Fiqh Syi’ah (7) : Waktu Berbuka Puasa


Ash-Shaadiq berkata:
إذا غابت الشمس فقد حل الافطار ووجبت الصلاة
“Apabila matahari terbenam, sungguh telah halal berbuka puasa dan diwajibkan shalat (Maghrib)” [Wasaailusy-Syii’ah, 6/125].
Dari ‘Amru bin Abi Nashr, ia berkata:
سمعت أبا عبدالله ( عليه السلام ) يقول في المغرب : إذا توارى القرص كان وقت الصلاة ،وأفطر
“Aku mendengar Abu ‘Abdillah (‘alaihis-salaam) berkata tentang waktu maghrib : ‘Apabila bulatan matahari sudah tidak nampak, maka itulah waktu shalat dan berbuka puasa” [Wasaailusy-Syii’ah, 10/183].
Waktu maghrib ditandai terbenamnya matahari yang kemudian merupakan waktu berbuka puasa.
Dari ‘Abdullah bin Sinaan, dari Abu ‘Abdillah (‘alaihis-salaam); ia (‘Abdullah bin Sinaan) berkata : Aku mendengarnya (Abu ‘Abdillah) berkata:
وَقْتُ الْمَغْرِبِ إِذَا غَرَبَتِ الشَّمْسُ فَغَابَ قُرْصُهَا
“Waktu maghrib adalah bila matahari tenggelam lalu hilang bulatannya” [Al-Kaafiy, 3/280; dikatakan Al-Majlisiy statusnya shahih].
Bahkan dinukil adanya kesepakatan periwayatan dari Ahlul-Bait mengenai hal ini, sebagaimana dikatakan An-Nu’maan Al-Maghribiy – seorang ulama Syi’ah - :
و روينا عن أهل البيت (عليهم السلام) بإجماع فيما رويناه عنهم أن دخول الليل الذي يحل فيه للصائم الفطر هو غياب الشمس في أفق المغرب بلا حائل دونها يسترها من جبل و لا حائط و لا ما أشبه ذلك فإذا غاب القرص في أفق المغرب فقد دخل الليل و حل الفطر
“Dan telah kami riwayatkan dari Ahlul-Bait (‘alaihimi-salaam) berdasarkan kesepakatan (ijmaa’) terhadap apa yang kami riwayatkan dari mereka bahwa masuknya malam yang dihalalkan bagi orang puasa untuk berbuka adalah tenggelamnya matahari di ufuk barat, tanpa ada penghalang baik berupa gunung, tembok, atau yang semisalnya. Jika lingkaran matahari telah hilang di ufuk barat, maka malam telah tiba dan halal untuk berbuka” [Da’aaimul-Islaam, 1/280].
Sebagaimana yang kita saksikan bersama, perbuatan orang-orang Syi’ah menyelisihi riwayat-riwayat di atas.

[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor – 24062014 – 02:00].

Comments

Anonim mengatakan...

By: Abul Hasan Fahrul Aprianto Prayudi

Masya Allah aneh2 saja kelakuan kaum Syi`ah,padahal ajaran mereka membolehkan berbuka saat matahari terbenam,tapi tetap aja menyelisihi dg cara menunda-nundanya,sungguh aneh bin ajaib