal-Iftaa’ – ’Abdul-’Aziz bin Baaz
(Ketua), ’Abdurrazzaq Al-’Afifi (Wakil Ketua), ’Abdullah bin Ghudayan
(Anggota); dan ’Abdullah bin Qu’ud (anggota).[3]
Kesimpulan : Tidak dibenarkan memasang
Al-Qur’an di dinding atau yang lainnya untuk tujuan mengusir setan ataupun
sebagai hiasan. Setan hanya akan lari ketika ayat Al-Qur’an dibaca dan
diperdengarkan. Bukan dengan dipajang. Al-Qur’an diturunkan juga bukan sebagai
hiasan yang justru rentan menimbulkan riya’ bagi pelakunya[4].
Sudah selayaknya setiap muslim menghindari hal-hal yang demikian. Wallaahu
a’lam.
Abul-Jauzaa’ – selesai ditulis
tengah malam tanggal 3 Juni 2008 (pukul 00.02 WIB).
[1] An-Nawawi berkata : “Ada yang mengatakan yaitu
cukup baginya dari qiyamul-lail; ada pula yang mengatakan yaitu cukup baginya
dari (gangguan) syaithan; dan ada pula yang mengatakan yaitu cukup baginya dari
berbagai gangguan penyakit. Dan kemungkinan juga dari semuanya” [Syarah Shahih Muslim 6/91].
إنَّ الرُّقَى
وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ
“Sesungguhnya jampi-jampi, tamiimah (jimat-jimat),
dan tiwalah (pellet, susuk, dan sejenisnya) termasuk syirik” [HR. Abu Dawud no. 3883,
Ibnu Majah no. 3530, Ahmad 1/381, dan lain-lain; shahih].
[3] Fataawaa Al-Lajnah
Ad-Daaimah no. 1871, juz 4 halaman 72 – 73.
[4] Sebagian orang memajang ayat-ayat Al-Qur’an di dinding ingin
menunjukkan tentang iltizam (komitmen) mereka terhadap syari’at. Padahal
banyak diantara mereka yang justru jauh dari syari’at Islam dalam kehidupan
sehari-hari yang mereka jalani ! Diantara mereka ada yang memasang ayat-ayat
haji, namun mereka sendiri tidak berhaji padahal mampu. Diantara mereka ada
yang memasang ayat-ayat hijab (jilbab) tapi istri dan anak mereka tidak memakai
jilbab. Diantara mereka ada yang memasang ayat-ayat tentang shalat, tapi ia dan
keluarganya sering melalaikannya…… Allaahul-Musta’an !
Comments
assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatoh,
jazakallohu khoiron artikelnya. izin copas ini untuk note fb ustadz.
barokallohu fiyk.
Ustad, bagaimana dengan ayat al-quran yang dipajang di mesjid ? bagaimana hukumnya ?
muslimmoveon.blogspot.com
Makruh...
bagaimana dengan kabah ?
Posting Komentar