Anjuran Mengerjakan Shalat Sunnah di Rumah


Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
اجْعَلُوا فِي بُيُوتِكُمْ مِنْ صَلَاتِكُمْ وَلَا تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا
Jadikanlah rumah-rumah kalian sebagai tempat shalat kalian, dan jangan menjadikannya sebagai kuburan” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1187].
Al-Bukhaariy meletakkan hadits ini dalam kitab Shahiih-nya pada bab:
التطوع في البيت
“Shalat tathawwu’ (sunnah) di rumah”.
Hal itu menunjukkan fiqh (pemahaman) beliau rahimahullah terhadap hadits tersebut akan anjuran untuk menghidupkan rumah kita dengan mengerjakan shalat-shalat sunnah di dalamya. Rumah yang di dalamnya tidak dihidupkan dengan aktivitas ibadah – khususnya shalat sunnah – dipersamakan dengan kuburan. Ibnu Baththaal rahimahullah berkata:
هذا من التمثيل البديع، وذلك بتشبيهه  - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -  البيت الذى لا يصلى فيه بالقبر الذى لا يمكن الميت فيه عبادة،
“Ini merupakan permisalan yang indah, yaitu penyamaan beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam rumah yang tidak dikerjakan shalat (sunnah) di dalamnya dengan kuburan yang mayit tidak mungkin melaksanakan ibadah di dalamnya” [Syarh Ibni Baththaal, 5/190].
Dalam kesempatan lain, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ صَلَاةُ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا الْمَكْتُوبَةَ
Sesungguhnya seutama-utama shalat adalah shalatnya seseorang di rumahnya, kecuali shalat wajib” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 731].
Mengomentari hadits ini, Al-Baajiy rahimahullah berkata:
وَرَوَى ابْنُ الْقَاسِمِ عَنْ مَالِكٍ أَنَّ التَّنَفُّلَ فِي الْبُيُوتِ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ التَّنَفُّلِ فِي مَسْجِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا لِلْغُرَبَاءِ فَإِنَّ تَنَفُّلَهُمْ فِي مَسْجِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَبُّ إِلَيْهِ
“Dan telah diriwayatkan oleh Ibnul-Qaasim dari Maalik, bahwa melakukan shalat sunnah di rumah lebih ia (Maalik) sukai dibandingan melakukan shalat sunnah di masjid Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, kecuali bagi orang-orang asing (luar kota), karena shalat sunnah yang mereka kerjakan di masjid Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam lebih ia sukai” [Al-Muntaqaa, 1/304].
Ya benar, mengerjakan shalat sunnah di rumah lebih utama dibandingkan mengerjakan shalat sunnah di masjid Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
صَلَاةُ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاتِهِ فِي مَسْجِدِي هَذَا إِلَّا الْمَكْتُوبَةَ
Shalatnya seseorang di rumahnya lebih utama dibandingkan shalatnya di masjidku ini, kecuali shalat wajib” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 1044; dishahihkan oleh Al-Albaany dalam Shahiih Sunan Abi Daawud 1/288].
Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah berkata:
فإذا كانت النافلة في البيت أفضل منها في مسجد النبي عليه السلام والصلاة فيه بألف صلاة فأي فضل أبين من هذا
“Apabila shalat sunnah yang dikerjakan di rumah lebih utama daripada dilakukan di masjid Nabi ‘alaihis-salaam padahal shalat di dalamnya (masjid Nabi) setara dengan 1000 shalat yang semisal di tempat lain, maka keutamaan manakah yang lebih jelas dibandingkan ini ?” [Al-Istidzkaar, 2/73].
An-Nawawiy menyebutkan faedah lain dilaksanakannya shalat sunnah di rumah dengan perkataannya:
إِنَّمَا حَثَّ عَلَى النَّافِلَةِ فِي الْبَيْتِ لِكَوْنِهِ أَخْفَى وَأَبْعَدَ مِنْ الرِّيَاءِ ، وَلِيَتَبَرَّك الْبَيْت بِذَلِكَ فَتَنْزِلَ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَيَنْفِرَ مِنْهُ الشَّيْطَان
“Anjuran pelaksanaan shalat sunnah di rumah hanyalah karena keberadaannya yang lebih tersembunyi dan lebih jauh dari riyaa’, serta agar rumah mendapatkan keberkahan, turun padanya rahmat, dan setan-setan pun lari darinya” [Fathul-Baariy, 2/215].
Senada dengannya, Ibnu Qudaamah rahimahullah berkata:
وَلِأَنَّ الصَّلَاةَ فِي الْبَيْتِ أَقْرَبُ إلَى الْإِخْلَاصِ وَأَبْعَدُ مِنْ الرِّيَاءِ ، وَهُوَ مِنْ عَمَلِ السِّرِّ ، وَفِعْلُهُ فِي الْمَسْجِدِ عَلَانِيَةٌ وَالسِّرُّ أَفْضَلُ .
“Karena shalat di rumah lebih dekat pada keikhlasan dan lebih jauh dari riyaa’, karena perbuatan tersebut merupakan amalan yang tersembunyi. Adapun yang ia lakukan di masjid merupakan amalan terang-terangan, dan yang tersembunyi lebih utama” [Al-Mughniy, 1/811].
Apa yang dijelaskan oleh An-Nawawiy dan Ibnu Qudaamah rahimahumallah di atas merupakan makna ‘kebaikan’ yang ada dalam sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
إِذَا قَضَى أَحَدُكُمُ الصَّلَاةَ فِي مَسْجِدِهِ، فَلْيَجْعَلْ لِبَيْتِهِ نَصِيبًا مِنْ صَلَاتِهِ، فَإِنَّ اللَّهَ جَاعِلٌ فِي بَيْتِهِ مِنْ صَلَاتِهِ خَيْرًا "
Apabila salah seorang di antara kalian telah menunaikan shalat di masjidnya, maka hendaklah ia memberi jatah shalat bagi rumahnya. Karena sesungguhnya Allah menjadikan kebaikan dalam rumahnya melalui shalatnya [Diriwayatkan oleh Muslim no. 778].
Salah seorang shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata:
تَطُوُّعُ الرَّجُلِ فِي بَيْتِهِ يَزِيدُ عَلَى تَطَوُّعِهِ عِنْدَ النَّاسِ، كَفَضْلِ صَلاةِ الْجَمَاعَةِ عَلَى صَلاةِ الرَّجُلِ وَحْدَهُ
“Shalat sunnahnya seorang laki-laki yang ia kerjakan di rumahnya melebihi shalat sunnahnya yang ia kerjakan di sisi orang-orang, seperti keutamaan shalat berjama’ah dibandingkan shalat sendirian” [Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq no. 4835; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih At-Targhiib 1/307 no. 441].
Jika demikian, mari kita hidupkan sunnah beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk menghidupkan rumah kita dengan shalat sunnah untuk meraih kebaikan yang banyak.
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
Semoga ada manfaatnya.

[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas permai – 04011436 – 01:55].

Comments